Tingginya Angka Perceraian di Indonesia, Penyebabnya Toxic People
Dalam paparan terkait tema Keluarga, Hasto menjelaskan bahwa pembangunan keluarga adalah pondasi utama tercapainya kemajuan bangsa.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG (K) menyoroti tingginya angka perceraian di Indonesia.
Hasto ungkap bahwa sejak 2015 angka perceraian meningkat pesat.
Pada tahun 2021 jumlahnya mencapai 581 ribu keluarga yang bercerai, sedangkan jumlah pernikahan setahun 1,9 juta.
Hasto pun ungkap penyebab utama tingginya angka perceraian, yaitu karena toxic people.
"Saat ini, (angka) perceraian tinggi karena banyak keluarga keluarga asalnya adalah orang toxic. Orang waras bertemu orang toxic. Atau orang toxic_bertemu orang toxic. Akhirnya kelahi terus dan terjadilah perceraian,” kata Hasto pada keterangannya, Sabtu (28/10/2023).
Menurut Hasto, bahwa mendidik keluarga cukup dengan asah, asih dan asuh.
"Asah diajari ilmu agama yg baik, asih dikasihani dengan sebaik baiknya, asuh diimunisasi kemudian diberikan perlindungan yang baik," jelasnya.
Dalam paparan terkait tema Keluarga, Hasto menjelaskan bahwa pembangunan keluarga adalah pondasi utama tercapainya kemajuan bangsa.
BKKBN kemudian mendefinisikan pembangunan keluarga itu adalah untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas, yang hidup dalam lingkungan yang sehat.
Yaitu harus bisa diwujudkan dengan tujuan meningkatkan kualitas keluarga agar dapat hidup dengan rasa yang aman.
Kemudian caranya banyak sekali dan kebijakannya bagaimana membangun ketahanan keluarga.
Indonesia Emas 2045 menjadi tantangan serius sekali karena ada batu loncatannya, tahun 2030 harus terlampaui dengan baik.
Tidak ada yg kelaparan, tidak ada yg miskin ekstrim, dan stuntingnya seharusnya sudah turun jauh, dan juga pendidikannya harus bagus.
Di akhir paparannya dr. Hasto menyampaikan pesannya terkait stunting.
“Yang terakhir saya titip stunting, stunting itu pasti pendek. Mereka yg tadi terlalu muda, terlalu tua, anemia, bayinya stunting dan bayi stunting itu baru umur 40 tahun sudah central obesitas sehingga mudah terkena penyakit," tutupnya.