Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

6 Misteri Tewasnya Brigadir RAT di Rumah Pengusaha: Lebaran Tak Pulang, Sosok Polwan hingga Autopsi

Jasad Brigadir RAT sudah berada di dalam liang lahad, namun ada lima tanda tanya besar sekaligus misteri atas beberapa kejanggalan masih menyelimuti

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Acos Abdul Qodir
zoom-in 6 Misteri Tewasnya Brigadir RAT di Rumah Pengusaha: Lebaran Tak Pulang, Sosok Polwan hingga Autopsi
Kolase Tribunnews/net
Jasad anggota Satlantas Polresta Mamado, Brigadir Ridhal Ali Tomi (Brigadir RAT) ditemukaan tewas di rumah pegusaha di Mampang, Jakarta Selatan sudah dimakamkan di Minahasa, namun ada enam tanda tanya besar sekaligus misteri atas beberapa kejanggalan masih menyelimuti kepergian korban.  

"HP korban sedang dalam proses pemeriksaan di Laboratorium Forensik Siber," kata Yossi saat dikonfirmasi, Minggu (28/4/2024).

Meski begitu, Yossi tidak menjelaskan lebih lanjut apakah pemeriksaan isi HP korban juga akan mengarah pada dugaan pembuhuhan.

"Kegiatan hari ini kami fokus mendalami isi HP milik korban, khususnya SMS antara istri dan korban," kata Bintoro saat dikonfirmasi, Minggu (28/4/2024).

Meski begitu Bintoro masih enggan membeberkan isi percakapan antara RAT dengan istrinya yang tertuang dalam ponsel tersebut.

"Untuk isinya akan kami rilis di hari Senin besok (hari ini)," pungkasnya.

4. Bunuh Diri hingga Motifnya Diragukan

  • Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Ade Rahmat Idnal menyebut, dari penyelidikan sementara, motif dari aksi tembak kepala sendiri dilakukan Brigadir RAT karena masalah pribadi.

“Dugaan (motif) ada masalah pribadi,” ujarnya.

Meski demikian, Ade Rahmat enggan berspekulasi lebih jauh. Sebab, Unit Reserse dan Kriminal (Reskrim) Polres Metro Jakarta Selatan masih menyelidiki perihal kasus tersebut. Salah satunya dengan meminta keterangan dari keluarga Brigadir RAT.

BERITA REKOMENDASI

“Masih akan kami dalami kepada pihak istri, keluarga dan kerabat (terkait kematian korban),” tutur dia.

Baca juga: Motif Tante Bunuh Keponakan di Tangerang, Pelaku Rekayasa Kasus Pembunuhan dan Ambil Anting Korban

  • Brigadir Ridhal Ali Tomi meninggalkan tiga anak yang masih kecil.

Anak sulungnya baru duduk di kelas satu SD, anak kedua berusia 5 tahun, dan si bungsu baru berusia tiga bulan.

Osin pun menyangsikan keterangan polisi soal motif bunuh diri tersebut. Ia tidak percaya suaminya tewas mengakhiri hidup.

Sebagai seorang istri, Novita pahan betul sifat asli Brigadir Ridhal Ali.

“Saya tidak percaya, karena saya sangat tahu sifatnya seperti apa,” kata Novita.


“Almarhum sangat sayang anak-anak jadi tidak mungkin dia berbuat seperti itu."

Osin juga mengungkapkan, suaminya sempat mengaku tidak betah kerja di tempat tersebut. Pengakuan itu disampaikan Brigadir RAT ketika meneleponnya.

Kendati demikian, Novita mengaku tidak memahami maksud pernyataan korban saat itu.

"Lewat telepon, almarhum bilang sudah tidak nyaman lagi kerja di situ," ujarnya.

"Saya juga tidak tahu maksudnya apa."

Diungkap Albertus, korban sejatinya masih berusia muda.

"Ketiga, ternyata dia (korban) itu masih usia muda, ternyata kelahiran tahun 90, jadi baru 34 tahun. Bagi kompolnas ini persoalan serius. Ini alarm kuat bagi Polri, karena ada saja polisi bunuh diri. Orang kalau bunuh diri kan sudah tingkat stres yang paling puncak, sehingga bagi kami, apa motivasinya menjadi sangat penting," imbuh Albertus Wahyurudhanto.

"Ini persoalan serius yang harus benar-benar ditangani dan dicari solusi," ujarnya.

  • Pakar psikologi forensik Reza Indragiri turut mengurai analisanya.

Menurut Reza, kematian Brigadir RAT tidak bisa langsung disimpulkan sebagai tindakan bunuh diri.

"Penyebab kematian itu ada empat, yaitu seorang meninggal dunia akibat alami, kecelakaan, bunuh diri, atau pembunuhan. Selama saya tidak punya alat bukti apapun maka saya tidak bisa menyimpulkan. Kritik saya terhadap kepolisian, bagaimana mungkin pihak kepolisian dalam waktu sekian jam sudah langsung menyimpulkan bahwa ini persoalan bunuh diri," kata Reza Indragiri.

Karenanya, Reza pun mengurai dua kemungkinan terkait kematian Brigadir RAT.

Analisa pertama adalah perihal dugaan kematian Brigadir RAT karena kecelakaan.

"Anggaplah personel tersebut memang meletuskan senjata sehingga menembus kepalanya. Polisi menganggap itu bunuh diri. Tapi seandainya kita kaitkan dengan benturan satu kendaraan, sehingga senjata tidak sengaja meletus, apa itu bunuh diri? boleh jadi itu kecelakaan," ucap Reza.

Analis kedua adalah soal kemungkinan adanya intimidasi yang diterima Brigadir RAT sebelum memutuskan untuk mengakhiri hidup.

"Kalau kita berandai-andai ternyata ini bunuh diri, namun didahului pengaruh, intimidasi, pengaruh dari pihak lain, maka benarkah ini peristiwa tunggal? Saya beranggapan, jika ditarik ke belakang, boleh jadi ada peristiwa pendahuluan yang berkonsekuensi pidana, yakni seseorang menyuruh orang lain untuk melakukan tindakan fatal," pungkas Reza.

5. Jenazah Dimakamkan Tanpa Diautopsi

  • Brigadir RAT yang notabene-nya seorang anggota Polri dan disimpulkan tewas karena buhuh diri langsung diserahkan ke pihak keluarga dan dipulangkan ke rumah duka di Minahasa tanpa dilakukan autopsi.

Pihak Polres Metro Jakarta Selatan hanya melakukan visum terhadap jasad korban.

Wakasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Henrikus Yossi  mengatakan, pihak keluarga menolak autopsi jenazah korban. 

Dan jenazah RAT sudah diserahkan oleh RS Polri Kramat Jati kepada pihak keluarga, untuk disemayamkan di kampung halaman.

"Keluarga menegaskan bahwa mereka tidak bersedia untuk dilakukan outopsi jenazah," papar Yossi di RS Polri Kramat Jati, Sabtu (28/4/2024) malam.

Yossi mengatakan, karena keluarga menolak untuk diotopsi, dokter forensik hanya melakukan pemeriksaan luar atau visum et repertum terhadap jenazah RAT.

"Jadi hanya dilakukan pemeriksaan visum et repertum atau pemeriksaan luar tanpa otopsi," ucap dia.

Hasil visum menunjukkan Brigadir RAT ada luka di bagian kepala pelipis kiri. Dan menurutnya, pihak keluarga telah menerima hasil visum itu.

Penolakan outopsi juga atas persetujuan istri serta keluarga yang berada di Manado.

"Keluarga juga menerima penjelasan dokter forensik kalau memang ada luka di bagian kepala pelipis kiri, luka itulah yang terdapat pada jenazah," ujar Yossi.

  • Anggota Kompolnas Poengky Indarti meminta agar Polres Jakarta Selatan bisa melakukan penyelidikan dan penyidikan secara profesional, tanpa ada yang harus ditutup-tutupi.

Poengky menyebut, pihak Polres Metro Jakarta Selatan selaku pihak yang menangani kasus kematian Brigadir RAT harus melakukan autopsi terhadap jenazah korban.

Kompolnas pun mekomendasi untuk autopsi ini diperlukan untuk memperjelas penyebab dari kematian Brigadir RAT.

"Kami merekomendasikan sebaiknya dilakukannya autopsi untuk memperjelas apa penyebab kematian almarhum," kata Poengky, dilansir Kompas.com, Minggu (28/4/2024).

Baca juga: Selebgram Melijoker Minum Cairan Pembersih Lantai dan Lukai Badan Sebelum Live Bunuh Diri

Lebih lanjut, Poengky menuturkan, autopsi jenazah Brigadir RAT ini tak harus dilakukan di Jakarta.

Mengingat, kini jenazah Brigadir RAT dimakamkan oleh pihak keluarga di Minahasa.

Poengky menyebut, autopsi bisa dilakukan di Manado, sehingga pihak keluarga bisa memantau seluruh prosesnya.

"Autopsi dapat dilakukan di Jakarta atau di Manado, sehingga keluarga almarhum dapat memantau seluruh proses autopsi," ungkap Poengky.

Meski demikian, apapun keputusan keluarga nantinya, Poengky menegaskan komitmen Kompolnas untuk terus memantau proses penyelidikan dan penyidikan dari Polres Jakarta Selatan terkait kematian Brigadir RAT ini.

6. Pelat Dinas DPR

Tewasnya Brigadir RAT di rumah pengusaha di Mampang Jakarta Selatan makin membuat tanda tanya dengan adanya pelat dinas DPR RI alias Pelat Dewa yang dipakai di mobil Toyota Alphard yang digunakan korban.

Namun, hal itu segera dibantah oleh pihak DPR RI.

Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI memastikan pelat nomor kendaraan dinas di mobil Toyota Alphard yang digunakan Brigadir Ridhal Ali Tomi (RAT) bunuh diri adalah palsu.

Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI, Nazaruddin Dek Gam memastikan pelat nomor kendaraan dinas di mobil Toyota Alphard yang digunakan Brigadir RAT saat bunuh diri adalah palsu.

Dia juga mengklaim mobil yang digunakan Brigadir RAT juga bukan mobil anggota DPR meski terpasang pelat dinas DPR.

"Itu bukan mobil DPR, itu mereka menggunakan pelat palsu. Di DPR tidak ada nomor seperti itu," kata Nazzarudin ketika dikonfirmasi, Minggu (28/4/2024).

Menurutnya, pelat nomor kendaraan itu palsu lantaran di mobil dinas DPR tidak ada yang menggunakan pelat nomor dengan angka 25.

Ia juga menjelaskan angka 25 yang tertera pada pelat mobil Alphard yang digunakan Brigadir RAT juga tak terdaftar untuk mobil dinas DPR.

"Di DPR adanya nomor anggota dan pimpinan. Nah nomor 25 itu tidak ada pimpinan sampai 25 orang," ucapnya.

Alhasil Nazaruddin pun berniat menindaklanjuti persoalan plat nomor palsu itu kepada pihak berwajib.

"Jadi jelas itu palsu, dan kami akan segera melaporkan ke kepolisian terhadap pemalsuan tersebut," pungkasnya.

DISCLAIMER: Berita atau artikel ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan mengakhiri hidup.

Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan mengakhiri hidup, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.

Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan mengakhiri hidup.

Kontak bantuan

Mengakhiri hidup bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.

Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.

Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling,

Anda bisa klik link berikut >> LINK

(Tribunnews/Tribun Manado/Tribun MInahasa/Kompas.com/net)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas