Andika Perkasa: Pembangunan Desa Jadi Basis Ketahanan Nasional
Andika Perkasa menegaskan pembangunan desa bisa menjadi modal penting bagi Indonesia untuk memperkuat ketahanan nasional.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Adi Suhendi
"Tidak bisa kita pungkiri bahwa kondisi paradoks persoalan-persoalan juga hadir di tengah-tengah kita yang juga berasal dari Desa. Misalnya stunting, kemiskinan ekstrim, dan gizi buruk. Tentunya, ini akan mempengaruhi pola interaksi dan stabilitas nasional kita," kata Sofyan.
Sofyan juga mengatakan bahwa kurang lebih 10 tahun terakhir pihaknya telah mengembangkan inovasi tentang Data Desa Presisi.
Dengan data tersebut, desa dibangun melalui pendekatan bottom-up dengan keterlibatan partisipatif warga desa.
"Data harus didekatkan dengan pendekatan spasial dan pemanfaatan teknologi drone perlu kita lakukan. Dan tentunya subjek datanya adalah masyarakat yang harus terlibat, serta sensus menggunakan teknologi digital," ujar Sofyan yang merupakan penanggung jawab sekolah pemerintahan desa.
Sofyan juga berharap melalui kegiatan ini, peserta yang hadir, bisa membangun desa berbasis data sehingga dapat melahirkan kebijakan pembangunan yang baik pula.
"Kita sekarang sudah memiliki 66 juta data yang tercollecting dengan baik tersebar di 13 provinsi 27 Kabupaten/Kota. Dan yang belum tersentuh adalah pulau Maluku dan Papua. Insya Allah dalam waktu dekat kita akan melakukan pencerahan tentang data desa presisi untuk kedua wilayah tersebut," terang Sofyan.
Dalam kesempatan yang sama Rektor IPB University, Arif Satria mengatakan isu lain desa adalah isu development atau pembangunan.
Gambarannya adalah jika (berdasarkan data desa presisi) di Kalimantan disebutkan bahwa gini rasio 0,71 dan ternyata di Jawa Barat juga tinggi 0,5 dengan rata-rata 0,4 maka hal ini menunjukan ketimpangan yang luar biasa.
"Jika sebelumnya pak Sofyan bicara tentang desa dalam perspektif governance atau tata kelola, Isu lain desa adalah pembangunan. Saya menduga dalam kasus kalimantan dan Jawa Barat ada dua paradigma pembangunan yakni paradigma industri di desa dan paradigma industrialisasi pedesaan," ungkap Arif Satria.
Arif juga menjelaskan bahwa kedua paradigma tersebut berbeda. Menurut Arif, paradigma industri di pedesaan berarti membangun industri di wilayah desa sehingga yang terjadi hanya transformasi ekonomi bukan transformasi sosial karena hanya ada fisik pabrik di desa dan tidak ada peningkatan SDM masyarakat desa.
"Itu berbeda dengan konsep industrialisasi pedesaan di mana konsep paradigma bahwa transformasi ekonomi dan transformasi sosial itu menyatu," ujar Arif Satria.