Gatot Nurmantyo: Demokrasi Era Jokowi Lebih Jelek Dibandingkan di Zaman Soeharto
Gatot mengingatkan, kekuasaan Presiden Soeharto jatuh pada tahun 1998 karena demokrasi.
Penulis: Fersianus Waku
Editor: Acos Abdul Qodir
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fersianus Waku
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) sekaligus mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menilai demokrasi pada era Presiden Joko Widodo (Jokowi) buruk.
Gatot mengingatkan, kekuasaan Presiden Soeharto jatuh pada tahun 1998 karena demokrasi.
"Tahun 1990 itu mulai final zamannya Pak Harto baru kita beralih kepada demokrasi. Di situlah pak Harto jatuh karena demokrasi," kata Gatot dalam jumpa pers di kawasan Menteng, Jakarta, Jumat (24/11/2023).
Dia menyebut demokrasi perlahan-lahan naik ketika Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi presiden.
"Demokrasi kita mulai naik lagi pelan-pelan menata dengan lelah sampai dengan terpilihnya SBY mulai naik," ujar Gatot.
Gatot menjelaskan demokrasi Indonesia mencapai puncak tertingginya ketika Jokowi terpilih sebagai presiden di 2014.
"Paling puncak demokrasi kita paling tinggi di internasional pada saat Pak Jokowi 2014 dipilih sebagai presiden," ucapnya.
Namun, kata dia, seiring berjalannya waktu demokrasi perlahan-lahan menurun pada tahun 2020.
"Tapi, ketika tahun 2020 pelan-pelan menukik dan sampai justru sekarang ini kondisinya lebih jelek demokrasinya (daripada) pada saat zamannya Pak Harto," tutur Gatot.
Baca juga: Ganjar Sebut Nilai Rapor Hukum dan HAM Pemerintahan Jokowi Jeblok: Nilai 5 dari 10
Di samping itu, Gatot menuturkan saat ini kondisi ekonomi dunia internasional termasuk Indonesia mengalami krisis.
"Apabila terjadi krisis ekonomi pada puncaknya dan bersamaan dengan krisis demokrasi, itu hukum alam akan terjadi, akan terjadi keributan," ungkapnya.
Sehingga, dia menambahkan KAMI menjadi penengah agar jangan sampai hal tersebut terjadi.