Pemerhati Pendidikan Bicara Jalan Panjang Wujudkan Kebahagiaan Bangun Karakter Generasi Muda Bangsa
seiring berjalannya waktu, pendidikan di era modern telah mengalami perubahan yang signifikan terutama dengan kemajuan teknologi.
Penulis: Reza Deni
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pendidikan memiliki peranan penting dalam mewujudkan warga negara berkepribadian tinggi dan berakhlak mulia, sehingga dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Hal tersebut sebagaimana dikayakan satu tokoh pemerhati pendidikan Indonesia, Fahrizal Zain.
Namun seiring berjalannya waktu, pendidikan di era modern telah mengalami perubahan yang signifikan terutama dengan kemajuan teknologi dan globalisasi yang terus berkembang.
Maka dari itu dibutuhkan formulasi di bidang pendidikan salah satunya pendidikan moral.
Hal itu diharapkan dapat membangun karakter generasi bangsa menjadi lebih baik.
Fahrizal mengatakan pendidikan seharusnya dapat membuat siswa lebih bahagia dalam belajar bukan malah sebaliknya.
Sebab, pendidikan yang baik itu lahir dari rasa penasaran siswa sehingga mereka mampu menjawab rasa penasaran itu dengan kemauan untuk belajar.
Kemudian, salah satu aspek penting yang tidak boleh luput diajarkan dalam di dunia pendidikan adalah pengembangan karakter siswa.
"Sehingga di dalam pembelajaran tidak hanya terbatas pada pengembangan kemampuan intelektualnya saja, tetapi lebih kepada pengembangan karakter, sikap, dan perilaku peserta didik,” kata Ketua Program Pengembangan Sekolah Unggulan Berasrama, Yayasan Abdi Bangsa-ICMI ini, Minggu (10/12/2023).
Fahrizal juga mengatakan jika karena karakter akan membentuk kepribadian seseorang, sehingga mereka akan menjadi pribadi yang selalu berfikir positif dan bermanfaat bagi masyarakat.
Fahrizal mencontohkan negara Skandinavia yang terdiri dari Finlandia, Islandia, Swedia, Denmark, dan Norwegia adalah deretan negara yang memilki indeks paling bahagia di dunia berdasarkan World Happiness Report.
Menurutnya, rahasia hidup di negara paling bahagia tersebut ternyata kuncinya adalah pendidikan, kesehatan warga yang terjamin dan kepercayaan kepada pemerintah yang kuat.
"Jika kami bandingkan negara dengan indeks bahagia tinggi di dunia, seperti Norwegia, Denmark, dan Finlandia. Ternyata, negara itu memiliki sistem pendidikan terbaik dan kesehatan yang terjamin," ujar Fahrizal Zain.
Ia juga mencontohkan semisal negara Finlandia. Selain negara tersebut memiliki pendidikan terbaik di dunia ternyata negara tersebut juga menyandang negara paling bahagia dalam lima tahun terakhir berturut turut.
Para penduduk Finlandia cenderung akan menikmati hidup apa adanya dan tidak menginginkan sesuatu yang berlebih. Jika dikaitkan dengan konsep islam yakni kesederhanaan dan bersyukur.
Bahkan di negara tersebut dukungan sosial dan hubungan antarmanusia jauh lebih baik, saling menjaga, dan tidak saling menyerang antar sesama. Menurut Fahrizal Zain, hal tersebut juga diajarkan dalam islam.
"Bukan berarti kita harus seperti negara-negara Skandinavia. Bukan seperti itu, tetapi konsep hidup kesederhanaan dan bersyukur ternyata juga diajarkan dalam islam," tambah Fahrizal .
Maka dari itu, Fahrizal dengan tegas mengatakan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat diperlukan dukungan pemerintah terkait anti korupsi. Sehingga investasi dapat masuk dan kesetaraan ekonomi meningkat.
Dia juga membandingkan di negara yang menyandang predikat paling bahagia, masyarakatnya sangat percaya kepada pemerintah yang tidak akan menyalahgunakan uang pajak dan mengalokasikannya sepenuhnya untuk kepentingan serta kesejahteraan rakyat.
"Faktor kepercayaan antarwarga dan pemerintah sangat tinggi, sehingga selalu berfikir positif," kaya Fahrizal.
Menurut Fahrizal, semua itu hanya bisa dicapai melalui investasi sumber daya manusia melalui kualitas pendidikan. Sebab generasi muda saat ini akan menggerakan pemerintahan roda perekonomian di masa mendatang.
"Ketidaksetaraan ekonomi menyebabkan tingkat persepsi terhadap keadilan, sehingga kepercayaan terhadap pemerintah berkurang, kecemasan akan muncul dan ujungnya kepuasan hidup menjadi rendah," tegas Fahrizal.
Baca juga: Ketika Umat Islam Indonesia Membicarakan Teknologi
Dalam penutupnya, dia mengutarakan, jika secara pendidikan di era modern adalah tentang menemukan keseimbangan antara teknologi dan karakter. Sebab yang menjadi tantangan untuk dihadapi para siswa ke depannya diperlukan kebijaksanaan.
"Dari konsep bahagia, semoga lahir generasi muda yang berkualitas yang penuh tata krama dan kebijaksaan," pungkas dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.