Sukidi: Belajar dari Karakter Bung Hatta, Berani Suarakan Kebenaran untuk Lawan Ketamakan Kekuasaan
Sebagai muslim yang saleh, kata Sukidi, Bung Hatta menitipkan pesan inklusif kepada semua tentang ajaran keadilan dan cinta kasih.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemikir kebhinekaan, Sukidi Mulyadi mengungkapkan, bahwa sikap beragama Bung Hatta yang inklusif terefleksikan pada kelapangan jiwanya untuk belajar dari dua tradisi agama yang hadir sebelum Islam, yakni Yahudi dan Kristen.
Sebagai muslim yang saleh, kata Sukidi, Bung Hatta menitipkan pesan inklusif kepada semua tentang ajaran keadilan dan cinta kasih.
Baca juga: Mahfud MD Ziarah ke Makam Bung Hatta, Kenang Kesederhanaan Hingga Sikap Antikorupsi Sang Proklamator
Dia pun mengutip apa yang pernah disampaikan Bung Hatta, yakni 'Nabi Musa AS membawa ajaran yang dititikberatkan kepada menegakkan keadilan. Orang Yahudi diberikan didikan agar menegakkan dan memelihara keadilan. Bacalah De Tien Geboden (Sepuluh Wasiat), maka titik beratnya ialah kepada keadilan'.
Lalu, Bung Hatta melanjutkan pesannya, 'Nabi Isa AS mengajarkan kepada umatnya di waktu itu di dalam keadaan benci-membenci satu sama lain agar menjadi orang melakukan cinta kasih. Maka titik berat dari ajaran Nabi Isa AS ialah cinta kasih.
Baca juga: Pesan kepada Kiai Maruf: Sekarang Sudah 1 Desember, Tirulah Bung Hatta
Bacalah umpamanya ayat Johannes. Dengan bersikap lapang untuk belajar keadilan dan cinta kasih, Bung Hatta menitipkan pesan Islam: 'kelengkapan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ialah, Nabi Muhammad SAW tidak mengemukakan salah satu segi ajaran, tetapi kedua-duanya'.
Hal itu diungkapkan Sukidi dalam acara diskusi dan peluncuran buku 'Karya Lengkap Bung Hatta Jilid 9: Agama, Dasar Negara dan Karakter Bangsa' yang digelar LP3ES dan Hatta Foundation secara daring, Selasa (30/4/2024).
"Tidak hanya keadilan saja, dan tidak pula hanya cinta kasih saja, tetapi kedua-duanya, yaitu adil dan cinta kasih. Dari Bung Hatta, kita belajar tentang keadilan dan cinta kasih yang menjadi inti ajaran agama-agama semitik," kata Sukidi.
Selain itu, Sukidi menyampaikan bahwa kepada Bung Hatta, kita belajar tentang Pancasila sebagai dasar negara yang mengandung fundamen etik dan fundamen politik.
Di mana, fundamen etik termaktub pada sila ketuhanan yang maha esa, sementara fundamen politik terefleksikan pada sila kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan sosial.
"Dengan dua fundamen etik dan politik, Bung Hatta berharap bahwa 'politik negara mendapat dasar moral yang kuat. Dan dengan politik pemerintahan yang berpegang pada moral yang tinggi, diciptakan tercapainya suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".
"Kata Bung Hatta, 'Ketuhanan Yang Maha Esa tidak lagi hanya dasar hormat menghormati agama masing-masing, melainkan jadi dasar yang memimpin ke jalan kebenaran, keadilan, kebaikan, kejujuran dan persaudaraan'," kata Sukidi.
Baca juga: Sejarah Hari Perumahan Nasional 2023, dari Cita-cita Bung Hatta untuk Menyediakan Rumah Layak Huni
Lalu, kepada Bung Hatta, Sukidi mengatakan bahwa semua pihak bisa belajar tentang karakter.
Sebab, kata Bung Hatta, pangkal segala pendidikan karakter, cinta akan kebenaran dan berani mengatakan salah.
Bahkan, Sukidi mengatakan, Bung Hatta menyesalkan bahwa bangsa kita terlalu lama hidup secara diplomasi. Berbagai hal yang salah tidak boleh dikatakan dengan terus terang, melainkan dengan menyelimutinya dengan budi yang halus.
"Untuk mengambil hati juragan, yang nyata buruk dikatakan bagus, yang nyata salah dikatakan benar. Terinspirasi dari kekuatan karakter Bung Hatta, kita mengajak warga negara untuk mencintai dan menyuarakan kebenaran yang hari-hari ini sedang dihancurkan demi ketamakan pada kekuasaan," ujarnya.
"Karena itu, kita harus berpegang teguh pada kebenaran, karena, tanpa pegangan kebenaran, kita hanya menunggu waktu untuk terjatuh pada era 'post truth,' yang menurut profesor Timothy Snyder dari Yale University, 'adalah tahapan awal menuju fasisme'," jelas Sukidi.
Dalam kesempatan itu, Sukidi juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Bung Hatta atas inspirasi, perjuangan, keteladanan, dan, yang utama, kenegarawanan.
"Semua itu amat sangat relevan dan dibutuhkan bagi kita dan tegaknya Indonesia Raya".
"Dari Bung Hatta, kita belajar tentang, pertama, beragama secara inklusif, kedua, berpegang teguh pada Pancasila sebagai dasar negara, dan, ketiga, menjiwai karakter sebagai panduan hidup bersama untuk kemajuan Indonesia," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.