Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

BMKG: Sepekan ke Depan Akan Terjadi Hujan Lebat Hingga Sangat Lebat

Hasil analisis atmosfer mengidentifikasi risiko hujan lebat hingga sangat lebat di beberapa wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan.

Penulis: Choirul Arifin
zoom-in BMKG: Sepekan ke Depan Akan Terjadi Hujan Lebat Hingga Sangat Lebat
Tribunsumsel.com/Rahmat
Banjir menerjang puluhan desa kelurahan dalam wilayah 6 kecamatan di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatra Selatan. 

TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kembali memperingatkan kepada masyarakat Indonesia agar mewaspadai cuaca ekstrem dan potensi terjadinya bencana hidrometeorogi.

Peringatan tersebut disampaikan BMKG mengingat curah hujan saat ini semakin tinggi. 

Hasil analisis atmosfer mengidentifikasi risiko hujan lebat hingga sangat lebat di beberapa wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan.

"Aktivitas signifikan Monsun Asia adanya daerah tekanan rendah di sekitar Laut Timor, Teluk Carpentaria dan di Samudra Hindia Barat dan barat daya Sumatra," sebut BMKG dikutip dari siaran pers, Senin, 15 Januari 2024.

BMKG juga mencatat adanya aktivitas gelombang atmosfer, berpotensi meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan angin kencang.

"BMKG mengimbau masyarakat bersiaga potensi teriadinya bencana hidrometeorologi," sebut BMKG.

Cuaca Ekstrem Terjadi Sampai Februari 2024

Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memprediksi cuaca ekstrem akan terus berlangsung hingga Februari 2024.

Berita Rekomendasi

Pihaknya mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap potensi cuaca ekstrem berupa hujan sedang hingga lebat yang disertai dengan kilat dan angin kencang.

"Potensi hujan lebat hingga sangat lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi masih memiliki peluang yang tinggi terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia," kata Dwikorita dikutip dari laman BMKG, Jumat (12/1/2024).

Untuk warga yang tinggal di daerah dataran tinggi, BMKG meminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap dampak yang ditimbulkan.

Sejumlah potensi bencana di dataran tinggi di antaranya banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang, dan berkurangnya jarak pandang.

Baca juga: Lima Hal Ini yang Akan Terjadi Saat Mobil Terendam Banjir, Waspadalah

"Sebaiknya, secara berkala atau sebelum beraktivitas, masyarakat memantau informasi cuaca yang dikeluarkan resmi oleh BMKG. Dengan begitu dapat lebih antisipatif jika sewaktu-waktu terjadi cuaca ekstrem," kata dia.

Hal-hal yang menjadi penyebab cuaca ekstrem

Setidaknya terdapat tiga penyebab terjadinya cuaca ekstrem yang akan melanda Indonesia hingga Februari 2024.

Pertama, ada Monsun Asia yang menunjukkan aktivitas cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir.

Kondisi itu berpotensi disertai dengan fenomena seruakan dingin yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.

Baca juga: Akibat Banjir di Semarang, Perjalanan KA di Stasiun Pasar Senen Terlambat, Penumpang Pasrah

Penyebab kedua terjadinya cuaca ekstrem adalah adanya daerah tekanan rendah yang terpantau di sekitar Laut Timor dan Teluk Carpentaria, serta di Samudra Hindia sebelah barat Sumatera.

Hal itu kemudain bisa memicu terbentuknya pola pumpunan serta perlambatan kecepatan angin di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan ekuator.

Selain itu, daerah tekanan rendah tersebut juga bisa meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan angin kencang di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi bagian selatan, serta berdampak pada peningkatan gelombang tinggi di perairan sekitarnya.

Baca juga: Kawasan Seskoal Cipulir Kebanjiran Pasca Hujan Deras Minggu Siang

Faktor ketiga penyebab munculnya cuaca ekstrem adalah adanya aktivitas gelombang atmosfer masih menunjukkan kondisi yang signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan awan hujan dan potensi cuaca ekstrem dalam sepekan kedepan.

Pertumbuhan awan hujan dan potensi cuaca ekstrem itu adalah fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang terbentuk bersamaan dengan aktifnya gelombang Rossby Ekuatorial.

"Kondisi tersebut kemudian dapat meningkatkan aktivitas konvektif serta pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah Indonesia," ujar Dwikorita.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas