Kepuasan Masyarakat Terhadap Kinerja Jokowi Mengalami Penurunan, Ini Sejumlah Penyebabnya
Sebanyak 20,5 persen masyarakat kurang puas ke kinerja Jokowi karena harga kebutuhan pokok terus naik.
Penulis: Mario Christian Sumampow
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews, Mario Christian Sumampow
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada saat ini terlihat menurun di mata masyarakat.
Berdasarkan hasil survei Lembaga Survei Nasional (LSN) tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan survei yang sama pada bulan Desember.
Kini tingkat kepuasan Jokowi mencapai angka 70,5 persen. Angka ini menurun dari bulan Desember yang di mana kinerja Jokowi di masyarakat mencapai angka 76,5 persen.
Baca juga: Kampanye Akbar di Solo, Ganjar Singgung Harga Beras Mahal Tapi Pemimpin Hanya Diam
"Kendati approval rating Presiden Jokowi masih cukup tinggi, di atas 70 persen, namun tren penurunan itu tetap perlu dicermati," kata Direktur Eksekutif LSN, Gema Nusantara Bakry dalam rilis survei LSN yang berlangsung daring, Sabtu (10/2/2024).
Menurunnya kinerja Jokowi ini dikarenakan masyarakat yang kurang puas. Gema mengatakan sebanyak 20,5 persen masyarakat kurang puas karena harga kebutuhan pokok terus naik.
Kemudian disusul oleh beberapa alasan seperti: ancaman terhadap kebebasan berpendapat (17,3 persen), penegakkan hukum dan pemberantasan korupsi (15,5 persen), sulit mencari pekerjaan (12,6 persen), bantuan pemerintah sering tidak tepat sasaran (9,2 persen), terlalu banyak membangun jalan tol (6,7 persen), etika demokrasi (5,3 persen), dan netralitas (5,0 persen).
Adapun metodologi survei dilakukan tanggal 4 hingga 9 Februari di 38 Provinsi di Indonesia. Populasi survei adalah warga negara Indonesia yang minimal telah berusia 17 tahun.
Jumlah sampel sebesar 1200 responden dan diperoleh melalui teknik pengambilan sampel secara acak sistematis dengan margin of error lebih kurang 2,83 persen dan pada tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
Pengumpulan data dilakukan menggunakan telepon oleh tenaga terlatih dengan bantuan paduan atau pedoman kuesioner. Responden terdistribusi 50 persen laki-laki dan 50 persen perempuan.
Survei ini juga dilengkapi dengan penelusuran data percakapan warganet melalui media monitoring dari berbagai platform media sosial.