Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rekam Jejak Sosok Handry Satriago, Motivator dan CEO Termuda Perusahaan Rintisan Thomas Alva Edison

Sebelum meninggal, Handry Satriago bekerja sebagai CEO termuda di sebuah perusahaan multinasional asal Amerika Serikat rintisan ilmuwan Thomas Edison

Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in Rekam Jejak Sosok Handry Satriago, Motivator dan CEO Termuda Perusahaan Rintisan Thomas Alva Edison
TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
CEO General Electric, Handry Satriago membacakan surat yang ditulisnya dalam acara Malam Menjadi Indonesia, di Jakarta, Rabu (5/12/2012). Acara yang digagas Tempo Institute, GE Indonesia, dan Garuda Indonesia tersebut juga meluncurkan buku berjudul Surat dari dan untuk Pemimpin. TRIBUNNEWS/DANY PERMANA 

TRIBUNNEWS.COM - Handry Satriago yang selama ini dikenal sebagai motivator Indonesia, menghembuskan nafas terakhir, Sabtu (16/9/2023).

Sebelum meninggal, Handry Satriago bekerja sebagai CEO termuda di sebuah perusahaan multinasional asal Amerika Serikat yang bergerak di bidang teknologi dan jasa, bernama General Electric (GE) Indonesia.

Meski memiliki keterbatasan fisik hingga membuatnya harus selalu menggunakan kursi roda selama kurang lebih 17 tahun, Handry Satriago mampu memimpin perusahaan selama sekira 15 tahun.

Berbagai posisi pernah ia jajal mulai dari General Manager, Sales Director tingkat Asia Tenggara hingga akhirnya dipercaya menjadi CEO di perusahaan itu.

Melansir dari berbagai sumber, berikut sosok Handry Satriago dan rekam jejak kariernya.

Baca juga: Cerita Handry Satriago Jadi CEO General Electric Indonesia, Termuda dalam Sejarah, Sempat Tak PD

Kehidupan Pribadi

Handry Satriago lahir di Pekanbaru, Riau pada 13 Juni 1969.

Berita Rekomendasi

Ia lahir dari keluarga perantauan Minang.

Handry Satriago menikah dengan teman sekantornya di perusahaan GE bernama Dinar Sriardini Sambodja.

Pasangan ini semakin bahagia setelah dikaruniai dua orang anak perempuan.

Kesuksesannya di dunia bisnis tidak dimulai secara otodidak.

Ia telah bekerja keras dalam dunia akademik bahkan sampai menyelesaikan pendidikan S3.

Sebelumnya, Handry Satriago tercatat sekolah di SMA Labschool Jakarta.

Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia lanjut kuliah S1 di Institut Pertanian Bogor (IPB) di bidang Teknologi Industri Pertanian yang kemudian selesai tahun 1993.

Dia lalu menempuh pendidikan S2 dan meraih predikat Cum Laude di Magister Management IPMI Jakarta dengan program Dual Degree MBA dari Monash University, Australia tahun 1997.

Handry Satriago kemudian menempuh pendidikan S3 tahun 2010 di Universitas Indonesia dan meraih gelar doktor bidang Strategic Management.

Sehingga layak jika ia dipercaya menjadi anggota Dewan Penasehat di beberapa perguruan tinggi di Indonesia dan di corporate university sebuah BUMN.

Hobinya selain memperdalam pengetahuan di bidang akademik adalah mengoleksi lukisan tradisional Bali serta traveling.

Ia kerap meraih penghargaan dari dalam dan luar negeri atas kontribusinya terhadap kegiatan kemasyarakatan. 

Handry Satriago juga pernah dipercaya menjadi anggota Komite Indonesia di US-ASEAN Business Council dan menjadi Gubernur di America Chamber of Commerce (Amcham) Indonesia.

Sebagai mantan Champion, ia juga ikut mendirikan GE Volunteer Indonesia Chapter.

Handry Satriago meninggal dalam usia 54 tahun, Minggu 16 September 2023.
Handry Satriago meninggal dalam usia 54 tahun, Minggu 16 September 2023. (Instagram Handry Satriago)

Karier

Sebelum akhirnya bekerja di perusahaan GE, Handry Satriago lebih dulu meniti karier di beberapa perusahaan lokal.

Melansir Wikipedia, Handry Satriago pertama kali bergabung dengan General Electric (GE) tahun 1997.

Pada saat itu, ia dipercaya menjabat sebagai Manajer Business Development pada GE International.

Satu tahun kemudian, tahun 1998, Handry pindah ke GE Lighting Indonesia dan bertanggung jawab sebagai General Manager Industrial Lighting and Systems.

Tahun 2001, Handry memegang jabatan sebagai Regional Black Belt di GE Power Systems Asia Pacific serta menjabat sebagai Quality ACFC Leader untuk GE Power Systems Asia di tahun 2004.

Sejak tahun 2005 sampai dengan 2010, ia dipercaya memimpin bisnis Power Generation untuk GE Energy di Indonesia, Vietnam, Kamboja, dan Filipina.

Selanjutnya sejak Juli 2011, Handry dipromosikan sebagai CEO GE Indonesia, hingga sekarang.

Baca juga: Profil CEO Termuda General Electric Indonesia Handry Satriago, Meninggal Hari Ini, Lumpuh sejak Muda

Tentang General Electric (GE) Company 

General Electric (GE) Company adalah sebuah konglomerat multinasional yang didirikan dan berkantor pusat di Boston, New York pada 15 April 1892, atau sekira 131 tahun lalu.

Perusahaan ini pertama kali didirikan atas inisiasi ilmuwan penemu lampu pijar, pembangkit tenaga listrik hingga alat komunikasi seperti televisi, Thomas Alva Edison.

Pada saat itu Thomas Alva Edison memiliki saham dari sejumlah perusahaan yang terkait dengan listrik, yakni Edison Lamp Company, sebuah produsen lampu asal East Newark, New Jersey, dan perusahaan lain dibidang perangkat pencahayaan listrik.

Keuangan perusahaannya didukung oleh J. P. Morgan dan keluarga Vanderbilt.

Pada tahun 1889, perusahaan ini semakin besar karena berhasil menggabungkan perusahaan-perusahaan lain hingga dapat mengakuisisi Sprague Electric Railway & Motor Company.

Pada tahun 1896, General Electric menjadi salah satu dari dua belas perusahaan pertama yang melantai di Dow Jones Industrial Average yang baru dibentuk dan tetap menjadi bagian dari bursa saham tersebut selama 122 tahun.

Pada tahun 1911, General Electric menggabungkan National Electric Lamp Association (NELA) ke dalam bisnis pencahayaannya. GE kemudian mendirikan kantor pusat untuk divisi pencahayaannya di Nela Park, East Cleveland, Ohio.

Di dalam perjalanannya, GE juga turut menjadi pioner membuat radio dan televisi.

Pada tanggal 13 Januari 1928, penyiaran pertama untuk umum di Amerika Serikat dilakukan dengan menggunakan W2XAD milik GE dan suaranya disiarkan melalui WGY (AM) milik GE.

Saat itu, gambar disiarkan ke layar berukuran 1,5 inci persegi (9,7 centimeter persegi) di rumah dari empat pimpinan GE.

Stasiun televisi eksperimental W2XAD kemudian berevolusi menjadi WRGB, yang bersama WGY dan WGFM (kini WRVE), dimiliki dan dioperasikan oleh General Electric hingga tahun 1983.

Dipimpin oleh Sanford Alexander Moss, GE beralih ke bisnis produksi turbosupercharger pesawat terbang.

Produksi tersebut kemudian juga mengarah pada pengembangan mesin turbin gas industrial yang digunakan untuk membangkitkan listrik.

GE pada saat itu memperkenalkan perangkat supercharger pertamanya pada Perang Dunia I, dan terus mengembangkannya selama periode antar perang.

Perusahaan ini akhirnya juga dipercaya mengembangkan mesin jet bernama Whittle W.1 yang akhirnya didemonstrasikan di Amerika Serikat pada tahun 1941.

Jauh setelah itu, perusahaan semakin berkembang dan ada di banyak negara, termasuk Indonesia.

Pada tahun 2018, perusahaan ini berbisnis di bidang aviasi, perawatan kesehatan, tenaga, energi terbarukan, industri digital, produksi aditif, serta modal ventura dan keuangan.

Bahkan, di tahun 2020, GE menempati peringkat ke-33 dalam daftar Fortune 500.

Dua tahun kemudian, 2011, GE menempati peringkat ke-14 dalam daftar Fortune 20.

Baca juga: Profil Handry Satriago, Lahir dari Perantauan Minang yang Sukses Jadi CEO General Electric Indonesia

Jadi Motivator

Handry Satriago sering kali diundang menjadi motivator di berbagai acara.

Meski memiliki keterbatasan fisik dan mengharuskannya memakai kursi roda puluhan tahun, tidak membuatnya rendah diri.

Justru Handry Satriago sering sekali menyemangati anak muda dalam menggapai kesuksesan.

Pandangannya yang luas serta pengalamannya menjadi sosok yang dipercaya perusahaan besar membuatnya ingin membagikan banyak cerita kepada anak muda.

Dalam suatu kesempatan, melansir baketrans.dephub.go.id, kesuksesan datang ketika seseorang merasakan meraih sesuatu prinsip hidup, yang ia pegang adalah memiliki mental yang mau terus belajar.

Dari rasa ingin belajar itu membuatnya menjadi pribadi yang rendah hati, tidak arogan, dan harus mengendalikan dirinya.

Handry Satriago memaknai bahwa kesalahan bukanlah suatu kegagalan.

Ia justru mengajak para anak muda tahan banting demi meraih mimpi, yakni dengan terus meningkatkan semangat belajar dan percaya diri.

Tentu dibarengi dengan inovasi dan mengembangkan ide-ide kreatif dalam diri.

Motivasinya ini bahkan melahirkan dua buah karya buku yang berjudul "Sharing 1" dan "Sahing 2".

Bahkan Handry Satriago juga memebuat sebuag channel YouTube bernama Handry Sharing.

Adapun isinya tentang sharing dan ngobrol bersama orang-orang yang menginspirasi.

Beberapa di antaranya yakni ngobrol bareng dengan artis kenamaan Maudy Ayunda, produser sekaligus penulis skenario Mira Lesmana, hingga Grace Natalie.

Meninggal Karena Penyakit

Handry Satriago meninggal setelah sebelumnya menderita sakit kanker kelenjar getah bening .

Penyakit itu membuatnya harus memakai kursi roda selama kurang lebih 17 belasan tahun.

Namun, nasib berkata lain, pada Jumat 16 September 2023, Handry Satriago menghembuskan nafas terakhir.

Ia diketahui meninggal karena penyakit yang dideritanya.

(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas