Hukum Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW Menurut para Ulama
Berikut penjelasan terkait apa hukum memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, lengkap dengan keutamaan memperingatinya.
Penulis: Lanny Latifah
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Simak inilah penjelasan terkait apa hukum memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Maulid Nabi merupakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Pada tahun ini, Maulid Nabi Muhammad SAW jatuh pada Kamis, 28 September 2023.
Lantas, apa hukum memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW?
Baca juga: Kapan Libur Maulid Nabi 2023? Ini Tanggal Merah Menurut Jadwal Libur Nasional dan Cuti Bersama
Dalam tayangan Oase Tribunnews, Dosen UIN Saizu Purwokerto, Mawi Khusni Albar menjelaskan terkait hukum memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Hukum memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW ada yang menyebutnya mubah atau boleh.
"Mengapa boleh? ya karena memang di dalam peringatan itu tidak ada hal-hal yang jelek," ujar Mawi Khusni.
"Misalnya ada pengajian, ini kan bukan hal yang buruk. Lalu ada unsur sedekahnya, hal ini juga tidak buruk," lanjutnya.
Kemudian, menurut Imam As-Suyuthi:
"Perayaan Maulid ini termasuk Bid'ah yang baik, pelakunya mendapatkan pahala, sebab di dalamnya terdapat sisi-sisi mengagungkan derajat Nabi Muhammad SAW dan menampakkan kegembiraan dengan waktu dilahirkannya Rasulullah SAW."
Baca juga: Bacaan Surat Al Ahzab Ayat 56, Ayat Al Quran tentang Maulid Nabi Muhammad SAW
Selanjutnya, menurut Imam Ibnu Taimiyah dari kalangan Madzhab Hambali. Beliau mengatakan:
"Mengagungkan Maulid Nabi dan menjadikannya sebagai Hari Raya telah dilakukan oleh sebagian manusia dan mereka mendapat pahala besar atas tradisi tersebut karena niat baiknya dan karena telah mengagungkan Rasulullah SAW."
Keutamaan Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW
Dosen Tafsir Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta, Ahmadi Fathurrohman Dardiri, mengambil pernyataan dari Kyai Adam Kosasih asal Subang mengenai keutamaan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
1. Rasa Syukur
"Kita merasa bersyukur atas hadirnya Nabi Muhammad SAW di muka bumi ini," ujarnya.
Lebih menyenangkan lagi, semua terekam baik dalam Al Quran, hadist, sunnah, dan informasi-informasi dari para sahabat.
2. Untuk Memuji
"Bukan berarti Nabi suka dipuji," ungkapnya.
Fakta di balik kelahiran Nabi Muhammad SAW sangat luar biasa, dan karenanya kita harus melakukan pujian kepadanya.
Kalau bukan karena kamu Muhammad, Kalau bukan karena kamu Muhammad, Aku tidak menciptakan alam raya, itu kata Allah SWT dalam hadits Qudsi.
"Artinya, alasan keberadaan Nabi Muhammad sendiri itu adalah alasan yang bukan saja rasional, tetapi juga intelektual. Bahkan Allah menyatakan pentingnya sosok Muhammad, mungkin itu sulit dipercayai, tetapi itulah yang terjadi," jelasnya.
Sebagai pengikutnya, orang yang melihat Nabi Muhammad SAW sebagai figur, akan lebih sering memujinya.
"Untuk lebih melihat sosok Beliau untuk bisa masuk dalam diri kita," tambahnya.
3. Tholabul Ilmi
Pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pasti ada pengajian.
"Di titik tertentu, ini adalah momen mengembangkan pengetahuan," jelasnya.
Ketika wasiat takwa itu disampaikan, seringkali informasi yang ada mampu menimbulkan hikmah.
"Hikmah ini menjadi semangat tersendiri, hikmah itu kumpulan dari pengalaman, dalil, informasi tercampur jadi satu. Dengan hikmah kita bisa merubah berbagai hal, mungkin adanya hikmah melalui pengajian-pengajian itu, level keimanan, pengetahuan dan kebaikan mungkin akan naik," ungkapnya.
4. Teladan
Hubungan meneladani Nabi, melihat Nabi sebagai tuntunan, itu adalah cara menuju kepada Allah.
Menurut Ahmadi, Nabi Muhammad SAW bisa dibilang sebagai wasilah kita kepada Tuhan kita.
"Inilah empat keutamaan memperingati Maulid Nabi, sisanya dapat bersifat personal," tambahnya.
Maulid Nabi merupakan cara kita melihat figur Nabi Muhammad, dibalik figur ini terdapat latar belakangnya, pengalamannnya, dan semuanya.
"Kita memahami figur Nabi Muhammad tidak boleh sedikit-sedikit, misal hanya cara makan atau berpakaiannya saja."
"Itu boleh, tidak salah, namun sifatnya parsial. Akan lebih menarik dan membahagiakan lagi jika kita meniru Nabi Muhammad secara keseluruhan. Kita menjadi jujur saja, itu sudah luar biasa," ujarnya.
(Tribunnews.com/Latifah)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.