Mantan Dubes RI untuk Jepang Yusron Ihza Kaget Dengar Kabar Pemangkasan Jumlah Bandara Internasional
Mantan Dubes RI untuk Jepang, Yusron Ihza, mengaku kaget atas pemangkasan jumlah bandara internasional dari 34 menjadi 17.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Mantan Dubes RI untuk Jepang, Yusron Ihza, mengaku kaget atas pemangkasan jumlah bandara internasional dari 34 menjadi 17.
Kebijakan itu ditetapkan oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dalam Kepmen Nomor 31/2004 tanggal 2 April 2024.
Namun, kabar itu baru muncul di media massa sekitar tiga minggu kemudian, tepatnya tanggal 26 April 2024.
"Saya kaget membaca berita itu. Terutama terkait dampaknya terhadap pariwisata nasional dan perekonomian nasional kita," ujar Yusron kepada Tribunnews.com, Senin (29/4/2024).
Baca juga: Daftar 17 Bandara di Indonesia Dicabut Status Internasionalnya, Termasuk 2 Bandara di Jawa Tengah
Seperti lazim diketahui, selama belasan atau puluhan tahun, pemerintah telah menempuh kebijakan menjadikan pariwisata sebagai salah satu lokomotif untuk menarik gerbong perekonomian nasional.
Antara lain, melalui kebijakan ‘Sepuluh Bali Baru’ dan melalui pembangunan bandara-bandara internasional itu.
Karena itu, Kepmen di atas jelas bertentangan dengan kebijakan sebelumnya, Kepmen yang dibuat oleh pemerintah sendiri.
"Saya akan bertanya secara baik-baik kepada pemerintah tentang logika atau latar belakang Kepmen itu," ujar Yusron, yang merupakan mantan Dubes RI untuk Jepang dan juga mantan anggota DPR RI Dapil Bangka Belitung (Babel) ini.
Menurut Yusron, dia dan para kolega yang sedang bergiat menarik wisatawan Asia Timur, terutama Jepang dan Korea Selatan, bingung atas pemangkasan jumlah bandara internasional tadi.
"Hal itu akan mengurangi daya tarik wisatawan untuk berkunjung," kata Yusron.
Hal di atas, menurut Yusron, akan merugikan perusahaan-perusahaan penerbangan nasional.
"Kalau pemangkasan di atas karena alasan bahwa bandara-bandara internasional itu lebih menguntungkan perusahaan penerbangan asing, masalahnya adalah bagaimana meningkatkan daya saing kita dan bukan menutup bandara-bandara itu," ujar Yusron.
"Sekitar tiga bulan yang lalu, saya mengajak kawan-kawan dari Dinas Pariwisata Korea Selatan ke Belitung. Kami sedang merancang sister city antara Jeju Island dengan Tanjung Pandan dan membangun Little Korea di Belitung," katanya.