Putu Satria Disebut Lolos Mayoret & akan Dikirim ke China, Mungkinkah Penganiayaan Bermotif Cemburu?
Paman Putu Satria meyakini motif pemukulan terhadap korban, tidak sebatas karena keponakannya salah menggunakan seragam.
Penulis: Dewi Agustina
Ia turut ke Jakarta saat mendapat informasi Putu Satria meninggal dunia di kampusnya, Jumat (3/5/2024).
Tangis kesedihan langsung terdengar saat jenazah Putu Satria tiba di IPJ (Instalasi Pemulasaraan Jenazah) RSUD Klungkung sekitar pukul 10.00 Wita.
Nengah Rusmini langsung dipeluk oleh rekan-rekannya, saat jenazah Putu Satria yang berada di peti kayu, dipindahkan dari ambulans menuju ke ruang jenazah.
Nengah Rusmini tampak sangat terpukul dengan kepergian putra sulungnya.
Matanya sembab karena terus menangis, duka terlihat dari wajahnya.
Ia lalu berjalan menuju kamar jenazah, sembari meratapi foto putranya.
Dengan penuh rasa duka, Nengah Rusmini langsung bersandar di peti putranya sembari memejamkan mata.
Tangis pilu Rusmini pun pecah sembari mengusap peti mati putranya.
Hal ini mengundang isak tangis kerabat dan warga yang saat itu berada di Intalasi Pemulasaraan Jenazah RSUD Klungkung.
Baca juga: Keluarga Bantah Taruna STIP Putu Satria Sakit Jantung, Ayah: Cukup Terakhir Anak Saya Menjadi Korban
Gara-gara Baju Olahraga
Motif lainnya yang beredar, Putu Satria dan 4 rekannya menggunakan pakaian olahraga pada Jumat (3/5//2024) pagi.
Padahal saat itu seharusnya menggunakan seragam dinas.
Hal ini diketahui oleh seniornya, dan menjadi alasan melakukan kekerasan terhadap korban dan empat rekannya.
Sementara untuk hasil autopsi terhadap korban, tidak disampaikan langsung ke keluarga.
Namun dari penjelasan kepolisian saat pers rilis, disebut paru-paru Putu Satria pecah akibat pukulan keras.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.