Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Profil 20 Seniman Mural Tampil di Buku 'Crossing The Wall' Terbitan Kepustakaan Populer Gramedia

Crossing The Wall: The Stories of 20 Indonesian Muralists menceritakan perjalanan panjang 20 seniman dan komunitas mural dalam berkesenian.

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Profil 20 Seniman Mural Tampil di Buku 'Crossing The Wall' Terbitan Kepustakaan Populer Gramedia
HO
Crossing The Wall: The Stories of 20 Indonesian Muralists menceritakan perjalanan panjang 20 seniman dan komunitas mural dalam berkesenian serta berproses hingga menemukan karakter yang mampu mewakili identitas sang seniman. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Mowilex Indonesia, Museum Macan dan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) meluncurkan buku berjudul 'Crossing The Wall: The Stories of 20 Indonesian Muralists' yang mendokumentasikan 20 profil seniman dan komunitas mural di Indonesia.

Crossing The Wall: The Stories of 20 Indonesian Muralists menceritakan perjalanan panjang 20 seniman dan komunitas mural dalam berkesenian serta berproses hingga menemukan karakter yang mampu mewakili identitas sang seniman.




Mereka adalah (berdasarkan abjad): Anagard, Apotik Komik, Andy Rharharha, Bayu Widodo, Bujangan Urban, Darbotz, Eko Nugroho, Emus Larmawata, Farid Stevy, Farhan Siki, Geger Boyo, Komunitas Pojok, Media Legal, Marishka Sukarna, Popok Tri Wahyudi, Sinta Tantra, Stereoflow, The Popo, Taring Padi, dan Wild Drawing.

Baca juga: 8 Seniman Indonesia dan Korea Selatan Tampilkan Dunia Ketiga Lewat Pameran Seni Antariksa Yogyakarta

“Nama-nama tersebut kami kurasi dari ratusan seniman dengan pertimbangan antara lain kekaryaan, konsistensi, kebaruan, dan tema. Selain itu juga magnitude atau impak karya terhadap publik. Misalnya, beberapa karya mereka menjadi penanda tempat atau ikon seperti yang dilakukan Darbotz dan Stereo Flow,” ujar Kurator dan Penulis buku Crossing The Wall, Hilmi Faiq di acara peluncuran di Museum Macan, Jakarta, baru-baru ini.

Buku tersebut memiliki tebal 356 halaman dan ditulis dalam Bahasa Indonesia oleh Seno Joko Suyono, Himli Faiq dan Samuel Indratma dan versi Bahasa Inggris diterjemahkan oleh Tjandra Kerto, Dwi Atmanta, and Anton Kurnia dan dicetak dalam jumlah terbatas.

Candra Gautama dari KPG mengatakan, proses penggalian data dan wawancara berlangsung secara online sepenuhnya karena penulis dan para seniman berada dalam bekapan pandemi Covid-19. Selain itu, kebetulan beberapa seniman di atas berdomisili di luar negeri.

BERITA TERKAIT

"Selain riset kami juga melengkapi wawancara dengan berkorespodensi lewat email. Kami sangat menikmati proses wawancara ini karena begitu guyup dan santai. Kadang tak terasa tiba-tiba sudah tiga jam,” ujar Candra Gautama.

Dari wawancara tersebut, selain menghasilkan buku ini, juga mengendap pemahaman bahwa banyak sekali seniman atau muralis yang layak untuk dipublikasikan lebih jauh. Karya-karya mereka laik disandingkan dengan muralis-muralis dunia.

Menurutnya, buku ini semestinya menjadi awal untuk menyusun direktori para muralis Nusantara. Dengan kata lain, sangat penting untuk menulis buku serupa dengan memanggungkan nama-nama muralis lain sehingga terpetakan dengan jelas perkembangan muralis berikut karyanya.

Ini bukan buku pertama yang dibuat oleh Mowilex, sebelumnya, Mowilex pun telah membuat buku persembahan untuk para seniman ukir kayu di Bali dalam tajuk “Balinese Woodcarving – A Heritage to Treasure”

CEO PT Mowilex Indonesia Niko Safavi mengatakan, penerbitan buku perjalanan karir 20 seniman dan komunitas mural merupakan upaya memberikan penghargaan atas pencapaian mereka selama ini. "Buku ini sepanjang yang saya tahu merupakan yang pertama di Indonesia dan kami persembahkan untuk teman-teman seniman mural,” ujar Niko Safavi.

Bersamaan dengan peluncuran buku 'Crossing The Wall: The Stories of 20 Indonesian Muralists' ini juga diluncurkan peluncuran merek baru Pablo Art Paints untuk kategori cat seni (lukis) dengan produk pertama Pablo Mural Paints.

Cat Mowilex digunakan para seniman mural sejak akhir 1980-an hingga sekarang. Berdasar hasil survei dengan para seniman, mereka mengatakan, warna yang dihasilkan oleh Mowilex tidak mengalami perubahan ketika diaplikasikan serta memiliki ketepatan warna sehingga sesuai dengan ekspektasi akhir dalam pembuatan karya.

Namun soal urusan durabilitas, ketika diaplikasikan pada luar ruangan, cat yang sebenarnya diformulasikan khusus untuk indoor ini tidak cocok dan tidak bisa bertahan lama jika digunakan pada luar ruangan.

Mengatasi problem tersebut, pihaknya kemudian terinspirasi membuat sebuah cat khusus untuk para seniman mural, yang bisa digunakan untuk area indoor maupun outdoor. "Produk ini lahir atas inspirasi para seniman mural yang terus giat berkarya dengan menggunakan cat Mowilex,” ujar Niko Safavi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas