VIDEO WAWANCARA EKSKLUSIF Guru Besar Politik: Prof Mahfud Mundur, Kabinet Semakin Tidak Solid
Guru Besar Komunikasi Politik Universitas Nasional (UNAS), Prof Lely Arrianie akan membahas mengenai mundurnya Prof Mahfud dari Kabinet
Editor: Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mundur dari Kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Maruf Amin.
Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 03 itu sudah menyerahkan surat pengunduran diri kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (1/2/2024).
Bagaimana melihat sikap Mahfud mundur dari Kabinet jelang pencoblosan 14 Februari 2024 mendatang?
Apakah ini hanya sekedar strategi Politik demi naiknya elektabilitas di sisa waktu jelang 14 February atau ingin memberikan pendidikan politik sebagai seorang negarawan yang menjunjung tinggi nilai nilai etika, menghindari konflik kepentingan?
Guru Besar Komunikasi Politik Universitas Nasional (UNAS), Prof Lely Arrianie akan membahas mengenai mundurnya Prof Mahfud dari Kabinet dalam wawancara esksklusif Tribunnews, Kamis (1/2/2024).
"Mungkin ketika situasi menjelang ke masa pencoblosan terasa oleh Pak Mahfud bahwa dinamikanya sudah tidak lagi kondusif, itu dia ceritakan juga dalam satu podcast," ujar Prof Lely Arrianie.
"Ada beberapa hal yang secara kasat mata juga bisa kita lihat, misalnya kemarin, ketika Menteri Luar Negeri dan wakilnya mendapat tugas, harusnya itu kan dijabat ad interim, itu seharusnya dijabat oleh Prof Mahfud sebagai Menkopolhukam, tetapi ternyata kenapa Budi Arie, Menkominfo?" jelasnya kemudian.
Kenapa tidak mundur saat ditetapkan menjadi cawapres?
Dia melihat sepertinya masih ada tugas Mahfud sebagai Menkopolhukam yang harus dia selesaikan sebelum mundur dari Kabinet.
"Mungkin dari 10 hal, sudah diselesaikan delapan, tinggal dua lagi."
"Jadi selesaikan dulu, biar jangan seperti meninggalkan pekerjaan, asumsinya demikian," jelasnya.
"Selain juga datang tampak muka, pergi dengan kelihatan punggung. Dia dipilih dengan terhormat juga harus keluar dengan terhormat," ucapnya.
Lalu siapa kandidat kuat pengganti Mahfud?
Dia melihat relasinya dengan pertemuan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sarapan bersama di Gudeg Yu Djum, Wijilan, Kota Yogyakarta, Minggu (28/1/2024).
"Orang menduga-duga ada AHY. Kemarin sempat sarapan bersama, padahal belum tentu juga."
"Kalau soal iming-iming AHY itu sudah beberapa kali."
"Tapi boleh jadi karena sudah beberapa kali akhirnya dikabulkan juga," analisanya.
Namun dia tidak yakin calon pengganti Mahfud akan berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
"Tidak mungkin menarik penggantinya Prof Mahfud dari PDIP," tegasnya.
Untuk lengkapnya, mari saksikan video wawancara eksklusifnya bersama Guru Besar Komunikasi Politik Universitas Nasional (UNAS), Prof Lely Arrianie berikut ini.(*)