Saat Putra Wiji Thukul Bawakan Puisi Momok Hiyong: Apakah Ia Abadi, Demokrasi Dijadikan Bola Mainan
Pasalnya, Fajar Merah secara penuh semangat membacakan puisi ciptaan sang ayahanda berjudul 'Momok Hiyong'.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fajar Merah, anak dari penyair dan aktivis hak asasi manusia (HAM), Wiji Thukul membuat Panggung Rakyat bertajuk 'Bongkar' bergetar dan bergemuruh riuh.
Pasalnya, Fajar Merah secara penuh semangat membacakan puisi ciptaan sang ayahanda berjudul 'Momok Hiyong'.
Diketahui, puisi 'Momok Hiyong' karya Wiji Thukul mengkritisi keras kekuasaan, penyalahgunaan kekuasaan, serta pengorbanan rakyat dan lingkungan alam.
Baca juga: TPN Ganjar-Mahfud Desak KPU Laksanakan Audit Hak Asasi Manusia ke Capres-Cawapres
Awalnya, aktivis HAM Usman Hamid menyampaikan pengatar dalam pembukaan acara Panggung Rakyat bertema Bongkar yang diikuti puluhan seniman, budayawan, dan aktivis di Stadion Madya Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, pada Sabtu (9/12/2023).
Setelah itu, Usman mengundang Fajar Merah naik ke atas panggung utama untuk membacakan puisi.
"Kita panggil, putra dari aktivis HAM Wiji Thukul, Fajar Merah. Dia akan membacakan puisi," ucap Usman.
Fajar yang tampak mengenakan kaus putih bergambar wajah Wiji Thukul, langsung naik ke atas panggung.
Baca juga: Kelompok HAM: Serangan Israel terhadap 7 Jurnalis di Lebanon Tampaknya Disengaja
Dia kemudian langsung membacakan puisi berjudul 'Momok Hiyong'.
Momok hiyong si biang kerok,
Paling jago bikin ricuh,
Kalau situai keruh,
Jingkrakjingkrak ia.
Bikin kacau dia ahlinya,
Akalnya bulus siasatnya ular,
Kejamnya sebanding nero,
Sefasis hitler sefeodal raja kethoprak.
Luar biasa cerdasnya,
Di luar batas culasnya,
Demokrasi dijadikan bola mainan,
Hak asasi ditafsir semau gue.
Emas doyan hutan doyan,
Kursi doyan nyawa doyan,
Luar biasa,
Tanah air digadaikan.
Masa depan rakyat digelapkan,
Dijadikan jaminan hutan.