Makan Siang Ala Jokowi Hanya Basa Basi
Dari pertemuan makan siang itu, Siti Zuhro melihat bahwa justru Ganjar dan Anies yang terlihat sangat cair.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Hendra Gunawan
Mengapa, MK harus menempatkan atau urusan yang bukan otoritasnya yang dipermasalahkan oleh pakar humum termasuk oleh Pak Menkopolhukam dan pakar hukum dari berbagai kampus menyatakan hal yang sama.
Lalu, kesimpulannya kalau sudah seperti itu bissanya keputusan MK itu legal bainding, jadi absah dan harus dilaksanakan. Lah justru itu yang menimbulkan resistensi. Karena apa, dianggap tidak benar.
Nah itu yang harus memang di kelola dengan baik eleh pemerintah, lah Pak Jokowi dalam hal ini melaksanakan sistem presidential, beliau ini punya Otoritas tertinggi dalam hal eksekutif, jadi kekuasannya besar sekali.l untuk urusan terkait eksekutif.
Maka memang seharunya peran penting yang ditunjukan oleh Pak Jokowi dan dilaksanakan oleh Pak Jokowi adalah memasrikan menjamin bahwa semua tahapan-tahapan pemilu sukses, jadi bukan cawe-cawenya untuk paslon-paslon. Kalaupun cawe-cawe seperti Partai Demokrat di Amerika yang demokrasinya sudah eksablis itu memang busa dilakukan tapi khusus untuk internal partai bukan lintas partai.
Nah di Indonesia ini agak aneh, cawe-cawe tapi lintas partai. Maka ini yang menimbulkan silang sengkarut tentunya karena tentunya ada kader yang kutu loncat, meloncat begitu saja di tengah-tengah pemilu yang sedang kita langkahi dan laksanakan ini.
Kita sudah tau sekarang kenapa ada ketegangan politik yang mendadak eskalasinya agak tinggi. Karena ada yang dilanggar. Jadi pemilu ini, tidak boleh menjadi Pemilu yang disfortif, pemilu yang banyak melanggar peraturan dan etika bahkan.
Anda sempat menyebut, pertemuan ini untuk meredam ketegangan di masyarakat soal bacawapres ini, yang disebut menyebrang dari partainya. Nah yang diundang hanya capresnya saja, kenapa Presiden tidak mengundang cawapresnya yang notabennya menjadi cikal bakal ketegangan di masyarakat di tahun politik ini?
Ya tadi kita sudah mendengarkan juga dari peryataan mas Ganjar Pranowo, bahwa nanti bacawapres akan diundang oleh Wapres RI. Jadi yang bacapres diundang Presiden, bacawapres diundang oleh Wapres.
Publik pasti bertanya kenapa tidak satu paket, ya mungkin ada ketidak ewuh pekewuh, ketika harus mengundang yang dateng salah satu bacawapres anaknya sendiri. Mungkin ewuh pekewuh maka diserahkan kepada wapres untuk mengundang saja para bacawapres, jadi agak aneh begitu karena dalam kontitusi kita, paslon itu adalah capres dan cawapres. Mestinya satu paket dwitunggal.
Pertemuan ini apa bentuk Jokowi memberikan pesan kepada publik dalam posisi netral di Pilpres 2024?
Ya itu yang diucapkan, itu yang diucapkan akan netral dan yang dikerja tentunya oleh bacapres yang merasa khawatir sekali dalam hal ini atas nama mungkin pertemuan-pertemuan bacapres ini dengan masyarakat luas, tolong aparat negara, birokrasi ini dijamin netralisltasnya. Itu kan yang diminta.
Tentunya apa, karena salah satu pasangan calon kental dengan Istana. Istana ini kan artinya eksekutif, kalau kita ngomong blak-blakan saja, itu yang disampaikan kemarin lalu, ya memang ada kebutuhan seperti itu agar nanti pada Pemilu birokrasi kita, aparat negara kita, ASN dan PNS ini juga harusnya profesional, harusnya netral tidak lalu menjadi timses tertentu atau menjadi pendukung.
Kalau sudah seperti itu, birokrasi kita akan rusak kalau menjadi ditarik-tarik politik praktis tertentu.
Tadi Ibu menyinggung posisi duduk dari para Bacapres. Prabowo dan Ganjar disebalah kiri dan kanan Jokowi. Sedangkan Anies dihadapan Jokowi. Apa maknanya?