Menteri PPPA: Pementasan Monolog Mampu Menyuarakan Pencegahan Kekerasan pada Perempuan
Menteri Bintang menilai pementasan monolog dapat menjadi medium untuk menyuarakan pentingnya pencegahan kekerasan terhadap perempuan.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga menilai pementasan monolog dapat menjadi medium untuk menyuarakan pentingnya pencegahan kekerasan terhadap perempuan.
Bintang mendukung pementasan Regina Art Monologue Project yang telah digelar di Indonesia, Meksiko, dan Amerika Serikat.
Pementasan monolog ini menampilkan perjuangan korban kekerasan seksual.
"Semoga pementasan dua monolog ini di mancanegara dapat lebih menyadarkan kita, bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama untuk memperoleh kebebasan, keadilan, perlindungan, dan perdamaian. Teruslah berkarya untuk Indonesia,” ujar Bintang.
Hal tersebut diungkapkan oleh Bintang pada konferensi pers Regina Art Monologue Project.
Setelah menggelar pementasan di Indonesia, Meksiko, dan Amerika Serikat, Regina Art akan kembali menggelar pertunjukkan dua monolog di lima negara eropa.
Isu nasionalisme dan kekerasan terhadap perempuan masih akan dibawa oleh dua seniman mereka di Jerman, Swedia, Norwegia, Belanda, dan Perancis.
“Dengan pementasan ini diharapkan penonton dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, sehingga kita dapat bersama-sama lebih menghargai para pendahulu bangsa, meningkatkan empati dan kesadaran, ikut berpartisipasi dalam melawan tindak kekerasan seksual, dan turut serta membela hak asasi manusia,” ujar produser dan pemain dalam Regina Art Monologue Project, Joane Win.
Selain mengangkat nilai-nilai kehidupan dan edukasi penting untuk isu nasionalisme dan perempuan, pentas tersebut diharapkan menjadi pementasan yang kaya akan nilai kehidupan, budaya, dan keindahan seni.
Pertunjukan dua monolog itu menyasar penonton diaspora Indonesia yang ada di kota-kota tempat pertunjukan berlangsung.
"Juga untuk masyarakat lokal yang tertarik pada tema yang diangkat dalam monolog, maupun pada seni pertunjukan teater itu sendiri," tutur Joane.
Baca juga: Kapolri Jenderal Listyo Sigit Bakal Bentuk Tim Khusus Tangani Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak
Adapun dua judul pementasan monolog yang akan dipentaskan adalah monolog “Besok Atau Tidak Sama Sekali” yang ditampilkan Wawan Sofwan tentang perjuangan batin Soekarno sang Proklamator sesaat sebelum proklamasi.
Serta monolog “Cotton Candy” karya ED Jenura, yang ditampilkan oleh Joane tentang perjuangan korban kekerasan seksual dalam mengatasi traumanya.
“Regina Art Monologue Project dipentaskan di berbagai kota di luar negeri itu sebagai misi budaya dan sejarah dari Regina Art. Bagi saya ini langkah yang luar biasa ya, dan semoga dua monolog ini bisa dipentaskan ke Negara lainnya, yang ingin mengenal sejarah Indonesia secara lebih lengkap”, ujar sutradara dan pemain dalam Regina Art Monologue Project, Wawan Sofwan.
Beberapa KBRI dan Atase Pendidikan dan Budaya Indonesia di beberapa negara siap mendukung Regina Art Monologue Project.