Terkait Dinamika Politik Saat Ini, Sejumlah Tokoh Nasional Bertemu Gus Mus dan Ini Hasil Pertemuan
Hadir di kediaman Ahmad Mustofa Bisri antara lain Benny Susetyo, Erry Riyana Hardjapamekas, Goenawan Mohamad, Lukman Hakim Saifuddin, dan Omi Komaria
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Jateng Abduh Imanulhaq
TRIBUNNEWS.COM, REMBANG - Tokoh nasional dan lintas agama menggadakan rembuk bersama dan menyatakan sikap terkait dinamika politik dan hukum di Indonesia yang terjadi belakangan ini di kediaman KH Ahmad Mustofa Bisri atau lebih sering dipanggil Gus Mus di Kelurahan Leteh, Kec/Kab Rembang, Jawa Tengah, Minggu (12/11/2023).
Hadir dalam pertemuan di kediaman Ahmad Mustofa Bisri itu antara lain Antonius Benny Susetyo, Erry Riyana Hardjapamekas, Goenawan Mohamad, Lukman Hakim Saifuddin, dan Omi Komaria Madjid.
Budayawan Goenawan Mohamad (GM) mengatakan, kedatangannya ke kediaman Gus Mus adalah berbagi rasa dan menularkan semangat agar mengembalikan kepercayaan terhadap sesama sebab menurutnya kepercayaan terhadap sesama pada zaman sekarang sangatlah tipis.
“Pertama, banyak sekali kebohongan yang juga diucapkan oleh presiden dan orang-orang lainnya.
Kedua, karena semua ini sekarang bisa dibeli, kesetiaan bisa dibeli, suara bisa dibeli, kedudukan bisa dibeli.
Baca juga: Lirik Mars Satu Abad NU Berjudul Merawat Jagat Membangun Peradaban, Karya KH Ahmad Mustofa Bisri
Jadi apa yang ikhlas itu sudah mengalami erosi yang berat. Kalau sebuah masyarakat kehilangan saling percaya, ya selesai,” ujarnya.
Oleh sebab itu, ia bersama tokoh nasional lainnya ingin mencegah agar krisis kepercayaan terhadap sesama tidak semakin parah sehingga bangsa ini bisa menempuh perjalanan lebih lama.
“Terutama menjelang pemilihan umum dan pemilihan presiden, yang menurut saya makin mencemaskan karena aturan bersama mulai dibongkar-bongkar, bahkan dirusak. Terjadinya skandal, skandal saya sebut, di Mahkamah Konstitusi menunjukkan itu,” ucapnya.
“Belum lagi nanti saya dengar pemaksaan penutupan saluran suara dan sebagainya. Kalau itu terjadi, pilpres yang akan datang itu bisa tegang.
Mestinya ada yang menang, tapi kemenangan itu kemenangan yang kosong. Karena yang menang sebenarnya itu kalau ada legitimasi, bukan hanya legalitas. Artinya diterima masuk akal dan masuk sesuai dengan hati nurani. Ini yang mungkin tidak terjadi. Siapapun yang menang akan cacat,” katanya.
GM mengatakan, kemenangan uang cacat tersebut akan terbawa terus sehingga politik di Indoensia tidak akan pernah berlangsung dengan sehat sehingga ia bersama tokoh nasional lainnya, melakukan pertemuan untuk urun rembug, supaya hal tersebut tidak berlarut-larut.
“Tapi paling tidak seperti kata Gus Mus, mengingatkan, menasihati, ya menasihati kata yang sombong.
Untuk mengingatkan, bukan hanya pada yang berkuasa, sebenarnya saya tidak pernah mengingatkan kepada yang berkuasa, tapi pada sesama kita. Nah ni tujuan kami datang ke Rembang dan khusus tadi menganjurkan lebih diperluas lagi pertahuan begini,” imbuhnya.
Koordinator Pertemuan Majelis Permusyawaratan Rembang, Alif Iman Nurlambang mengatakan, mereka sowan ke tempat Gus Mus selain silaturahmi, juga untuk menyampaikan beberapa hal mengenai situasi yang sedang berkembang saat ini.
“Kalau mengutip puisi Gus Mus kan kita tengah menghadapi satu materi dengan rasa yang berbeda, termasuk materi republik dengan rasa kerajaan, kan kira-kira begitu,” katanya.
Baca juga: Sowan ke Gus Mus, Lukman Hakim: Beliau Sosok yang Miliki Kejernihan Berpikir dan Kedalaman Rasa
Ia mengatakan, puisi yang dibawakan oleh Gus Mus beberapa waktu lalu menjadi satu sinyal bagi banyak orang.
Gus Mus sebagai budayawan di banyak pertemuan, ceramah dan diskusi, selalu menyebutkan bahwa rasanya sudah waktunya di Indonesia ini kebudayaan yang menjadi panglima.
Dalam pertemuan bersama dengan Gus Mus pada hari itu, ada dua garis besar yang dibahas.
Satu di antaranya mengenai keprihatinan terhadap situasi nasional saat ini.
“Yang pertama, saya mengutip kalimat Gus Mus, memberikan nasihat kepada kekuasaan, kepada elite-elite politik, bahwa apa yang sudah berlangsung itu melukai perasaan kita semua walaupun kata-kata melukai belakangan kan sering disebut sebagai sok drama, sok sinetron, kebanyakan drakor tapi itulah yang perlu dilakukan oleh para budayawan, tokoh-tokoh lintas agama, iman dan keyakinan kemudian juga para pembela-pembela demokrasi, pejuang-pejuang hak asasi manusia juga termasuk mereka yang bekerja di ruang-ruang anti korupsi,” katanya.
Yang kedua, lanjut Alif, Gus Mus menganjurkan agar pertemuan-pertemuan semacam ini terus dilakukan untuk menyerukan kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Dia mengatakan, masyarakat harus bisa memahami situasi Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja.
“Kalau kita boleh ngutip istilah Pak Jokowi sendiri adalah Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Karena itu nasihat-nasihat penting disampaikan juga kepada warga negara agar situasi tetap bisa adem kekecewaan bisa disalurkan melalui saluran-saluran demokratis sehingga sama-sama memperingatkan agar penguasa juga eling,” imbuhnya.
Istri Cak Nur Sampai Menangis karena Kecewa
Situasi nasional saat ini bikin kesal dan sedih istri cendekiawan muslim Nurcholish Madjid atau Cak Nur, Omie Komariah Madjid.
“Saya curhat kepada Gus Mus sebagai guru saya, setelah suami saya Cak Nur meninggal.
Saya curhat karena saya merasa sedih, kesal, dan marah,” kata Omie Komariah Madjid usai bertemu dengan KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus di Kelurahan Leteh, Kec/Kab Rembang, Jawa Tengah, Minggu (12/11/2023).
Kesedihan dan kemarahannya dipicu dengan kenyataan pemberantasan KKN yang diperjuangkan oleh Gerakan Reformasi 98 tidak dijalankan secara sungguh-sungguh oleh pemerintah saat ini.
KKN saat ini menurutnya justru semakin menggurita dalam pelaksanaan penyelenggaraan negara.
“Justru negara malah sudah diselewengkan jauh, sebagai ajang korupsi, kolusi dan nepotisme.
Sangat memprihatinkan sekali, bahkan nepotisme kekuasaan anda lihat sendiri. Ditunjukkan, dipertontonkan kepada kita semua secara terbuka tanpa rasa malu dan salah sama sekali. Itu yang membuat saya menangis,” katanya.
Dalam berbagai kegiatan seminar, webminar para tokoh agama, seniman, mahasiswa, para cendekiawan, serta para tokoh masyarakat selalu mengingatkan bahaya KKN terhadap keberlangsungan negara. Namun, justru para pemimpin tertutup hari nuraninya.
“Ke mana hati nurani pemimpin kita itu? Jadi, kekuasaan itu menjadi menjadikan orang tertutup hati nuraninya.
Itu yang sangat memprihatikan saya. Kenapa begini?” katanya.
Namun, dia teringat dengan almarhum suaminya, bahwa jangan pernah menyerah untuk terus menyuarakan kebenaran.
Dirinya masih menaruh harapan dan optimisme kepada seluruh rakyat Indonesia.
“Marilah kita bersuara untuk mengawal kemajuan masyarakat Indonesia mencapai tujuannya, sebagaimana telah ditetapkan oleh para pendiri bangsa. Nah itu tadi yang saya curhatkan kepada Gus Mus.
Maka dari itu, marilah teman-teman, kita berbuat baik setiap harinya untuk negara ini. Mudah-mudahan niat baik ini mendapat rindu Tuhan dan rakyat kita bisa mencapai tujuannya, negara kita makmur, sentosa semuanya,” imbuhnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Istri Cak Nur Menangis di Kediaman Gus Mus, Ungkap Kekecewaan KKN di Indonesia Makin Menggurita
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.