Gerindra Copot Jabatan Ketua DPC Semarang yang Diduga Pukul Kader PDIP, Kasus Diserahkan ke Polisi
Ketua DPC Partai Gerindra Kota Semarang, Joko Santoso, dicopot dari jabatannya, buntut lakukan pemukulan terhadap kader PDI-Perjuangan
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Buntut pemukulan terhadap kader PDI-Perjuangan, Ketua DPC Partai Gerindra Kota Semarang, Joko Santoso, dicopot dari jabatannya.
Adapun sanksi ini diberikan setelah mendengarkan pendapat dari lima anggota Majelis Kehormatan Partai Gerindra.
Termasuk menyesuaikan dengan aturan Anggaran Dasar dan Angaran Rumah Tangga (AD ART) Partai Gerindra.
Joko Santoso pun juga telah mengakui perbuatannya.
Hal itu diungkapkan Ketua Majelis Kehormatan DPP Partai Gerindra, Habiburokhman, Sabtu (9/9/2023).
Baca juga: Nasib Ketua DPC Gerindra Kota Semarang Diduga Pukul Kader PDIP: Dipolisikan, Dicopot dari Jabatan
"Lima Majelis sudah bersepakat menjatuhkan putusan bahwa yang bersangkutan bersalah, jadi beliau tadi dalam pengakuannya datang mendatangi rumah kader PDIP, kemudian juga membentak-bentak."
"Nah itu sudah cukup bagi kami untuk menjatuhkan keputusan bahwa yang bersangkutan bersalah dan diberikan sanksi cukup berat diberhentikan sebagai Ketua DPC Partai Gerindra Kota Semarang," kata Habiburokhman, dikutip dari Kompas TV.
Terkait tindak pidana yang dilakukan, Habiburokhman menyerahkan masalah ini kepada aparat penegak hukum.
"Persoalan tuduhan penganiayaan, sampai sejauh ini kami belum mendapatkan keterangan saksi tersebut dan itu memang di luar kewenangan kami karena merupakan ranah pidana," lanjut Habiburokhman.
Baca juga: Respons Ganjar Pranowo Muncul di Azan TV Swasta, Gerindra: Kami Serahkan ke Bawaslu
Sebelumnya, aksi dugaan pemukulan ini terjadi di Jalan Cumi-cumi IV, Kelurahan Bandarharjo, Kota Semarang, Jawa Tengah pada Jumat (8/9/2023).
Ketua DPC PDIP Semarang, Hendrar Prihadi mengatakan, dugaan pemukulan itu dilakukan oleh Ketua DPC Partai Gerindra Semarang, Joko Santoso.
"Tadi malam, hari Jumat (8/9/2023) pukul 21.45 WIB, ada kawan kami, Mas Suparjiyanto, warga Kelurahan Bandarharjo, Semarang Utara, didatangi oleh Ketua DPC Gerindra."
"Kemudian tanpa babibu, Ketua Gerindra yang juga anggota DPRD Kota Semarang itu memukul kader kami," kata Hendrar Prihadi, Sabtu (9/9/2023).
Baca juga: Sekjen Gerindra: Tak Ada Ancaman Terhadap Siapapun Jika Prabowo Presiden di 2024
Atas kejadian itu, pihaknya langsung melaporkan hal itu kepada Ketua DPD PDIP Jawa Tengah, Bambang Wuryantoro atau Bambang Pacul, dan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto.
Adapun kasus ini kini tengah diproses hukum.
"Perintah Pak Sekjen pagi ini, kami diminta meredam emosi kawan-kawan supaya di Semarang tidak terjadi pertikaian yang keras antara partai kami dan Gerindra."
"Pak Sekjen juga telah menyampaikan untuk melaporkan persoalan ini ke ranah hukum," ujar Hendrar.
Adapun duduk perkara pemukulan ini, kata Hendrar diduga lantaran kadernya memasang bendera PDIP di sekitar rumah Ketua DPC Gerindra Semarang.
"Alasannya karena kader kami memasang bendera di sekitar perkampungan yang di situ tinggal Ketua Gerindra namanya Mas JS," jelas Hendrar.
Pertikaian yang berujung pemukulan ini ternyata direkam dan tersebar ke publik.
Dalam video tersebut, Joko Santoso terlihat sedang menunjukkan gestur marah kepada seorang warga.
Korban mengalami luka lebam di pelipis kanannya dan sekarang masih dirawat di UGD Panti Wiloso, Citarum, Kota Semarang.
Baca juga: Majelis Kehormatan Gelar Sidang Etik, Ketua DPC Gerindra Semarang Hadir Secara Daring
Pengakuan Joko Santoso
Mengutip TribunJateng.com, dijelaskan Joko Santoso, kemarahannya terhadap Suparjiyanto dipicu masalah bendera.
Awalnya, ia tak mempermasalahkan pemasangan bendera PDI Perjuangan di wilayah kampungnya RW IV Bandarharjo, Kota Semarang.
Bahkan sejak lima bulan yang lalu sudah dilakukan pemasangan bendera itu.
Namun baru-baru ini, kata Joko, pemasangan bendera dilakukan kembali oleh tim dari Suparjiyanto di RT tempat rumah Joko Santoso berada.
Bukan lagi di pasang di wilayah RW melainkan di tingkat RT.
Itulah yang membuatnya kesal ketika bendera tersebut hanya dipasang di RT tempat rumahnya berada, tidak seperti awalnya yang terpasang di semua lingkungan RW.
Menurut Joko Santoso, hal tersebut tidak mencerminkan adanya etika berpolitik dan justru seolah-olah melecehkan dirinya sebagai anggota dewan yang berasal dari dapil setempat.
Sebenarnya, Joko Santoso menyadari di tengah tahun politik seperti sekarang suasana panas rawan muncul.
"Saya tidak marah ketika awal seseorang caleg PDI Perjuangan pasang bendera, lima bulan lalu hanya di RW IV cambuk buat saya karena belum bisa menguasai wilayah karena ada caleg lain yang bisa masuk."
"Ketika bendera sudah lusuh mungkin PDI membersihkan, tadi malam ada pemasangan khusus di RT saya. saya ketemu dengan Suparjiyanto dia jawab saya hanya disuruh om," kata Joko Santoso.
Joko mengaku sudah mencoba mengklarifikasi masalah ini ke elit PDI Perjuangan di tingkat Kota Semarang, mulai dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
Namun, jika memang dirinya harus mendapatkan sanksi, maka ia akan menerimanya.
Demikian, dirinya juga akan melakukan hal yang sama, yakni melaporkan balik dengan tuduhan pencemaran nama baik dan laporan palsu.
"Saya bener menegur dan marah tapi sama sekali tidak melakukan pemukulan," pungkas Joko Santoso.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)(TribunJateng.com/M Nur Huda)