Daftar Pejabat dan Tokoh serta Sikap Mereka di Aksi Bela Palestina, Menlu Retno Menangis
Adalah Calon presiden dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan menjadi salah satu bintang di panggu utama Aksi Bela Palestina tersebut.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Acos Abdul Qodir
"Semalam saya membuat puisi" ujarnya.
"Hatiku miris karena bocah itu menangis. Dia terluka, dia tidak bisa berkata, dia tidak tahu di mana bapak ibunya," ucap lirih Retno saat mengawali puisinya.
"Setiap 10 menit satu anak wafat di Gaza. Ribuan prangtua kehilangan anak.
Tak terbilang berapa ribu anak kehilangan orangtuanya. Setiap tangan tertulis nama, mereka tidak ingin mati tanpa penanda," sambung Retno.
Mantan Wapres Jusuf Kalla
Wakil Presiden Republik Indonesia ke-10 dan 12 , Jusuf Kalla dalam orasinya menyerukan Amerika Serikat untuk menghentikan dukungan kepada Israel.
"Mari kita juga menyerukan Amerika menghentikan dukungannya kepada Israel, dan Israel akan sadar akan kemanusiaan dan kita semua. Mari kita semua bersatu," ujarnya.
Baca juga: Berita Foto : Ribuan Orang Ikuti Aksi Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina
Di akhir, ia mengajak para peserta aksi untuk berdoa agar kejahatan Israel di Palestina berakhir.
"Kita semua di sini mendoakan, semoga semua ini berakhir. Semua kedamaian akan kita capai, dan semua kembali kepada kemerdekaan yang kita cita-citakan. Terima kasih. Allahuakbar!" tutup Jusuf Kalla.
Capres Anies Baswedan
Sementar itu, mantan Gubernur DKI Jakarta sekaligus capres 2024 Anies Baswedan dalam orasinya di atas panggung menyerukan agar masyarakat Indonesia aktif terlibat dalam upaya kemerdekaan Palestina.
Upaya tersebut dapat dilakukan memanfaatkan teknologi handphone atau ponsel genggam yang sudah dimiliki oleh hampir semua orang di zaman ini.
"Kita semua harus terlibat, suara kita harus bunyi. Karena itu saya ajak kepada semuanya, nyalakan hape-nya supaya suara dari mulut-mulut kita satu terdengar sampai seluruh dunia. Bebaskan Palestina!" ujarnya.
Menurut Anies, untuk mendorong kemerdekaan Palestina tak bisa hanya dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri.
Selain melalui diplomasi, suara masyarakat dunia, termasuk Indonesia juga harus terdengar.
"Sekarang kita membutuhkan rakyat Indonesia untuk ikut terlibat. Tidak cukup hanya Kementerian Luar Negeri," katanya.