Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menengok Penanganan Banjir di Surabaya Menjelang 3 Tahun Kepemimpinan Wali Kota Eri Cahyadi

Selama tiga tahun Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memimpin Surabaya, ternyata titik genangan air banjir terus berkurang.

Editor: Content Writer
zoom-in Menengok Penanganan Banjir di Surabaya Menjelang 3 Tahun Kepemimpinan Wali Kota Eri Cahyadi
Istimewa
Selama tiga tahun Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memimpin Surabaya, ternyata titik genangan air banjir terus berkurang. 

TRIBUNNEWS.COM - Tepat pada 26 Februari 2024, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi genap tiga tahun memimpin Kota Pahlawan. Selama tiga tahun memimpin Surabaya, ternyata titik genangan air banjir terus berkurang, dari yang awalnya 451 titik genangan sejak dia dilantik, kini tersisa 245 titik genangan, dan itu akan segera dituntaskan.

Penanganan banjir Surabaya dilakukan dengan menerapkan skala prioritas dan pemetaan wilayah genangan, yang diklasifikasi sesuai sistem drainase atau kawasan pengaliran drainase yang sama dengan membuat peta SAMID (Sistem Aplikasi Monitoring Infrastruktur Drainase).

“Jadi, selama tiga tahun ini kita sudah menyelesaikan 206 titik, sisanya 245 titik akan segera kita tuntaskan,” kata Wali Kota Eri di ruang kerjanya, Kamis (22/2/2024).

Menurutnya, selama ini kemungkinan banyak warga yang kurang paham tentang bedanya banjir dengan genangan. Kalau banjir itu airnya bisa sampai satu hari. Namun, kalau 15-20 menit airnya hilang, itu bukan banjir tapi genangan.

“Nah, itu terjadi karena ada saluran yang tidak terpenuhi,” kata dia.

Selain itu, elevasi permukaan air laut yang lebih tinggi dari daratan juga menjadi indikator penyebab terjadinya genangan. Karenanya, ketika hujan turun, air yang mengalir tidak bisa langsung masuk ke laut.

“Jadi ketika hujan dia (aliran air) pasti tidak bisa langsung masuk ke laut, jadi butuh waktu. Nah, itu genangan, maksimal 15-20 menit,” tuturnya.

BERITA TERKAIT

Di samping itu, penyebab genangan juga terjadi akibat berkurangnya lahan kosong di Surabaya sebagai tempat resapan air. Karenanya, setiap kawasan perumahan yang dibangun, seharusnya dulu menyediakan lahan untuk resapan air hujan seperti bozem.

“Kalau dulu itu tanah lapang yang dibuat menampung air, tiba-tiba dibuat perumahan, ya secara otomatis daya tampungnya berkurang. Sehingga perumahan itu seharusnya ada daya tampung air, tapi sudahlah itu, hari ini kita selesaikan,” paparnya.

Baca juga: Kian Cantik nan Indah, Pemkot Surabaya Revitalisasi Taman di Seluruh Kota

Oleh sebab itu, Wali Kota Eri menegaskan, bahwa penanganan banjir menjadi prioritas Pemkot Surabaya di tahun 2024. Nah, sebagai bentuk komitmen dalam menyelesaikan persoalan itu, Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) melakukan perjanjian kontrak kinerja dengan Wali Kota Eri Cahyadi.

“Perjanjian kontrak kinerja sudah saya tandatangani. Dan saya tandatangannya tidak hanya kepala dinas, tapi kepala bidang juga langsung tandatangan dengan saya,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala DSDABM Kota Surabaya Syamsul Hariadi menjelaskan bahwa pengendalian dan penanganan banjir di Kota Surabaya dilakukan dengan cara di hulunya ditahan, kemudian di tengah dilakukan manajemen airnya, dan di hilirnya dilakukan percepatan pengalirannya.

“Untuk mempercepat pengalirannya, Pemkot Surabaya menggunakan pompa air yang kapasitasnya mulai dari 1- 5 meter kubik perdetik,” kata Syamsul.

Ia juga memastikan bahwa saat ini Surabaya memiliki sebanyak 72 rumah pompa yang masing-masing memiliki pompa antara 3-7 unit. Alhasil, kalau ditotal semuanya, Surabaya memiliki 315 unit pompa.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas