Anies: Selama Rakyat Sebut Indonesia Sebagai Wakanda, Skor Kebebasan Berpendapat Masih Rendah
Anies Baswedan mengatakan skor kebebasan berpendapat di Indonesia masih pada level rendah.
Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bakal calon presiden (bacapres) dari Koalisi Perubahan, Anies Baswedan mengatakan skor kebebasan berpendapat di Indonesia masih pada level rendah.
Hal ini kata Anies, bisa terlihat dari banyaknya masyarakat Indonesia, termasuk netizen di dunia maya yang menggunakan kata 'Wakanda' untuk menyebut Indonesia. Menurutnya mereka menggunakan kata ganti tersebut karena khawatir pendapatnya menjadi masalah.
"Selama kita menulis tentang Indonesia masih harus menggunakan Wakanda, maka skor kita masih rendah," kata Anies dalam acara Mata Najwa '3 Bacapres Bicara Gagasan' pada Selasa (19/9/2023).
Anies menyatakan, bahwa selama masyarakat Indonesia masih menggunakan bahasa-bahasa atau kata lain untuk merepresentasikan diri, maka artinya skor kebebasan berpendapat di Indonesia masih jelek.
"Selama kita masih harus menggunakan nama-nama selain kita sendiri untuk mengungkapkan apa yang menjadi pikiran kita, maka skor kita masih rendah," ungkapnya.
Sebelumnya, hal serupa juga pernah Anies sampaikan saat memberikan kuliah kebangsaan di FISIP Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, Selasa (29/8/2023).
"Kita saksikan di sosial media banyak sekali yang kalau mau nulis itu nyebutnya Konoha, Wakanda. Apa artinya? Ini menunjukan ada self sensorsip," kata Anies.
Anies mencontohkan ketika sejumlah pihak mengkritik habis-habisan kota Lahore, Pakistan yang disebut polusi udaranya paling buruk.
Baca juga: Anies: Orang di Medsos Sebut Konoha dan Wakanda, Ini Tanda Demokrasi Tak Sehat
"Ini tanda-tanda (demokrasi) yang tidak sehat," ujar mantan Gubernur DKI Jakarta ini.
Dia menjelaskan ada dua sistem di dunia, yakni demokratik dan non demokratik. "Non demokratik pilarnya adalah fear rasa takut, yang demokratik pilarnya adalah trust," ucap Anies.
Anies menegaskan, sistem demokrasi pada dasarnya mengandalkan keterbukaan, kebebasan dan di bawahnya ada pilar kepercayaan.
"Non demokrasi, dia mengandalkan rasa takut, karena itu perhatikan rezim-rezim otoriter pasti mengandalkan rasa takut untuk menjalankan kekuasaannya, begitu rasa takut itu hilang rezimnya tumbang," ungkapnya.
Baca juga: Sebut Konglomerat Ogah Bantu, Anies Akui Ada Alat Negara Digunakan untuk Mengintimidasi
Karenanya, dia mendorong agar demokrasi yang menimbulkan rasa ketakutan dihilangkan. "Kebebasan berbicara harus menjadi prioritas yang kita bereskan dalam 24 tahun ke depan, harus," imbuh Anies.