Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Orangutan Berperan Tingkatkan Biodiversitas dan Ketahanan Hutan hingga Berdampak ke Perubahan Iklim

Orangutan memiliki peran penting untuk menjaga hutan. Aksi mereka ini meningkatkan biodiversitas serta ketahanan hutan.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Orangutan Berperan Tingkatkan Biodiversitas dan Ketahanan Hutan hingga Berdampak ke Perubahan Iklim
istimewa
Yayasan Kehati, Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL – OIC) dan The Body Shop Indonesia memiliki komitmen dalam upaya konservasi orangutan dengan menghadirkan program Bio-Bridge yakni program konservasi hutan dengan cara membangun koridor antara bagian (area) hutan yang terpecah akibat eksploitasi seperti perburuan ilegal dan penebangan kayu yang tidak berlandaskan asas berkelanjutan di daerah Batang Toru. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perubahan iklim dan dampaknya merupakan hal yang sudah semakin nyata dan dapat dirasakan tidak hanya oleh manusia namun juga berdampak pada semua mahluk hidup.

Konservasi hutan dan seluruh ekosistem mahluk hidup di dalamnya, termasuk spesies langka Orangutan, merupakan salah satu cara untuk kita dapat meminimalkan dampak perubahan iklim.

Baca juga: Abadikan Orangutan dari Lensa, Gerdie Berhasil Boyong Wuling Air EV dari Taman Safari Indonesia

Biodiversity Conservation and Management Planning Specialist, Research Center for Climate Change (RCCC) Universitas Indonesia, Dr. Rondang S. E. Siregar mengatakan, orangutan memiliki peran penting untuk menjaga hutan.

"Orangutan berperan sebagai penebar biji dari biji-bijian dan buah-buahan yang dimakannya dan pergerakan mereka yang membawa biji-bijian tersebut memungkinkan pertumbuhan pohon baru," kata Rondang dalam keterangannya, Senin (6/11/2023).

Orangutan, kata dia membuat celah di antara pepohonan dengan cara mematahkan dahan dan rantingnya sehingga cahaya matahari dapat masuk ke hutan yang menstimulasi pertumbuhan tanaman di dalamnya.

"Aksi mereka ini meningkatkan biodiversitas serta ketahanan hutan dan berdampak pada efek perubahan iklim itu sendiri,” kata Rondang.

Baca juga: Disetujui KLHK, Enam Orangutan Dilepasliarkan di TNBBBR Pontianak Usai Menjalani Rehabilitasi

Berita Rekomendasi

Di Indonesia terdapat tiga spesies orangutan, yakni Orangutan Sumatera (Pongo Abelii), Orangutan Kalimantan (Pongo Pygmaeus) dan Orangutan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis).

Ketiganya berstatus Kritis berdasarkan daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Jumlah Orangutan mengalami penurunan sekitar 50 persen dalam 60 tahun terakhir karena kehilangan habitat yang diakibatkan karena berbagai hal, termasuk pemburuan oleh masyarakat sekitar karena dianggap hama, jual beli bayi orangutan secara ilegal, kegiatan pembalakan, pertambangan, pertanian, dan pembangunan infrastruktur di area habitat mereka.

Orangutan cenderung hidup soliter (sendiri) dan berkembang sangat lambat dengan rentang waktu melahirkan antara 6-9 tahun untuk 1 bayi.

"Umur pertama melahirkan sekitar 14 tahun untuk betina dan sekitar 25 tahun untuk jantan, dan mereka mampu bertahan hidup hingga umur 50-60 tahun. Oleh karena itu, dibutuhkan komitmen dari semua pihak untuk memastikan kelestarian habitat mereka," katanya.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Taman Safari Indonesia mengumumkan karya pemenang perhelatan International Animal Photo & Video Competition (IAPVC) ke-32 yang berlangsung sepanjang bulan Juli - September 2023. Sebanyak 14.786 karya dari 5.977 peserta berhasil terkumpul dan melewati proses kurasi serta penjurian ketat oleh lima juri dari profesional di bidang fotografi.

Antusiasme masyarakat tak henti-hentinya terasa pada sepanjang rangkaian IAPVC 2023, dimulai sejak roadshow di 3 kawasan konservasi: Taman Safari Bogor, Taman Safari Solo, dan Taman Safari Prigen, hingga akhir batas masa perdaftaran.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Taman Safari Indonesia mengumumkan karya pemenang perhelatan International Animal Photo & Video Competition (IAPVC) ke-32 yang berlangsung sepanjang bulan Juli - September 2023. Sebanyak 14.786 karya dari 5.977 peserta berhasil terkumpul dan melewati proses kurasi serta penjurian ketat oleh lima juri dari profesional di bidang fotografi. Antusiasme masyarakat tak henti-hentinya terasa pada sepanjang rangkaian IAPVC 2023, dimulai sejak roadshow di 3 kawasan konservasi: Taman Safari Bogor, Taman Safari Solo, dan Taman Safari Prigen, hingga akhir batas masa perdaftaran. "Kami sangat tersentuh melihat respons luar biasa ini," ujar Hans Manansang, Direktur Pemasaran Taman Safari Indonesia. "Hingga akhir September 2023, tercatat lebih dari 14.786 karya dari total keseluruhan peserta yang masuk proses kurasi, di mana sekitar 4.000 karya di antaranya didapat dari rangkaian roadshow. Pencapaian yang jauh melampaui target ini menjadikan IAPVC 2023 menjadi perhelatan terbesar dengan jumlah peserta terbanyak sepanjang sejarah penyelenggaraannya. Hal tersebut juga membuktikan bahwa ajang seperti ini dapat berpeluang besar dalam mendorong aksi nyata pelestarian satwa, yang semakin mendesak di Indonesia dan seluruh dunia." Selaras dengan tema "Story of The Wild, Capture Through Your Lens", peserta, melalui karya mereka, mengambil bagian dari gerakan pelestarian yang lebih besar untuk perubahan positif, di mana mereka tidak hanya melestarikan keindahan satwa kita, tetapi juga memberikan suara untuk melindungi habitat mereka. Sebanyak 35 karya terbaik dipilih dari beberapa kategori yang dikompetisikan dalam IAPVC 2023, termasuk Photo Story, Endangered Animal, General Wildlife, dan Social Media Contest Feed dan Reels. Kategori Photo Story dimenangkan oleh foto ibu dan anak orangutan yang sedang bermain bersama. Karya dari Wibowo Rahardjo terpilih sebagai pemenang pertama yang berhak membawa pulang Canon EOS R7 Body. //FX ISMANTO (TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/HO/FX ISMANTO)

Dari ketiga spesies ini, Orangutan Tapanuli merupakan jenis baru, dan tergolong spesies kera paling langka di dunia.

Ekosistem Orangutan Tapanuli di Batang Toru, Tapanuli Selatan ini adalah jalur pegunungan hutan hujan di provinsi Sumatera Utara. Para ahli memperkirakan bahwa kurang dari 800 individu Orangutan Tapanuli yang tersisa di alam liar.

Halaman
12

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas