Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hasil Studi UI: Biaya Sosial Dampak Penggunaan Sachet dan Pouch Capai Rp 1,78 Triliun per Tahun

nilai moneter dari biaya sosial plastik sachet dan pouch di Indonesia yang tidak terkelola dan mencemari lingkungan mencapai Rp Rp 1,78 Triliun

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Hasil Studi UI: Biaya Sosial Dampak Penggunaan Sachet dan Pouch Capai Rp 1,78 Triliun per Tahun
HandOut/IST
Peluncuran hasil studi berjudul Laporan Evaluasi Dampak Lingkungan dan Sosial dari Pemanfaatan Sachet dan Pouch Serta Ekspansi Solusi Guna Ulang di Jabodetabek, hasil kerjasama organisasi lingkungan Dietplastik Indonesia dan Daya Makara Universitas Indonesia (UI), di Jakarta, Kamis (28/3/2024). / istimewa 

Hal ini juga didukung dengan hasil bahwa 60 persen warga Jabodetabek juga menginginkan agar dapat dipermudah mendapatkan kembali produk yang mereka pakai dengan sistem guna ulang sehingga ikut berkontribusi menjaga lingkungan.

"Selain itu, solusi guna ulang dapat berpotensi memberikan kontribusi nilai ekonomi bersih sampai dengan Rp1,5 Triliun pada tahun 2030 dengan syarat sistem guna ulang bisa memiliki standard dan infrastruktur yang memadai dengan dukungan kebijakan pemerintah," ucapnya.


Peta Jalan Guna Ulang

Kesempatan sama, Rahyang Nusantara, selaku Deputy Director Dietplastik Indonesia mengatakan, untuk menindaklanjuti studi ini, pihaknya sedang menyusun peta jalan atau road maps sistem guna ulang bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yang mendukung implementasi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen.

Selain itu, harapannya studi ini dapat semakin meyakinkan bahwa sistem guna ulang bisa menjadi industri baru yang dapat berkontribusi pada kebangkitan ekonomi. 

Apalagi setelah melihat fakta sampah sachet dan pouch dalam laporan ini, Dietplastik Indonesia semakin yakin bahwa dalam ekonomi sirkuler, sistem guna ulang lebih tepat untuk diprioritaskan.

Menurut Rahyang, solusi guna ulang ini dapat bertumbuh dengan munculnya berbagai pelaku usaha guna ulang yang juga menghadapi tantangan dengan murahnya harga sachet. Meski diakui, menjalankan bisnis guna ulang memang penuh tantangan, bersaing dengan sachet saat ini dijual sangat murah.

Senada dengan Kahyang, Founder & CEO Hepi Circle, Kumala Susanto menyebut biaya extended producer responsibility (EPR) atau biaya pertanggungan jawaban produsen atas sampah barang yang diproduksi perlu dimasukkan per kemasan supaya menaikkan harga sachet. Sachet perlu dibuat mahal dan langka, sehingga guna ulang bisa bersaing.

Berita Rekomendasi

"Guna ulang harusnya menjadi sistem yang normal atau umum di masyarakat," ujar Kumala Sutanto.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas