Pagelaran Wayang Semalam Suntuk Berlakon 'Semar Mbangun Kahyangan' Bakal Digelar di IKN
Kurang dua hari lagi tahun 2023 berakhir, Rombongan Daulat Budaya Nusantara sudah tiba di Ibu Kota Nusantara untuk menyiapkan Pagelaran Wayang.
Penulis: Reza Deni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pagelaran wayang semalam suntuk diadakan di titik nol, di lokasi Ibu Kota Nusantara.
Ini menjadi pagelaran wayang yang pertama yang digelar di IKN. Wayangan dengan Dalang Ki Sujiwo Tejo ini memainkan Lakon Semar Mbangun Kahyangan, yang tujuan utamanya adalah meruwat atau Ruwatan Nusantara.
Sebelumnya, Rombongan Daulat Nusantara yang di inisiasi oleh Pandawa Lima: Sujiwo Tejo, Teguh Haryono, Benny Zakaria, Abdulloh Hamid dan Paox Iben Mudhaffar telah keliling nusantara menggelar ruwatan.
Baca juga: Ganjar Diberi Wayang Golek Satria Saat Bertemu Dalang Darsa, Ini Maknanya
Ruwatan pertama di Kediri Jawa Timur pada akhir bulan September, lalu kedua di Jepara Jawa Tengah di awal bulan November, kemudian yang ketiga di Purwakarta Jawa Barat akhir November, berikutnya berturut turut di bulan Desember, di Pulau Alor NTT, di Pidie Aceh dan di ujung tahun diadakan di Ibu Kota Nusantara Kalimantan Timur.
"Semalam suntuk kita akan jagongan (nongkrong) dalam tawa tangis dan do’a, hahaha…” kata Sujiwo Tejo, Dalang Ruwatan Nusantara yang juga Presiden Jancukers yang terlibat dalam inisiasi Daulat Budaya Nusantara, dalam siaran pers yang diterima, Kamis (28/12/2023).
Kurang dua hari lagi tahun 2023 berakhir, Rombongan Daulat Budaya Nusantara sudah tiba di Ibu Kota Nusantara untuk menyiapkan Pagelaran Wayang.
Dan wayangan semalam suntuk ini akan menjadi catatan sejarah, untuk pertama kalinya Ibu Kota Nusantara di Ruwat dengan ritual yang mengikuti kebudayaan leluhur nusantara.
Baca juga: Begini Reaksi Anak Bungsu Mahfud MD dan Putra Semata Wayang Ganjar soal Debat Capres Perdana
“Daulat Budaya Nusantara ini sesuai visinya menjadi Pertahanan Kebudayaan. Alhamdulillah di akhir tahun 2023 kita telah sampai di lokasi Ruwatan yang ke enam di Ibu Kota Nusantara," kata Teguh Haryono selaku Doktor Ilmu Pertahanan Universitas Pertahanan.
"Semoga Ruwatan ini membawa barokah untuk bangsa Indonesia menapaki masa depan dengan selalu menjunjung tinggi kebudayaan, karena pertahanan terbaik bangsa kita adalah kebudayaan” urai inisiator Daulat Budaya Nusantara dan perwakilan dari Indika Energi itu.
Dari sekian kali Ruwatan Nusantara di lima titik di Indonesia dengan pertunjukan Pagelaran Wayangan ini, Teguh mengatakan boleh jadi hanya di IKN yang diselenggarakan di luar pemukiman penduduk atau bisa dikatakan di tengah hutan.
Dalam imajinasi Mbah Tejo yang menjadi dalang Ruwatan Nusantara, pagelaran Wayang kali ini dipersembahkan untuk para leluhur, danyang, demit, hewan dan tumbuhan yang merasakan getaran spiritual dari bunyi bunyi lakon Semar Mbangun Kahyangan.
“Kami bersyukur sampai pada titik ke enam Ruwatan Nusantara dengan selamat, isyarohnya sangat jelas, ada pertanda dan penanda zaman untuk menutup akhir tahun millennium di Ibu Kota Nusantara dengan kedaulatan penuh atas kebudayaan yang kita miliki bersama seluruh alam dan isinya," tambah Gus Benny Zakaria Kurniawan selaku pengasuh Pondok Alam Adat Budaya Nusantara yang menjadi inisiator Daulat Budaya Nusantara.
Nusantara dibentuk oleh gugusan pulau pulau, ada lima pulau besar dan belasan ribu pulau kecil termasuk atol di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Secara geografis, Indonesia berada di wilayah lingkaran api pasifik atau cincin api pasifik dimana merupakan pertemuan tiga lempeng tektonik dunia seperti Lempeng Indo-Austalia, Lempeng Eurasia dan Lempek Pasifik, yang memiliki resiko bencana alam yang lebih kuat dari bangsa lain yang ada di bumi ini.
Baca juga: 40 Link Twibbon Hari Wayang Nasional 2023, Beserta Cara Membuatnya
"Ruwatan ini harmonisasi, secara anthropologi ada nacer dan kalcer. Nacer itu alam dan kalcer itu manusia. Ketika alam lebih kuat dari manusia, pada masa lalu lelehur kita melakukan harmonisasi dengan ruwatan sebagai jembatan penyembang antara alam dengan manusia. Hari ini, kalcer (manusia) lebih kuat, akibatnya nacer (alam) tereksploitasi secara serampangan. Nah, ruwatan ini menyeimbangkan agar eksploitasi alam yang dilakukan oleh manusia diseimbangkan sesuai dengan apa yang diajarkan leluhur kita selama ratusan tahun," kata Kyai Paox Iben Mudhaffar, pengasuh Pesantren Kebudayaan Ndalem Wongsorogo, salah satu inisiator Daulat Budaya Nusantara.
Gus Hamid Abdulloh selaku pendiri Dunia Santri Community yang menjadi inisiator Daulat Budaya Nusantara, mengatakan Hari ini kebudayaan nusantara terlihat lemah.
Generasi muda diserang oleh algoritma yang disusun bangsa lain, pada akhirnya kita mendapati kebudayaan yang mengekor kebudayaan bangsa lain, sedangkan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia sangat kaya, sebut saja dalam catatan etnologi, bahasa daerah yang kita miliki sebanyak 715 bahasa, ini menjadi bahasa terbanyak kedua di dunia.
"Jumlah generasi muda dengan kategori Gen Z sekitar 28 persen atau 75 juta jiwa, sementara jumlah pesantren di Indonesia adalah 39 ribu dengan santri sebanyak 4 juta jiwa. Ini artinya sekitar 20 persen gen z adalah santri, nah salah satu strategi Daulat Budaya Nusantara adalah memahamkan para santri untuk mengubah peradaban nusantara," ujar Gus Hamid.