Makan Siang Ala Jokowi Hanya Basa Basi
Dari pertemuan makan siang itu, Siti Zuhro melihat bahwa justru Ganjar dan Anies yang terlihat sangat cair.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Hendra Gunawan
Sebetulnya dalam hati kecilnya, Mas Ganjar pernah didukung secara emplisit, bukan itu tetapi secara eksplisit, rambut putih kan.
Menang mendapatkan endosmen yang sangat luar biasa, meskipun dalam perjalannya belok tanpa memberikan sen, lalu belok mendukung Pak Prabowo dalam hal ini.
Bahkan tidak hanya Pak Prabowo, bahkan memberikan anaknya untuk menjadi bacapres. Menurut saya itu sangat serius sekali. Dalam duduk, saya tidak ahli menerjemahkan duduk seseorang, tapi paling kurang menunjukan bahwa sebelah kanan orang yang pernah dekat dengan dirinya, sebelah kirinya capres yang didukung, tapi tidak bisa lah kita mengatakan dukungan itu kepada tiga paslon sulit untuk kita terima secara logika dan rasional. Karena bagaimana pun juga tidak jadi presiden mendukung penuh anaknya, kan itu wajar.
Tapi yang dipersoalkan masyarakat adalah bukan mendukung anaknya atau tidak, tapi mekanisme pendukungan itu yang dianggap tidak tepat, itu yang disayangkan sebetulnya.
Sementara mungkin bagi Pak Jokowi mas Ganjar ini adalah masa lalunya, jadi masa yang akan datang adalah milik Prabowo-Gibran ini.
Sementara Anies dipososikan memang berhadapan. Jadi Anies hadir ini sebetulnya menggenapkan saja sebagai sosok yang bisa memberikan penyeimbang dalam pertemuan itu. Kita bisa bayangkan kalau yang dateng hanya Mas Ganjar dan Pak Prabowo, akan seperti apa. Katakan Anies tidak mau karena merasa di katakan akan dijegal dan sebagainya, maka bisa saja yang bersangkutan tidak mau datang, tapi datang teryata.
Jadi menurut saya Mas Anies sudah menyelamatkan pertemuan itu, kalau secara hubungan antar manusia. Sementara yang pakewuh ini kan antara kedua, saya melihat itu. Jadi peran Mas Anies bagaimana bisa pertemuan itu bisa lebih cair.
Pencair suasana, jadi bagus dia masih mau datang jadi kelihatan.
Saya terus terang belum percaya betul bahwa birokrasi kita betul-betul netral, karena sudah punya sejarah panjang dan sejarahnya pait sekali, biroksasi senantiasa digunakan dalam Pemilu dan Pilkada kita. Dan dari waktu ke waktu.
Di daerah kita tahu birokrasi ini hancur, banyak banget karena terkotak-kotak. Jadi birokrasi terkotak-kotak karena terintrusi di intervensi oleh kekuatan politik. Ya dijadikan macem-macem, PNS nya, kalau tidak di non-job kan itu PNSnya.
Di pemilu lalu kita juga menyaksikan bagaimana kemeterian tertentu, lembaga tertentu, sangat apa adanya terang-terangan menyampaikan dukungannya capres. Nah yang akan datang tidak sepatutnya, birokrasi di libat-libatkan dalam politik praktis kali ini, kita akan rugi nanti.
Birokrasi harus menjadi rol model pembangunan, siapapun yang menjadi presiden disitu sebetulnya birokrasi berjalan baik dan profesional. Bukan karena pemilu lalu birokrasi di acak-acak terus.
Kita harapkan ada komitemen yang tinggi dari Pak Jokowi kali ini untuk mengantatkan Pemilu 2024 suskes dan berhasil. Karena Presiden-presiden sebelumnya itu kalau kita lihat pasca orde baru, pemilu pertama tahun 1999 seperti apa, dari Gus Dur ke Bu Megawati. Dari Bu Mega ke Pak SBY, dari Pak SBY ke Pak Jokowi.
Kita mencatat dengan baik, birokrasi ini diperlakukan apa sebetulnya oleh masing-masing presiden ini. Kita mencatat.
Jadi terekam baik birokrasi kita ditempatkan tidak layak, dalam posisoning dan peran pentingnya dalam politik.
Dan sekarang ini, civil sociality kita ini untuk ikut mengawal pemilu kita untuk tidak disimpangkan sangat jauh, karena khawatir kalau disinpangkan sangat jauh pemilunya disfortif, maka akan terjadi sengketa pemilu, kalau sudah sengketa pemilu kaitannya akan terjadi konflik Pilpres ini kalau tidak dikelola dengan baik maka jadi kerusuhan.
Kita kalau mengalami kerusuhan yang serius maka yang terjsdi kita akan setback sebagai negara, ekonomi, ataupun demokrasi.
Pak Jokowi ingin memberi pesan agar tidak ada ketegangan di publik soal Pilpres 2024. Tentu berkaitan agar tidak terjadi kerusuhan, dengan pertemuan ini seberapa yakin Ibu hal ini bisa meredam tensi yang tinggi di publik saat ini?
Kayanya tidak bisa hanya pertemuan seperti itu, lalu menjadimin sampai coblosan Februari 2024 itu tidak akan praktek-praktek yang kotor, praktek yang negatif yang menyimpangkan, bahkan tidak ada hoaks, tidak ada fitnah dan kampanye hitam.
Tidak ada jaminan sama sekali, kecuali ada satu atau bukan tutur kata lagi tapi kebijakan yang sangat gamblang dari pemerintah menunjukan arah itu, menunjukan kebijakan itu berkomitmen tinggi, tidak hanya politica will, tapi juga political komitmen, law enforcement, ada tiga hal. Itu yang harus ditunjukan oleh Pak Jokowi, untuk memastikan dan menjamin pemilu sungguh-sungguh diharapkan sukses dan membuat Indonesia naik kelas. Kalau tidak hanya basa-basi saja apa yang dilakukan hari ini.
Saya belum sampai pada kesimpulan bahwa ini bisa menjamin, itu hanya merespons konteks yang kekinian serius sekali, dia disurati para budayawan, yang langsung podcash yang sangat prihatin, menyurati terbuka ke presiden.
Ini kegundahan tentunya para tokoh dari berbagau bidang ilmu yang menunjukan Indonesia sednag tifak baik-baik saja. (Tribun Network/ Yuda).