Soroti Negara Lain Buang Sampah ke Indonesia, Politikus Gerindra: AMDAL Hanya Formalitas
Anggota Komisi X DPR RI Fraksi Partai Gerindra Himmatul Aliyah menyoroti terkait adanya negara lain yang membuang (impor) sampah ke Indonesia.
Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi X DPR RI Fraksi Partai Gerindra Himmatul Aliyah menyoroti terkait adanya negara lain yang membuang (impor) sampah ke Indonesia.
Hal ini disampaikan Himmatul Aliyah, dalam diskusi bertajuk 'Rekam Jejak Partai Politik di Isu Iklim dan Transisi Energi: Analisis atas Temuan Media dan Platform Partai', di Jakarta Pusat.
Dalam kesempatan tersebut, Himmatul tengah membahas mengenai beberapa kasus kerusakan lingkungan yang ditemukannya terjadi di Indonesia.
Satu di antaranya, ia menyoroti adanya kegiatan impor sampah dari negara lain ke Indonesia.
"Belum kita misalnya impor sampah. Jadi negara lain buang sampah ke kita (Indonesia)," kata Himmatul, di Jakarta, Rabu (13/9/2023).
Ia kemudian mengatakan, hal tersebut bisa merusak lingkungan, karena sampah-sampah tersebut berpotensi mengandung zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan penyakit baru di Tanah Air.
Mengetahui hal itu, Himmatul mempertanyakan syarat analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) terkait proses impor sampah dari negara lain ke Indonesia itu.
"Tapi kok bisa ya buang sampah ke Indonesia? Sekali lagi saya ingin menyatakan peran AMDAL ya," ucapnya.
Lebih lanjut, menurut Himmatul, syarat AMDAL seharusnya ketat. Namun, saat ini ia menduga hal itu terkesan hanya formalitas.
"Kalau zaman dulu mungkin AMDAL ketat ya, sekarang kok kayaknya mudah. Saya balik lagi ngomong AMDAL. Saya terus teriak-teriak ngomong AMDAL, kenapa? Karena kok kayaknya cuma jadi formalitas," kata Himmatul.
"Padahal kalau misalnya mau bangun perumahan di sini, analisisnya begini, ini rawan gempa, ini rawan apa gitu. Sehingga tidak boleh dibangun perumahan di situ," sambungnya.
Baca juga: Ombudsman Dorong Layanan Perizinan AMDAL Dipercepat
"Kita menyaksikan Kota Palu, misalnya. Tiba-tiba amblas. Mungkin dulu daerahnya urugan atau apa. Lalu, kita menyaksikan reklamasi, enggak tahu reklamasi beberapa tahun ke depan, apakah akan amblas ke laut atau enggak. Ternyata reklamasi di Jakarta pun go on, tetap jalan. Itu kan juga merusak lingkungan sebetulnya.".
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.