Contoh Teks Khutbah Jumat untuk Peringatan Hari Ibu 22 Desember 2023
Simak contoh teks khutbah Jumat untuk peringatan Hari Ibu pada 22 Desember 2023. Memuat materi terkait kemuliaan derajat seorang ibu.
Penulis: Enggar Kusuma Wardani
Editor: Nuryanti
Menigat pentingnya peringatan hari Ibu, ini setiap tahun pada bulan Desember ada satu hari yang disebut Hari Ibu. Hampir setiap negara di dunia ini memiliki Hari Ibu yang peringatannya dilaksanakan pada hari yang berbeda satu sama lain. Tidak hanya di Indonesia Hari Ibu diperingati setiap tanggal 22 Desember. Di negara-negera Eropa dan Amerika, peringatan Hari Ibu jatuh pada hari Minggu kedua bulan Mei.
Sementara di negara-negara Arab, seperti, Mesir, Iraq, Saudi Arabia, dan sebagainya Hari Ibu jatuh pada tanggal 21 Maret. Dari data tersebut, dapat kita ketahui bahwa di setiap budaya atau bangsa, seorang ibu diakui memiliki peran sangat penting dalam hidup ini. Adanya peringatan Hari Ibu ini, menunjukkan adanya kesadaran bersama untuk mengakui sekaligus menghargai jasa-jasa ibu. Paling tidak ada tiga nilai penting yang peru dijadikan pembelajaran dalam kehidupan manusia di dunia ini:
Hal yang Pertama: Jauh sebelum dunia menetapkan perlunya peringatan Hari Ibu, Rasulullah SAW telah meletakkan dasar-dasar teologis bahwa seorang ibu diakui sangat mulia sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatakan dari Anas bin Malik RA: الجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الأُمَّهَاتِ “Surga itu di bawah telapak kaki ibu”.
Hadits tersebut menegaskan bahwa seorang ibu memiliki kedudukan yang sangat mulia hingga seolah-olah surga yang begitu indah dan agung saja tidak lebih tingggi daripada seorang ibu karena diibaratkan berada di bawah telapak kakinya. Kita semua tahu bahwa telapak kaki adalah bagian paling bawah atau rendah dari organ manusia. Namun maksud hadits ini adalah bahwa tidak mungkin seorang anak bisa masuk surga tanpa ketundukan kepada seorang ibu.
Baca juga: Contoh Teks Khutbah Jumat Singkat: Membangun Keluarga Ala Rasulullah SAW
Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah
Yang Kedua: Rasulullah SAW mengisyaratkan agar bakti kepada ibu; tiga kali lebih besar daripada kepada ayah sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abi Hurairah RA:
مَنْ أحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ : أُمُّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ : أُمُّكَ، قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ : أُمُّكَ، قَالَ : ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ : أبُوْكَ
“Suatu hari datanglah seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW. Orang itu bertanya kepada Rasulullah, siapakah di antara manusia yang paling berhak kami sikapi dengan baik. Nabi menjawab, ibumu. Orang itu bertanya lagi, siapa lagi setelah itu. Nabi menjawab, ibumu. Orang itu bertanya lagi, siapa lagi setelah itu. Nabi menjawab, ibumu. Orang itu bertanya lagi. Nabi kemudian menjawab, kemudian ayahmu.” Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa perbandingan bakti kita kepada ibu dan ayah adalah 3 : 1 atau 75 persen : 25 persen.
Hal yang ketiga: Pertanyaan yang muncul kemudian, atas dasar apa Rasulullah SAW mengisyaratakan perbandingan seperti itu. Pertanyaan ini dapat kita temukan jawabannya dalam surat Luqman, ayat 14, dimana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada ibu-bapa; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan susah payah dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada ibu-bapakmu. Hanya kepada-Ku lah kembalimu.”
Sidang Jumat rahimakumullah,
Dari ayat di atas, dapat kita ketahui bahwa dalam kaitannya dengan proses kejadian dan kelahiran manusia ke bumi ini, ada 4 fase penting, diantaranya:
Fase pertama: adalah fase yang melibatkan partisipasi dari ayah dan ibu dimana peran ayah sangat menentukan. Dalam fase ini, sel telur sang ibu tidak mungkin terbuahi tanpa pertemuannya dengan seperrma sang ayah. Dengan kata lain tugas alamiah seorang laki-laki atau ayah adalah membuahi sel telur perempuan atau ibu sehingga terjadi kehamilan yang bentuk awalnya berupa gumpalan darah yang dalam Al Qur’an, Surat ke 96, ayat 2 disebut sebagai ‘alaq sebagaimana ayat berikut:
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.