BKKBN: Komitmen Pemda dalam Pengentasan Stunting Masih Rendah
Penanganan stunting di Indonesia tidak bisa dilakukan sendirian, tapi harus bergotong royong sehingga hasilnya maksimal.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia saat ini sedang mengejar target penurunan kasus stunting hingga 14 persen.
Saat ini Indonesia masuk dalam negara dengan kasus stunting tinggi mencapai 30,8 persen.
Penanganan stunting di Indonesia tidak bisa dilakukan sendirian, tapi harus bergotong royong sehingga hasilnya maksimal.
penyuluh ahli utama BKKBN, Siti Fathonah, menjelaskan bahwa upaya peningkatan gizi pada anak-anak stunting menjadi arahan Presiden melalui Perpres 72 tahun 2021 untuk seluruh pemerintah daerah.
Menurutnya tahun ini adalah tahun untuk melihat apakah pemerintah daerah sukses atau gagal dalam mencapai target penurunan kasus stunting sebesar 14 persen seperti diamanatkan oleh Presiden.
Dirinya mengungkapkan tantangan pengentasan stunting saat ini, adalah masih kurangnya komitmen dari Pemerintah Daerah.
Siti mengungkapkan kebanyakan daerah masih mengandalkan anggaran stunting dari Pemerintah Pusat.
"Pelaksanaan di lapangan yang menjadi tantangan kita saat ini adalah leadership dan komitmen dari Pemerintah Daerah masih lemah," ujarnya dalam bincang edukasi bertema yang diselenggarakan oleh Klub Edukasi Cempaka, Universitas Yarsi dan Indofood secara hybrid di Kampus Yarsi Jakarta Pusat, Rabu (17/01/2024).
Sementara itu, Rektor Yarsi, Prof Fasli mengatakan sebetulnya sejak era Presiden SBY, sudah ada 8 langkah penanganan stunting dan sudah dilaksanakan di setiap daerah.
Dirinya menilai pendataan masyarakat sangat dibutuhkan dalam pengentasan stunting.
"Kita butuh by name by address di tingkat desa. Enggak usahlah kita pikirkan prevalensi. Kita tidak ingin anak Indonesia satu pun yang stunting," tutur Fasli.
Stefanus Indrayana, Head Corporate Communication Division PT Indofood Sukses Makmur Tbk, menjelaskan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang ikut serta mengatasi mal nutrisi di dunia.
"Keterlibatan Indonesia di kancah internasional bersama negara-negara lain bergotong royong mengatasi mal nutrisi sejak 2012," kata indrayana.
Untuk sektor swasta, Indrayana mengungkapkan pihaknya juga melakukan upaya-upaya mengatasi mal nutrisi baik kelebihan nutrisi, kekurangan nutrisi dan kekurangan nutrisi mikro.
"Upaya mengatasinya dengan meningkatkan konsumsi makanan bergizi agar kebutuhan nutrisi terpenuhi," jelasnya.
Ia mencontohkan bahwa produk-produk pangan seperti terigu, minyak goreng dan mie telah dilakukan fortifikasi nutrien agar masyarakat mengonsumsi terpenuhi kebutuhan nutrisi.
Fortifikasi tepung terigu yang telah ditambahkan dengan berbagai mineral dan vitamin tertentu yang dibutuhkan bagi kesehatan manusia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.