Tak Tolak Teknologi Kecerdasan Buatan, PBNU: Artificial Intellegent Tidak Perlu Ditakuti
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyampaikan, perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) perlu terus dicermati.
Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Wahyu Aji
Laporan wartawan Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyampaikan, perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) perlu terus dicermati.
Ketua PBNU Ulil Abshar Abdalla mengatakan, artificial intellegent tidak perlu ditakuti. Sebab, menurutnya, pada akhirnya manusia mampu mengarahkan perkembangan AI untuk pemanfaatan dirinya.
"Perkembangan-perkembangan ini tidak perlu dicurigai ataupun ditakuti karena adannya unsur ilahiah dalam diri manusia, dan karena kemuliaan derajat yang diberikan oleh Allah yang diberikan kepadanya, manusia akan bisa pd akhirnya mengarahkan perkembangan kecerdasan buatan untuk pemanfaatan dirinya," kata Ulil, dalam konferensi pers hasil Muktamar Pemikiran NU: Imagining The Future Society, di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, pada Minggu (3/12/2023).
Ulil menilai, meskipun ada kapasitas dalam diri manusia untuk melakukan kejahatan, tetapi kapasitas kebaikan jelas lebih dominan pada diri manusia.
"Karena itu, perkembangan kecerdasan buatan pada akhirnya adalah salah satu perkembangan saja di dalam jenis alat-alat hasil rekayasa manusia untuk mengatasi sejumlah masalah yang dihadapinya," ungkapnya.
"Pada awalnya dan akhirnya manusialah yang menjadi pusat utama."
Lebih lanjut, kata Ulil, berdasarkan prinsip Mabadi Khoira Ummah yang dirumuskan oleh KH Machfud Shiddiq selaku Ketua Umum PBNU terdahulu, apapun bentuk dan masyarakat di masa depan itu haruslah masyarakat yg dilandaskan pada visi dan nilai.
"Nilai keterbukaan, keadilan, penghormatan kepada keragaman, akhlak mulia, pentingnya keluarga dan pengasuhan anak, pentingnya pendidikan anak dalam keluarga sebagai basis awal penanaman nilai-nilai mulia. Dan kesetaraan yang tidak bertentangan dengan visi universal agama Islam," katanya.
Oleh karena itu, Ulil menegaskan, sikap PBNU terhadap modernitas, modernisasi, dan perubahan sosial adalah bukan menolak secara total atau rejectionist.
"Kami hadir secara aktif untuk merumuskan sikap terhadap perubahan itu dan kami hendak berubah dengan syarat-syarat yang kami kehendaki dan kami tentukan sendiri," tuturnya.
Sebagai informasi, kegiatan Muktamar Pemikiran NU digelar sejak tanggal 1-3 Desember 2023.
Baca juga: Artificial Intelligence Tak Gantikan Peran Dokter, Tapi Bantu Diagnosa dan Prediksi Hasil Pengobatan
Adapun agenda utama adalah diskusi yang dirumuskan sebagai hasil dari Muktamar Pemikiran NU.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.