Tradisi Malam Tahun Baru Imlek: Penghormatan untuk Dewa, Bagi-bagi Angpao hingga Pesta Kembang Api
Simak sejumlah tradisi saat malam Tahun Baru Imlek. Ada penghormatan kepada Dewa, pembagian angpao hingga pesta kembang api.
Penulis: Enggar Kusuma Wardani
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Berikut sejumlah tradisi yang dilakukan pada malam Tahun Baru Imlek.
Tahun Baru Imlek atau Tahun Baru Cina merupakan sebuah perayaan penting bagi masyarakat Tionghoa di seluruh dunia.
Dikutip dari laman Badan Informasi Geospasial (BIG), kata 'Imlek` bukanlah nama dari perayaan tahun baru Tiongkok yang sebenarnya.
Kata tersebut, diambil dari Bahasa Hokien dan hanya diketahui dan digunakan oleh orang Indonesia.
Sementara itu, orang Tiongkok menyebutnya dengan 'Guo Nian' atau 'Xin Jia' yang artinya lewati bulan atau bulan baru.
Pada perayaan Tahun Baru Imlek, biasanya dimanfaatkan sebagai momen untuk berkumpul bersama keluarga hingga kerabat.
Selain berkumpul, ada sejumlah tradisi yang dilakukan saat malam Tahun Baru Imlek yakni sebagai berikut:
Tradisi Malam Tahun Baru Imlek
1. Menghias Rumah
Dikutip adri laman afe.easia.columbia.edu, beberapa keluarga menghias rumah mereka dengan menempatkan batang tebu di belakang pintu saat perayaan Imlek.
Ketinggian dan konstruksi batang-batang tebu tersebut, melambangkan harapan keluarga tersebut untuk mencapai tingkat kejayaan baru dalam 12 bulan mendatang.
Baca juga: 20 Ucapan Tahun Baru Imlek Singkat dalam Bahasa Mandarin dan Terjemahannya
2. Melakukan Penghormatan Kepada Dewa hingga Pembagian Angpao
Pada malam Tahun Baru Imlek, kepala rumah tangga laki-laki memimpin keluarga dalam memberikan persembahan kepada berbagai dewa rumah dan kepada leluhur.
Upacara akan dimulai dengan menutup celah di sekitar pintu menggunakan kertas merah untuk mencegah sisa-sisa kesialan tahun lalu masuk ke dalam rumah, dan keberuntungan keluarga tidak lolos.
Penghormatan akan diberikan kepada dewa kekayaan, dewa sumur, tempat tidur, perapian, atau siapa pun yang ingin tetap menjalin hubungan baik dengan keluarga.
Perhatian kemudian tertuju pada para leluhur, yang kepadanya mereka akan mempersembahkan kurban berupa makanan disertai pembakaran dupa.
Setiap anggota keluarga akan berlutut untuk menghormati di depan tablet leluhur, simbol dari banyak generasi masa lalu, semua roh yang diyakini beberapa keluarga hadir pada malam itu.
Anggota keluarga yang lebih muda akan melakukan ketou (bersujud) kepada anggota setiap generasi di atas mereka, secara berurutan, dimulai dari generasi tertua.
Ketika anak-anak menunjukkan rasa hormat dengan cara ini, mereka dihadiahi amplop merah ( hongbao ), yang berisi uang Tahun Baru ( yasui qian ).
3. Makan Malam Bersama
Setelah ritual “pemujaan” leluhur selesai, keluarga tersebut duduk untuk menikmati makanan terbesar mereka tahun ini.
Seringkali, ada sebuah tempat yang sengaja disediakan bagi para anggota yang tidak dapat pulang ke rumah.
Hidangan yang disajikan pada malam tersebut dipilih berdasarkan arti nama atau penampilannya.
Salah satu hidangan yang paling umum adalah ikan utuh, yang istilahnya, yu, homofon dengan kata yang berarti kelebihan atau kelimpahan, dan oleh karena itu menguntungkan.
Demikian pula sayuran laut tertentu, facai, homofon dengan ungkapan yang berarti menjadi kaya.
Begitu pula menurut tradisi di Shanghai, pangsit kulit telur ( danjiao) menyerupai batangan emas, dan mie plastik terlihat seperti rantai perak.
Bagi masyarakat Utara, salah satu kebiasaan yang masih banyak dilakukan adalah mengonsumsi jiaozi, atau pangsit berisi daging, pada tengah malam.
Sekali lagi soal homonim, jiaozi juga terdengar seperti istilah yang berarti pertemuan jam terakhir tahun lama dengan jam pertama tahun baru.
4. Pesta Kembang Api saat Dini Hari
Tepat saat memasuki tahun baru, akan ada petasan yang dinyalakan dalam waktu yang cukup lama.
Setelah itu, sebelum ayam berkokok kepala keluarga tradisional Tionghoa akan membuka segel pintu depan, di tengah ledakan petasan yang panjang.
Dengan dibukanya pintu tersebut, diharapkan agar pengaruh kuat dan sehat dari tahun baru dapat masuk.
Biasanya orang-orang Tionghoa memilih untuk tidak tidur dan tetap terjaga saat momen pergantian Tahun Baru Imlek.
Bahkan nenek moyang mereka mungkin menghabiskan jam-jam pertama fajar tahun baru dengan bermain game, bernyanyi, bercanda, dan bercerita.
Sehingga dengan sengaja menjadikannya malam yang penuh kegembiraan, yang mereka harap akan menjadi pola sepanjang tahun yang akan datang.
(Tribunnews.com/Enggar Kusuma)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.