Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Putu Satria Disebut Lolos Mayoret & akan Dikirim ke China, Mungkinkah Penganiayaan Bermotif Cemburu?

Paman Putu Satria meyakini motif pemukulan terhadap korban, tidak sebatas karena keponakannya salah menggunakan seragam.

Penulis: Dewi Agustina
zoom-in Putu Satria Disebut Lolos Mayoret & akan Dikirim ke China, Mungkinkah Penganiayaan Bermotif Cemburu?
Kolase Tribunnews/Ist
Pelaku penganiayaan, Tegar Rafi Sanjaya dan korban Putu Satria. Nyoman Budiarta, paman Putu Satria meyakini motif pemukulan terhadap korban, tidak sebatas karena keponakannya salah menggunakan seragam. Namun ada dugaan karena kecemburuan dan iri hati dari seniornya. 

TRIBUNNEWS.COM, SEMARAPURA - Pihak keluarga menduga Putu Satria Ananta Rustika (19) dianiaya lantaran kecemburuan dan iri hati dari seniornya.

Nyoman Budiarta, paman Putu Satria meyakini motif pemukulan terhadap korban, tidak sebatas karena keponakannya salah menggunakan seragam.

Namun ada dugaan karena kecemburuan dan iri hati dari seniornya.

Mengingat Putu Satria terpilih sebagai mayoret dan berkesempatan ke Tiongkok.

Baca juga: Kemenhub Ikut Investigasi Kasus Tewasnya Mahasiswa STIP Jakarta, Pengasuh dan CCTV Akan Ditambah

"Informasi dari pembinanya, keponakan saya ini lolos mayoret dan akan dikirim ke Cina (Tiongkok)," ungkap Budiarta.

Budiarta meresakan duka mendalam atas peristiwa yang menimpa keponakannya itu.

Ia meminta pelaku dihukum seberat-beratnya.

Berita Rekomendasi

"Saya harap pelaku bisa dihukum seberat-beratnya. Karena itu menghilangkan anak (keponakan) saya," harap Nyoman Budiarta saat ditemui di RSUD Klungkung, Minggu (5/5/2024).

Nyoman Budiarta ikut ke Jakarta, setelah mendapat informasi keponakannya meninggal dunia.

Ia juga terus mengikuti proses hukum yang berjalan.

Isak Tangis Ibunda

Sementara itu ibunda Putu Satria, Ni Nengah Rusmini tak kuasa menahan tangis mengiringi kepulangan jenazah Putu Satria Ananta Rustika di Klungkung, Minggu (5/5/2024) pagi.

Jenazah taruna STIP itu dititip di RSUD Klungkung sampai menunggu hari untuk digelar upacara ngaben.

Sejak pagi hari, kerabat serta rekan-rekan kerja dari ibu kandung Putu Satria, Ni Nengah Rusmini, sudah menanti kepulangan jenazah.

Rusmini merupakan bidan di RSUD Klungkung.

Baca juga: Penyebab Tewasnya Taruna STIP Jakarta, Upaya Pertolongan Pertama Berakibat Fatal

Ia turut ke Jakarta saat mendapat informasi Putu Satria meninggal dunia di kampusnya, Jumat (3/5/2024).

Tangis kesedihan langsung terdengar saat jenazah Putu Satria tiba di IPJ (Instalasi Pemulasaraan Jenazah) RSUD Klungkung sekitar pukul 10.00 Wita.

Nengah Rusmini langsung dipeluk oleh rekan-rekannya, saat jenazah Putu Satria yang berada di peti kayu, dipindahkan dari ambulans menuju ke ruang jenazah.

Nengah Rusmini tampak sangat terpukul dengan kepergian putra sulungnya.

Tegar Rafi Sanjaya (21), mahasiswa tingkat 2 STIP Jakarta ditetapkan menjadi tersangka kasus tewasnya taruna STIP akibat dianiaya senior, Sabtu (4/5/2024).
Tegar Rafi Sanjaya (21), mahasiswa tingkat 2 STIP Jakarta ditetapkan menjadi tersangka kasus tewasnya taruna STIP akibat dianiaya senior, Sabtu (4/5/2024). (Tribunnews.com/ Ibriza)

Matanya sembab karena terus menangis, duka terlihat dari wajahnya.

Ia lalu berjalan menuju kamar jenazah, sembari meratapi foto putranya.

Dengan penuh rasa duka, Nengah Rusmini langsung bersandar di peti putranya sembari memejamkan mata.

Tangis pilu Rusmini pun pecah sembari mengusap peti mati putranya.

Hal ini mengundang isak tangis kerabat dan warga yang saat itu berada di Intalasi Pemulasaraan Jenazah RSUD Klungkung.

Baca juga: Keluarga Bantah Taruna STIP Putu Satria Sakit Jantung, Ayah: Cukup Terakhir Anak Saya Menjadi Korban

Gara-gara Baju Olahraga

Motif lainnya yang beredar, Putu Satria dan 4 rekannya menggunakan pakaian olahraga pada Jumat (3/5//2024) pagi.

Padahal saat itu seharusnya menggunakan seragam dinas.

Hal ini diketahui oleh seniornya, dan menjadi alasan melakukan kekerasan terhadap korban dan empat rekannya.

Sementara untuk hasil autopsi terhadap korban, tidak disampaikan langsung ke keluarga.

Namun dari penjelasan kepolisian saat pers rilis, disebut paru-paru Putu Satria pecah akibat pukulan keras.

"Hasil autopsi mungkin nanti diungkap di pengadilan. Kami menuntut keadilan, agar tidak ada yang ditutup-tutupi dari kasus ini. Tersangka bisa dihukum seberat-beratnya," ungkap dia.

Kronologis Kejadian

Putu Satria meninggal dunia setelah mendapat kekerasan dari seniornya, Jumat (3/5/2024).

Kejadian maut itu terjadi di toilet lantai II STIP Jakarta.

Awalnya Putu Satria dan teman-temannya yang masih tinggat I, dipanggil oleh senior di tingkat II.

Seniornya yang bernama Tegar Rafi Sanjaya sempat menanyakan siapa yang meminta korban dan rekan-rekanya memakai pakaian olahraga ke gedung pendidikan lantai 3.

Putu Satria dan rekan-rekannya kemudian diminta berbaris berjejer.

Kemudian Tegar memukul ulu hati korban dengan tangan mengepal sebanyak 5 kali.

Hal itu membuat korban terkapar hingga menghembuskan napas terakhirnya.

Polisi telah menetapkan Tegar sebagai tersangka dalam kasus ini. Penetapan tersangka dilakukan setelah polisi memeriksa 36 orang, di antaranya taruna dan pengasuh STIP, dokter dan ahli, serta memeriksa CCTV.

"Maka kami menyimpulkan tersangka tunggal di dalam peristiwa ini yaitu TRS. Salah satu taruna STIP Cilincing tingkat 2," kata Kapolres.

Metro Jakarta Utara Kombes Pol Gidion Arif Setyawan kepada wartawan di kantor Polres Metro Jakarta Pusat, Sabtu (4/5/2024) malam.

Ia menyampaikan, kehidupan senioritas menjadi motif dari kasus ini. Gidion menilai ada arogansi senioritas yang ditemukan pihaknya.

"Motifnya tadi kehidupan senioritas. Kalau bisa disimpulkan mungkin ada arogansi senioritas," katanya.

Atas perbuatannya, tersangka dijerat pasal 3380 jo subsider 351 ayat 3 dengan ancaman hukuman penjara 15 tahun.

Kemenhub Evaluasi

Terkini, Kementerian Perhubungan melakukan proses investigasi internal dan evaluasi terkait kasus tewasnya Putu Satria, mahasiswa STIP Jakarta yang diduga dianiaya seniornya.

Juru Bicara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Adita Irawati mengatakan sejak kejadian tersebut jajaran pimpinan di Kemenhub langsung melakukan rapat terkait penanganan kasus tersebut.

Saat ini, proses investigasi internal dan evaluasi masih dilakukan.

Terkait kasus hukumnya, pihak Kemenhub menyerahkan kepada pihak yang berwajib.

"Dari awal kejadian sudah langsung dirapatkan dan ditangani. Saat ini masih melakukan investigasi internal dan evaluasi terkait kasus tersebut. Untuk kasus hukumnya kami serahkan kepada pihak yang berwajib dan mendukung penuh prosesnya," kata Adita ketika dihubungi Tribunnews.com, Minggu (5/5/2024).

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP) Kementerian Perhubungan menyatakan tengah melakukan evaluasi terhadap pola pengasuhan untuk pembenahan ke depan. 

BPSDMP Kemenhub menyatakan pembenahan tetap perlu dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang ke depan meskipun tindak kekerasan sama sekali tidak ditolerir di STIP dan sekolah lain di bawah BPSDMP.

Tim investigasi internal dibentuk untuk mengevaluasi kasus tersebut dan kaitannya dengan pola pengasuhan.

Kemenhub menyatakan hasil evaluasi pada unsur-unsur kampus STIP nantinya juga akan diterapkan pada sekolah lain dalam naungan BPSDMP sehingga tindak kekerasan ini tidak terulang.

Plt Kepala BPSDMP Subagiyo menyampaikan pihaknya akan mengambil langkah percepatan dengan perbaikan pedoman pola pengasuhan yang tepat sebagai langkah jangka pendek penanganan kasus tersebut.

BPSDMP telah membentuk Tim Investigasi internal terkait kejadian ini. 

"Tim akan melaksanakan evaluasi, yakni mengambil langkah secara internal terhadap unsur-unsur dan pola pengasuhan pada kampus yang harus dievaluasi sesuai ketentuan yang berlaku, sehingga peristiwa tindak kekerasan ini tidak terjadi lagi," kata Plt Kepala BPSDMP Subagiyo.

STIP Jakarta juga akan menerapkan sistem belajaran hybrid per tingkat semester setiap minggunya secara bergantian.

Hal tersebut dilakukan untuk mendukung proses penyidikan Polres Jakarta Utara dan agar proses kegiatan pembelajaran tetap berjalan.

BPSDMP juga telah menambah jumlah personel pengasuh atau pengawas yang ditempatkan di area sektor pendidikan meliputi area kelas dan pembatasan, akses tangga dan lorong serta area toilet sektor pendidikan.

Selain itu BPSDMP juga akan mengoptimalkan peran pembimbing akademik dan Perwira Pembina taruna memberikan pendampingan dan menyediakan waktu khusus bagi taruna dalam kesehariannya, baik kegiatan akademik maupun kegiatan non akademik terutama bila menghadapi masalah.

"Dan selalu membangun komunikasi dengan perwira pembina taruna maupun orang tua wali taruna," kata Subagiyo.

Untuk menjamin tidak ada lagi potensi tindak kekerasan di kemudian hari, BPSDMP akan menambah CCTV pada blank spot di tiap kampus.

Selain itu, BPSDMP juga meniadakan kegiatan yang berpotensi menimbulkan kekerasan, peningkatan peran pengasuh taruna, serta melibatkan secara aktif stakeholder yang berkaitan erat dengan proses pembentukan karakter seperti Ikatan Alumni dan asosiasi profesi pelaut. 

Ia juga menyatakan sanksi tegas akan diberlakukan berupa dikeluarkan dengan tidak hormat dari pendidikan bagi taruna pelaku kekerasan.

Subagiyo juga menyampaikan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya Taruna Putu Satria Ananta Rustika.

BPSDMP telah menyerahkan penanganan kasus ini sepenuhnya kepada pihak Polres Jakarta Utara. 

Subagiyo juga meminta pihak STIP untuk tetap kooperatif, terbuka dan transparan terhadap proses penyelidikan, serta meminta agar proses kegiatan belajar mengajar dan pelayanan tetap berjalan. 

Sampai dengan saat ini, kata dia, pihak kepolisian telah meminta keterangan 36 taruna dan 2 tim medis.

BPSDMP juga menyatakan Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Laut (PPSDMPL) Ahmad dan Ketua STIP Ahmad Wahid telah menyampaikan permohonan maaf dan duka cita mendalam langsung kepada pihak keluarga Putu Satria Ananta Rustika di RS Kramat Jati pada Sabtu (4/5/2024). 

BPSDMP menegaskan akan mengawal dan mendukung keluarga dalam memobilisasi almarhum sampai dengan peristirahatan terakhir.

Sumber: (Tribun Bali/Eka Mita) (Tribunnews.com/Gita Irawan)

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Bali.com dengan judul Tangisan Pilu Sang Ibu di Peti Mati Putu Satria dan Muncul Dugaan Kecemburuan Senior

Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas