Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dokter Jepang: Orang Utan Indonesia Seperti Manusia Membuat Obat Sendiri

Orangutan di kawasan penelitian Suaq Balimbing, Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara diketahui mengobati lukanya dengan tanaman obat

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Dokter Jepang: Orang Utan Indonesia Seperti Manusia Membuat Obat Sendiri
ist
Ilustrasi orangutan - Seorang dokter hewan Jepang, peneliti terkenal, Punk (Eibun) Machida (55) melihat Orang Utan Indonesia seperti manusia juga karena diketahuinya bisa membuat obat sendiri untuk mengobati dirinya 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Seorang dokter hewan Jepang, peneliti terkenal, Punk (Eibun) Machida (55) melihat Orang Utan Indonesia seperti manusia juga karena diketahuinya bisa membuat obat sendiri untuk mengobati dirinya.

"Orangutan itu memang sudah satu level seperti manusia saja. Dia bisa membuat obat sendiri seperti manusia membuat obat sendiri bagi dirinya," paparnya siang ini (6/5/2024).

Orangutan terus memberi kejutan bagi dunia sains.

Orangutan di kawasan penelitian Suaq Balimbing, Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara diketahui mengobati lukanya dengan tanaman obat.

Dalam sebuah makalah baru, para peneliti menjelaskan bagaimana orangutan jantan bernama Rakus mengunyah daun tanaman yang digunakan dalam pengobatan tradisional. Kemudian ia mengoleskannya pada luka di pipinya dan sembuh.

Baca juga: Orangutan Jantan di Seranau Kotim Tersangkut di Pohon Karet Usai Ditembak Obat Bius

Ini adalah laporan pertama mengenai dugaan pengobatan luka oleh hewan liar dengan menggunakan tanaman berkhasiat obat.

Para peneliti mengamati Rakus dengan luka baru di pipinya pada Juni 2022. Tiga hari kemudian, mereka menyaksikan rangkaian peristiwa menarik.

Berita Rekomendasi

Rakus terlihat mengunyah daun tanaman, Akar Kuning (Fibraurea tinctoria), lalu mengoleskan sarinya langsung ke luka di wajahnya. Dia mengulangi perilaku ini selama tujuh menit dan kemudian menutupi seluruh lukanya dengan daun yang sudah dikunyah.

Pada hari-hari berikutnya, tidak ada tanda-tanda infeksi. Lukanya menutup dalam waktu lima hari dan sembuh, hanya tersisa bekas luka samar setelah satu bulan.

"Yang menurut saya menarik adalah bahwa perilaku ini tampaknya disengaja dan berorientasi pada tujuan," kata penulis utama studi Isabelle Laumer, ahli biologi kognitif di Max Planck Institute of Animal Behavior di Jerman dalam Psychology Today .

"Dia justru mengoleskan bahan tanaman tersebut ke lukanya beberapa kali dalam jangka waktu yang lama. Dia secara selektif merawat lukanya dan bukan bagian tubuh lainnya," sambungnya.

Rakus memilih tanaman yang kaya akan senyawa kimia penyembuh. Akar Kuning diketahui banyak digunakan dalam pengobatan tradisional Asia Tenggara untuk mengobati penyakit termasuk disentri, diabetes, dan malaria.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Akar Kuning mengandung diterpenoid furano dan alkaloid protoberberin, yang diketahui memiliki aktivitas antibakteri, antiinflamasi, antijamur, antioksidan, dan aktivitas biologis lainnya.

Pengobatan sendiri telah didokumentasikan pada banyak spesies primata liar. Primata juga ditemukan menelan dan mengunyah tanaman yang memiliki khasiat obat serta menggosokkannya ke bulunya, tetapi tidak mengoleskannya pada luka yang baru saja terjadi.

Hanya ada satu penelitian lain yang menyatakan bahwa pengobatan luka aktif dilakukan oleh kera besar. Beberapa tahun yang lalu, para peneliti melaporkan bahwa satu populasi simpanse di Taman Nasional Loango, Gabon, mengoleskan serangga terbang pada luka mereka sendiri dan luka hewan lain. Namun, para peneliti tidak dapat mengidentifikasi serangga tersebut atau membuat kesimpulan apa pun tentang kemanjuran pengobatan tersebut.

"Pengamatan kami terhadap Rakus yang menggunakan tanaman ini mungkin merupakan catatan pertama penanganan luka aktif dengan bahan aktif biologis yang dilakukan oleh hewan liar," kata Laumer.

Laumer dan rekannya tidak mengetahui bagaimana atau dari mana perilaku ini berasal. Ada kemungkinan Rakus tidak sengaja menemukannya. Mungkin juga Rakus sebelumnya mempelajari perilaku tersebut dari orangutan lain di wilayah kelahirannya, di luar Suaq Balimbing Sumatera Utara.

Sementara itu bagi para UKM Handicraft dan pecinta Jepang yang mau berpameran di Tokyo dapat bergabung gratis ke dalam whatsapp group Pecinta Jepang dengan mengirimkan email ke: info@sekolah.biz Subject: WAG Pecinta Jepang. Tuliskan Nama dan alamat serta nomor whatsappnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas