Sri Sultan HB X: Demokrasi Tidak Berkembang Sendiri, Perlu Ikhtiar Setiap Warga Negara
Sri Sultan Hamengkubuwono X mengungkapkan bahwa demokrasi tidak berkembang dengan sendirinya, butuh ikhtiar dari setiap warga negara.
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rahmat W Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengkubuwono X mengungkapkan bahwa demokrasi tidak berkembang dengan sendirinya, butuh ikhtiar dari setiap warga negara.
Hal itu disampaikan Sri Sultan HB X saat menyampaikan pidato kebudayaan pada program Gagas RI di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (6/2/2024).
"Manunggaling kawula gusti, demokrasi tidak akan datang tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Demokrasi memerlukan ikhtiar dari setiap warga negara dan perangkat pendukungnya," kata Sri Sultan dalam pidatonya.
Baca juga: Program Jaga Warga, Cara Sri Sultan Jaga Keamanan dan Perilaku Anak Muda di DIY
Ia melanjutkan dukungan itu diperlukan untuk menjadikan demokrasi sebagai sejatinya pandangan hidup atau way of life dalam kehidupan bernegara.
"Manunggaling kawula gusti memberikan pengertian bahwa manusia secara sadar harus mengedepankan niat baik secara tulus ikhlas dalam kehidupannya," sambungnya.
Niat baik itu, kata Sri Sultan, meliputi kepemimpinan dan mampu memahami sadar kapan memimpin sebagai leader serta kapan dipimpin sebagai followers.
"Ketika pemimpin harus mementingkan kepentingan yang dipimpin. Sedang pada saat dipimpin mengikuti kepemimpinan sang pemimpin," jelasnya.
Kemudian Sri Sultan menjelaskan bahwa dalam konteks Yogyakarta, pengertian gusti lebih menekankan pada makna institusi kepemimpinan dan bukannya figur atau pribadi tunggal seorang sultan.
"Dalam pengertian itu maka ajaran ini sesungguhnya telah mengajarkan satu sistem demokrasi modern. Suatu lembaga kepemimpinan yang terbuka untuk diakses rakyat dan masyarakat luas," jelasnya.
Tak hanya itu, menurutnya, seorang pemimpin juga harus dengan ringan kaki turun ke bawah berdialog dengan rakyatnya.
"Dalam konteks sejarah praktikum dari filosofi ini dapat dibaca pada kasus-kasus pemimpin yang mampu memenangkan hati rakyat. Pemimpin yang dengan amat ringan hadir di tengah rakyat yang mengalami kesulitan dan kebingungan," tandasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.