Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun
Tujuan Terkait

Survei PISA 2022, Ketua Komisi X DPR Sebut Krisis Kualitas Pendidikan Indonesia Belum Berakhir

Dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tantangan besar dalam hal keamanan di lingkungan sekolah dan sekitarnya.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Survei PISA 2022, Ketua Komisi X DPR Sebut Krisis Kualitas Pendidikan Indonesia Belum Berakhir
ist
Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA  – Survei kualitas pendidikan Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2022 yang dilakukan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menunjukkan jika krisis kualitas pendidikan dalam 20 tahun terakhir masih belum berakhir.

Dibutuhkan konsistensi perbaikan menajamen pengelolaan pendidikan di tanah air terutama terkait perbaikan kualitas guru, perbaikan kenyamanan lingkungan sekolah, serta intensitas keterlibatan orang tua siswa.

“Kami menilai dari hasil PISA 2022 menjadi indikator jika Indonesia masih belum bisa keluar dari krisis kualitas pendidikan yang hampir 20 tahun terakhir terus terjadi. Kemampuan dasar peserta didik di bidang numerik, literasi, dan sains masih di bawah mayoritas negara dunia,” ujar Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda, Jumat (15/12/2023).

Programme for International Student Assessment (PISA) atau Program Penilaian Pelajar Internasional merupakan sebuah asesmen yang dirancang oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) untuk mengukur capaian pendidikan suatu negara.

Baca juga: Kemendikbudristek Beri Penghargaan Perguruan Tinggi dengan Transformasi Pendidikan

Pada penilaian PISA 2022, Indonesia menyertakan 14.000 siswa.

Dari situ diketahui jika skor bidang literasi Indonesia 359, matematika 366, dan sains 383.

Huda menjelaskan skor kemampuan siswa Indonesia di bidang matematika dan literasi saat ini merupakan skor terendah sejak Indonesia mengikuti survei PISA.

Berita Rekomendasi

Meskipun di satu sisi raihan tersebut membuat Indonesia naik peringkat hingga 5-7 tingkat dibandingkan hasil PISA 2018.

“Kenaikan peringkat tersebut tidak banyak berarti karena terjadi di kondisi darurat di mana banyak negara mengalami learning loss akibat Pandemi Covid-19. Yang pasti skor capaian siswa Indonesia yang menunjukkan penurunan harus menjadi acuan melakukan evaluasi dan perumusan rekomendasi perbaikan pengelolaan pendidikan di tanah air,” katanya.

Huda mengungkapkan survei PISA juga menelusuri faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa di bidang matematika, bahasa, dan sains.

Faktor-faktor tersebut antara lain inisiatif guru, keterlibatan orang tua, keamanan lingkungan sekolah dan sekitarnya, serta besaran alokasi dana pendidikan di masing-masing negara.

“Nah kita agak lemah dalam hal inisiatif guru dan keamanan sekolah,” katanya.

Dari survei PISA, kata Huda diketahui jika 18 persen siswa (dari 14.000 siswa peserta tes ini) berada di sekolah yang kekurangan guru.

Sedangkan 13 persen lainnya berada di sekolah dengan guru yang berkualitas kurang baik.

Halaman
12

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas