Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Catatan Seorang Murid, Rizal Ramli Sosok yang Selalu Bermimpi Untuk Kebaikan Bangsanya

Gede Sandra dalam catatannya menyebut Rizal Ramli sebagai sosok yang senantiasa bermimpi untuk kebaikan bangsanya

Editor: Adi Suhendi
zoom-in Catatan Seorang Murid, Rizal Ramli Sosok yang Selalu Bermimpi Untuk Kebaikan Bangsanya
TRIBUN/DANY PERMANA
Ekonom Rizal Ramli berbincang dengan awak Tribunnews.com terkait perkembangan ekonomi Indonesia terbaru di Kantor Redaksi Tribun Network, di Palmerah, Jakarta, Rabu (6/2/2019). Diketahui Rizal Ramli meninggal dunia setelah menjalani perawatan di RSCM, Selasa (2/1/2024). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gede Sandra, memberikan catatan obituari Rizal Ramli.

Gede Sandra merupakan murid dari Rizal Ramli yang kini berada di Amsterdam.

Gede awalnya mengungkap perbincangan terakhirnya via whatsapp (WA) sekira sebulan lalu sebelum mendapatkan kabar eks Menko Kemaritiman era Presiden Jokowi tersebut wafat.

“It’s time.” itu kata-kata yang ditulis Rizal Ramli kepada Gede Sandra via WA.

Kata tersebut ditulis Rizal Ramli merespons pertanyaan Gede Sandra.

Gede sebelumnya menanyakan kenapa belakangan ini Rizal Ramli terlihat kurus sekali.

"Sewaktu beliau menjawab seperti itu, sempat melintas kekhawatiran di benak saya," kata Gede dalam keterangannya yang ditulis di Amsterdam, Rabu (3/1/2024).

Berita Rekomendasi

Gede pun memaknai pesan WA Rizal Ramil tersebut apa memang sudah waktunya harus lebih langsing, bobot badan harus lebih meringan atau jangan-jangan maksudnya bahwa sudah waktunya terjadi sesuatu seperti gelombang politik yang selalu dicita-citakannya.

Baca juga: Sudirman Said: Rizal Ramli Aktivis Sejati dan Pejuang yang Tak Berhenti Menyuarakan Kebenaran

"Atau ini sebuah pesan lain yang berhubungan dengan waktu? Saat itu saya merasa rancu," ucapnya.

Kemudian saat mendengar berita kepergian Rizal Ramli untuk selamanya, kata-kata “It’s time” yang dikirim lewat WA bagaikan dentuman baja yang menghantam memori Gede.

"Seperti kebetulan, sehari sebelum mendengar kabar lelayu ini, di pinggir danau di Utara Bumi, sempat saya bergumam di tengah kesepian: yang datang pasti akan pergi, yang hidup pasti akan mati. Itulah sebenarnya hukum kehidupan."

"Pria yang tidak mudah menyerah ini akhirnya dipaksa badannya untuk menyerah. Tapi itu pun bukan untuk menyerah. Jiwanya tidak menyerah. Dia hanya pergi, terbang tinggi. Kembali ke Langit, tempat semua berasal."

Baca juga: Rizal Ramli Wafat, Moeldoko: Beliau Teman Dekat yang Menyenangkan Dalam Diskusi 

Selain Ekonom, Negarawan, menurut Gede, menjadi satu julukan yang dapat mewakili gambar sosok Rizal Ramli.

"Untuk bidang yang disebut belakangan ini, saya sangat berterima kasih atas bimbingannya selama sedasawarsa ke belakang."

Gede mengaku pernah bertanya kepada Rizal Ramli, suatu hal yang berhubungan dengan ideologi ekonomi.

“Apakah Abang seorang Keynesian?” tanya Gede saat itu.

“Saya lebih ke Schumpeterian, Gede,” jawab Rizal Ramli saat itu.

Seperti diketahui, Keynes adalah bapak dari ilmu makro ekonomi.
Sedangkan Schumpeter adalah ekonom Eropa yang menyumbang pemikiran tentang “Destruksi Kreatif”.

Neoklasik, biasa pria yang kerap disapa sebagai Bang RR ini menyebut neoliberal, bukan pemikiran yang sekubu dengan barisannya.

Maka kerap terlihat bagaimana gigihnya Rizal Ramli di berbagai kesempatan mengkritisi paham neoliberal, dan para juru bicara paham ini di dalam negeri tentunya.

Jadi kalau ada yang pernah menonton di televisi, Rizal ramli seperti mengkritik pejabat.

Menurut Gede, itu bukan karena dirinya memiliki masalah dengan sosok pribadi pejabat itu.

Tetapi yang dikritik adalah kebijakan yang dihasilkannya, bukan orangnya.

Semisal dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani, sama sekali tidak ada masalah pribadi. Atau dengan Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan, jelas mereka berdua adalah teman lama yang akrab.

"Bang RR kerap bercerita, bahwa dia sangat sering mendapatkan pesan WA dari Menko Luhut. Meskipun bila di depan publik keduanya tampak berpolemik keras," ujarnya.

Dalam kesempatan lain, Rizal Ramli ingin dijuluki sebagai orang pergerakan.

Dia bermimpi nilai-nilai para pejuang di era Revolusi Kemerdekaan tahun 1945 menjadi teladan bagi para politisi di era sekarang.

"Yang sayangnya kita saksikan kenyataannya masih sangat jauh dari mimpinya tersebut."

Hal yang membedakan Rizal Ramli dari para ekonom lain di negeri ini, kata Gede, mungkin yang paling jelas, adalah mimpi intelektualitasnya agar Indonesia meraih pertumbuhan ekonomi di atas 10 persen.

Sementara banyak ekonom yang percaya angka pertumbuhan ekonomi yang lebih konservatif, dari 5-7 persen.

"Tapi Bang RR berbeda, dia adalah pemimpi. Yang selalu bermimpi untuk kebaikan Bangsanya. Tak lelah untuk memanas-manasi intelektualitas kami murid-muridnya ini, ia bercerita kesuksesan negara-negara Asia yang mampu meraih pertumbuhan ekonomi di atas 10 persen. Kita tahu bahwa semakin cepat pertumbuhan ekonomi, semakin cepat naik pendapatan masyarakat," ujarnya.

"Sangat sering dia menasehati kami, setiap kita mengkritik harus selalu ada solusinya. Ini yang paling menarik. Banyak aktivis yang mempertanyakan, kenapa harus pakai solusi. Bukankah pejabat itu sudah digaji untuk mencari solusinya. Tapi Bang RR tetap memberikan solusi di tengah kritiknya. Inilah mungkin yang merupakan ciri Negarawan Sejati. Setajam apa kritiknya, selalu ada jalan keluar kebijakan. Inilah baginya yang terbaik bagi Bangsa menurutnya."

Menurut Gede, keberpihakan hatinya adalah bersama rakyat yang tertindas.

Menurutnya, Rizal Ramli ada bersama kaum buruh yang memperjuangkan berdirinya BPJS Kesehatan, fondasi dari welfare state. Rizal ada bersama para aparatus Desa yang memperjuangkan dana Desa.

Rizal Ramli ada bersama warga yang dirugikan karena kenaikan harga-harga kebutuhan.

Rizal Ramli ada bersama kaum nelayan yang menolak reklamasi, meskipun harus dibayar mahal olehnya dengan direshuffle dari kabinet.

Rizal Ramli ada bersama delegasi pemerintah untuk mengurangi utang Indonesia.

"Dia ada bersama anak-anak yang tidak mampu sekolah. Dia ada bersama gerakan demokratik dalam perlawanan seluruh legislasi yang menindas, atau yang bertentangan dengan nalar publik. Dia siap berkorban segalanya, materi dan jiwaraga, untuk membela nilai-nilai keberpihakan ini," ucapnya.

"Ya Bang. Memang ini sudah waktunya. Pergilah dengan tenang. Bermain-mainlah. Bersenang-senanglah. Dan juga berdebatlah dengan rekan-rekan sesama orang Pergerakan di alam sana yang sudah lebih dahulu menunggumu. Nanti akan ada waktunya juga, bagi kami, untuk menyusul kalian semua," tutup dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas