Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pertunjukan The Smiling Old Women di Bentara Budaya Jakarta, Soroti Usia Senja dan Kematian

Pertunjukan “The Smiling Old Women” mengeksplorasi pengalaman-pengalaman manusia terkait proses menua dan kematian. 

Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Pertunjukan The Smiling Old Women di Bentara Budaya Jakarta, Soroti Usia Senja dan Kematian
Bentara Budaya
Poster The Smiling Old Women 

Sementara Komachi menjadi jemu berhadapan dengan saat kematian karena ia mendapatkan hukuman karma yang berat untuk hidup abadi dan berulang kali menyaksikan orang-orang yang mencintainya mati.

Keduanya menampilkan paradoks dari sikap manusia menghadapi kematian. 

Poster The Smiling Old Women
Poster The Smiling Old Women (Bentara Budaya)

Pijakan gagasan “The Smiling Old Women” dari Rintrik dan Komachi menumbuhkan gagasan kreatif untuk memosisikan sutradara dan aktor, serta tim artistik dalam posisi yang sama dengan kedua tokoh utama.

Semua manusia yang hidup memiliki persepsi terhadap proses menua dan mati.

Dari reservoir pengalaman dan ingatan inilah, ide dan gagasan tentang kedua hal itu terlahir.

Pengalaman berhadapan dengan kematian bukan hanya berarti mengalami kematian, namun juga merasakan kematian.

Melihat kematian, membau kematian, mendengar kematian, meraba kematian.

Berita Rekomendasi

Kematian dapat menjadi pengalaman inderawi. Kematian tak harus juga menjadi sesuatu yang tragis dan menyeramkan, karena ternyata kematian dapat juga menjadi ajaib dan parodikal.

Pengalaman inilah yang akan dihadirkan oleh pertunjukan “The Smiling Old Women” kepada penonton. 

Pertunjukan perdana “The Smiling Old Women” merupakan karya hasil kolaborasi yang telah berlangsung sejak 2020 dengan metode Crossing Text.

Yasuhito Yano dan Bambang Prihadi, kedua sutradara pertunjukan ini, membangun pendekatan crossing text dalam setiap tahapan proses pra produksi.

Sejak dimulai dengan pemilihan naskah, pembahasan dan pementasan karya, pelatihan keaktoran, dan pembahasan artistik dipayungi oleh pendekatan ini.

Dalam proyek kolaborasi yang telah berlangsung selama 4 tahun (2020 – 2023), komunikasi lintas budaya antara kedua grup ini dapat dirasakan dengan intens.

Bagi sebagian orang, pendekatan yang menitikberatkan pada proses dan hasil ini, tidak dapat dikatakan mudah, dengan dinamika dan konflik yang terus menerus diurai dan dipilin kembali.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas