Menteri Bahlil Diyakini Mampu Optimalkan Investasi ASEAN Jadi Pusat Pertumbuhan Ekonomi Global
Bahlil Lahadalia, mendorong optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam di kawasan ASEAN untuk mewujudkan iklim investasi berkelanjutan.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, mendorong optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam di kawasan ASEAN untuk mewujudkan iklim investasi berkelanjutan.
Bahlil yang juga ketua ASEAN Investment Area (AIA) itu menjelaskan investasi menjadi satu diantara kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ASEAN. Terlebih, ASEAN dianggap menjadi pusat dari pertumbuhan ekonomi global.
Pengamat hubungan internasional Dinna Prapto Raharja mengaku optimis peran Menteri Bahlil dalam menumbuhkan investasi di kawasan ASEAN akan terus berkontribusi positif, seiring dengan kedekatan hubungan antara negara maju dengan negara ASEAN.
“Sejauh ini saya masih optimis investasi ke kawasan Asia Tenggara masih akan kontinu (berkelanjutan). Seperti seiring dengan makin dekatnya relasi sejumlah negara anggota ASEAN dengan negara major power tertentu, relasi bilateral akan menguat,” kata Dinna dalam keterangannya, Kamis (7/9/2023).
Dinna menerangkan jika dilihat dari data investasi di ASEAN, sejak pandemi melanda dan mulai mereda pada tahun 2022 telah terjadi peningkatan investasi yang masuk ke ASEAN.
Namun, menurut Dinna yang menarik adalah dalam skala lebih kecil atau internal negara ASEAN bahwa kompetitor Indonesia untuk menyedot investasi yang masuk tersebut adalah Singapura, Thailand, Malaysia dan Filipina.
“Sebenarnya sah-sah saja karena industrialisasi dan sektor jasa di tempat-tempat ini relatif lebih berkembang dibandingkan negara-negara ASEAN yang lain,” ucapnya.
Dengan adannya kompetitor dari negara ASEAN sendiri bukan berarti harus saling menjatuhkan melainkan saling menguatkan.
Sebab itu Dinna mendorong agar iklim investasi di dalam negeri turut berbenah agar para investor juga tertarik ke Indonesia.
“Tapi artinya kita harus terus berbenah diri di dalam negeri agar return on investment di Indonesia lebih menarik dan agar investment itu berbuah peningkatan decent work atau biasa disebut upah layak dengan jamsos, bukan kerja-kerjaan aja yang fleksibel workers dan sistem kerja musiman,” ujarnya.
“Kalau investasinya menghasilkan decent work, barulah kita benar-benar punya daya dorong lebih besar di tingkat global, karena bisa didorong alih teknologi, produktif dan seterusnya,” imbuhnya.
Dinna menyampaikan masuknya investasi di kawasan ASEAN juga berpotensi mendorong perekonomian global, pasalnya negara-negara maju di Eropa tengah mengalami krisis akibat meletusnya perang antara Rusia dan Ukraina yang sampai saat ini belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.
Situasi perang tersebut menurut Dinna membuat iklim investasi tidak kondusif, maka dari itu investasi dialihkan ke ASEAN yang relatif lebih stabil kondisi ekonomi dan politiknya.