MK Tolak Gugatan Anies-Muhaimin, Surya Paloh: Kita Tutup Buku Lama dan Buka Lembaran Baru
Paloh menjelaskan soal posisi partainya saat ini, dia mengibaratkan kalau NasDem sudah menutup buku lama dan akan membuka lembaran baru.
Penulis: Rizki Sandi Saputra
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Reporter Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh merespons soal posisi partainya setelah Mahkamah Konstitusi RI (MK) menolak seluruh gugatan yang dilayangkan oleh Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud.
Atas putusan MK RI itu maka Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka resmi menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI 2024-2029 terpilih dan tinggal menunggu penetapan dari KPU RI.
Baca juga: Tanggapi Putusan MK, Jokowi: Tuduhan Kecurangan, Ketidaknetralan Pemerintah Tidak Terbukti
Terkait dengan putusan itu, Paloh menyebut, pihaknya menghargai apa yang menjadi keputusan MK RI.
Pernyataan itu disampaikan oleh Paloh tepat setelah MK RI menetapkan putusannya, Senin (22/4/2024) kemarin.
"Saya pikir, bagi NasDem, ini adalah keputusan final dan mengikat, bagi seluruh prosedur hukum yang kita miliki di negeri ini, kita menghormati dan menghargai itu. Itu jelas," kata Paloh kepada awak media di NasDem Tower.
Baca juga: Keputusan MK Terkait Kasus Sengketa Pilpres Bersifat Final, Semua Pihak Diminta Menerima
Lebih lanjut, Paloh menjelaskan soal posisi partainya saat ini, dia mengibaratkan kalau NasDem sudah menutup buku lama dan akan membuka lembaran baru.
Hanya saja, dalam posisi ini Paloh tidak secara tegas menyampaikan apa yang dimaksudnya tersebut.
"Maka ibarat bagi kita semuanya untuk menutup buku lama dan membuka lembaran buku baru, itulah harapan saya, indonesia membutuhkan semangat ini," ujar dia.
Paloh menyebut, dengan berakhirnya proses Pilpres ini maka dirinya berharap adanya posisi saling menghargai satu sama lain.
Kata dia, persaingan memang wajar terjadi saat kompetisi namun, jika hal itu sudah selesai maka menurutnya harus ada kekuatan bersama kembali.
"Kita boleh bertikai satu sama lain, dalam satu kompetisi, tapi ketika kompetisi selesai, yang kalah yang menghargai yang menang, yang menang apalagi. Inilah kekuatan kita seharusnya, saya harapkan ini bisa menjadi kekuatan kita saat ini," kata dia.
Pasalnya menurut Paloh, saat ini kondisi global penuh dengan ancaman dan ketidakpastian.
Atas hal itu, kekuatan saling menghargai harus bisa diterapkan oleh elemen bangsa demi menjaga stabilitas negara.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.