Prabowo: Pemimpin Kita Banyak yang Dibohongi Bangsa Lain
Menurutnya, banyak pemimpin Indonesia yang mudah dibohongi karena karakter bangsa yang memiliki kebaikan yang tinggi.
Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto menyebut banyak pemimpin Indonesia yang banyak dibohongi oleh bangsa lain. Pasalnya, mereka terlalu kagum dengan negara lain.
Hal itu disampaikan Prabowo saat memberikan sambutan salam acara Rakernas LDII di Pondok Pesantren Minhajurrasyidin, Jakarta Timur, Selasa (7/11/2023).
Baca juga: Sindir Negara Barat, Prabowo: Ajarkan HAM, Tapi Kalau Anak-anak Dibom Bukan Pelanggaran HAM
"Jadi kita ini kadang terlalu kagum tapi kita harus koreksi diri, selalu pemimpin-pemimpin kita banyak yang dibohongi oleh bangsa-bangsa lain," kata Prabowo.
Menurutnya, banyak pemimpin Indonesia yang mudah dibohongi karena karakter bangsa yang memiliki kebaikan yang tinggi. Hal ini pun kemudian berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan.
Baca juga: Prabowo: Indonesia Tidak Lama Lagi Jadi Salah Satu Ekonomi Terbesar di Bumi
"Ini karena watak kita, karakter kita. Karakter kita ini pada dasarnya baik. Benar enggak? Kalau kita kedatangan tamu, coba kita inget, tamu siapa saja datang, monggo pinarak," katanya.
"Kalau perlu kita diem-diem ke tetangga, pinjem gula, ngutang dulu di warung, karena kita menghormati tamu. Dan ini selalu kita lakukan. Kalau ada yang datang ke desa kita, "Terima kasih, monggo-monggo, silakan." Kita enggak punya apa-apa, kita mau kasih. Ini sifat bangsa Indonesia, semua suku, semua daerah sifatnya seperti itu. Benar apa tidak?" sambungnya.
Di sisi lain, Prabowo mengungkap budaya bangsa lain berbeda dengan Indonesia. Mereka menganut apapun yang dilakukan yang terpenting menang meskipun harus berbuat curang, khianat ataupun berbohong.
Baca juga: Prabowo dan Ganjar Sudah Umumkan Ketua TKN, Anies: Kapten Kami di Kampung hingga Komplek Sudah Kerja
"Ada budaya seperti itu. Makanya kadang-kadang ini disebut clash of culture, clash of civilitation. Karena sifatnya beda. Kita tamu, ramah tamah. Kita ada pelajaran gotong royong. Kita enggak bisa lihat saudara kita kelaparan. Jadi ini mempengaruhi pandangan bernegara dan berekonomi," pungkasnya.