Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rycko Amelza Dahniel Minta Kalangan Mahasiswa Waspada, Pola Serangan Terorisme Berubah

kelompok radikal terorisme ini telah memperkenalkan dan menggunakan simbol-simbol agama dengan masuk ke rohis rohis

Penulis: Toni Bramantoro
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Rycko Amelza Dahniel Minta Kalangan Mahasiswa Waspada, Pola Serangan Terorisme Berubah
Dok. BNPT
Rycko Amelza Dahniel Minta Kalangan Mahasiswa Waspada, Pola Serangan Terorisme Berubah 

TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Prof Dr. Rycko Amelza Dahniel, M. Si mengatakan, pola serangan terorisme sekarang sudah berubah.

Dari hasil penelitian BNPT dari tahun 2018 sampai tahun 2023 ini,  pola serangan terorisme yang dilakukan secara terbuka telah menurun, turunnya 89 persen.

"Di atas permukaan mereka tidak lagi melakukan serangan-serangan teror, mereka sudah merubah polanya dari hard approach menjadi soft approach atau di bawah tangan," kata Rycko Amelza Dahniel jadi narasumber kuliah Umum di hadapan sekitar 1.000 mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang mengambil tema “Unnes Say No to : Intoleransi, Radikalisme, dan Terorisme untuk Masa Depan Sejahtera Mewujudkan Harmoni Kemerdekaan Bangsa di Auditorium Prof Wuryanto, Unnes, Rabu (8/11/2023).

Dikatakannnya, di bawah tangan ini atau di ‘ruang gelap’ (online) mereka melakukan sesuatu mereka melakukan kegiatan yang terencana dan sistematis dan juga masif.

"Untuk apa? Tentunya untuk melakukan penguatan sel-sel, melakukan proses rekrutmen melalui proses radikalisasi kepada kalangan para mahasiswa, kepada para remaja, anak-anak dan perempuan,” ungkapnya. 

Baca juga: VIDEO Densus 88 Tangkap 2 Terduga Teroris JAD: Berupaya Gagalkan Pemilu 2024

Dikatakan Rycko Amelza Dahniel, kelompok radikal terorisme ini telah memperkenalkan dan menggunakan simbol-simbol agama dengan masuk ke rohis rohis, masuk ke tempat-tempat ibadah, masuk ke Ta’lim Ta'lim untuk memperkenalkan ideologi dengan menggunakan atribut atau simbol-simbol agama utamanya agama Islam.

“Bahkan mereka ini juga menggunakan tempat-tempat ibadah untuk menyampaikan, atau disampaikan oleh orang-orang yang sepertinya memahami masalah keagamaan atau menggunakan jubah keagamaan. Untuk itu saya minta hati-hati kepada para mahasiswa semuanya,” jelasnya.

Berita Rekomendasi

Lebih lanjut Rycko Amelza Dahniel menjelaskan, di bawah sel permukaan kelompok ini mulai memperkuat dengan melakukan proses rekrutmen dengan radikalisasi dengan mengumpulkan berbagai bantuan bantuan keuangan atau donasi, tromol tromol atau menyaru dengan menggunakan kotak amal.

"Namun sekarang ini bahkan sudah menggunakan system online atau yang menggunakan barcode “cyber patrol juga dilaksanakan, tapi masalahnya ini sudah tersebar dari Wa ke WA, telegram ke telegram lalu dari Facebook ke Facebook. Menggunakan tameng dukung Gaza, dukung Palestina. Apa sudah yakin? Orang Indonesia ini sangat murah hati, begitu dengar bahasa itu tinggal klik itu pakai gopay atau pakai qris tinggal ditempel. Nggak taunya tidak jelas malah untuk pendanaan terorisme. Hati-hati,” urainya.

Selain itu sel-sel teroris ini juga berupaya masuk seperti ingin membuat partai politik, Dari strategi menggunakan peluru, bullet, sekarang menggunakan bail out atau menggunakan kotak suara. Dan BNPT sudah menghentikan di mana ada calon partai yang isinya mengusung ideologi kekerasan.

“Kalau sudah bisa masuk dan memiliki partai, apalagi bisa masuk ke DPR di Senayan atau di daerah nantinya mereka bisa merumuskan aturan yang sangat bertentangan dengan kehidupan kita sebagai suatu bangsa yang dibangun dari berbagai macam perbedaan yang ada. Tentunya ini harus hati-hati betul, karena kalau tidak ini bisa akan menimbulkan suatu perpecahan di Indonesia yang kita cintai ini,” kata Rycko.

Sedangkan untuk para kaum perempuan, menurutnya juga tidak sedikit di kalangan perempuan yang sudah dieksploitasi, dibohongin dan dimanipulasi untuk menjadi jaringan daripada terorisme.

Bahkan ada yang menjadi pelatih untuk pelatihan, ada yang menjadi pelaku bom bunuh diri, ada yang menjadi recruiter, ada juga yang menjadi simpatisan dan ada juga yang membawa suami dan anaknya untuk melakukan bom bunuh diri seperti yang terjadi di Surabaya tahun 2018 lalu.

“Apa ada ajaran agama yang mengajarkan seperti itu, membawa suami, membawa anak-anak untuk menjadi pelaku bom bunuh diri,” ujar alumni Akpol tahun 1988 ini.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas