Dirut PT SEI Ungkap Pembangunan Proyek BTS di Papua Dibayang-bayangi Ancaman Penembakan
Pembangunan BTS Kominfo di Papua dibayang-bayangi dengan gangguan keamanan, di antaranya adanya ancaman penembakan.
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rahmat W Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembangunan BTS Kominfo di Papua dibayang-bayangi dengan gangguan keamanan, di antaranya adanya ancaman penembakan.
Hal itu disampaikan Direktur Utama PT Surya Energi Indotama (SEI) Bambang Iswanto saat bersaksi untuk terdakwa Irwan Hermawan, Mukti Ali dan Galumbang Menak terkait perkara dugaan korupsi pengadaan proyek tower BTS Kominfo di PN Tipikor Jakarta Pusat, Rabu (6/9/2023).
Baca juga: Dua Fakta Terungkap dalam Persidangan Kasus Korupsi Pengadaan BTS 4G Kominfo
"Ada gangguan keamanan, siapa yang mengganggu? Bagaimana mengganggunya dan apa dampaknya terkait pembangunan BTS 4G di Papua ini?" tanya kuasa hukum Irwan Hermawan.
"Jadi memang tim saat melakukan instalasi harus seizin Kominfo setempat. Terkait keamanan ini ada pernyataan dari Pamdam di sana juga. Memang terjadi konflik yang sangat tinggi," jawab Bambang.
Dikatakannya dari laporan timnya di lapangan ada ancaman penembakan.
"Bahkan laporan dari tim kami memang terjadi penembakan. Sehingga tim kami tidak berani juga untuk memasuki daerah itu sampai dikatakan situasi betul-betul aman," terangnya.
Sebagai informasi, berdasarkan siaran resmi Kominfo, dalam proyek BTS tersebut kontrak paket 1 dan 2 dimenangi oleh Fiberhome, Telkom Infra, dan Multitrans Data sebagai konsorsium.
Kontrak paket 1 dan 2 dimenangi oleh Fiberhome, Telkom Infra, dan Multitrans Data sebagai konsorsium.
Baca juga: Perkara Korupsi BTS Kominfo Terdakwa Irwan Hermawan Cs Dilanjut, Kuasa Hukum Konfrontir 11 Saksi
Kontrak paket 1 pembangunan BTS Kominfo terdiri dari 269 titik di Kalimantan dan 439 titik di Nusa Tenggara Timur.
Kemudian kontrak paket 2 pembangunan BTS Kominfo terdiri dari 17 titik di Sumatra, 198 titik di Maluku, dan 512 titik di Sulawesi.
Adapun paket 3 terdiri dari 409 titik di Papua dan 545 titik pembangunan di Papua Barat yang dikerjakan oleh PT Aplikanusa Lintasarta, Huawei, dan PT SEI sebagai konsorsium.
Kemudian paket 4 terdiri dari 966 titik di Papua dan paket 5 terdiri dari 845 titik di Papua.
Paket 4 dan 5 dikerjakan oleh PT Infrastruktur Bisnis Sejahtera dan ZTE Indonesia sebagai konsorsium.