Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

BMKG Ungkap 3 Penyebab Gelombang Panas Melanda Negara di Asia

Gerakan semu matahari pada akhir April dan awal Mei berada di atas lintang 10 derajat Lintang Utara.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in BMKG Ungkap 3 Penyebab Gelombang Panas Melanda Negara di Asia
AFP/EARVIN PERIAS
Seorang pria mandi dengan selang saat cuaca panas di Manila pada 28 April 2024. - Filipina akan menangguhkan kelas tatap muka di semua sekolah negeri selama dua hari karena panas ekstrem dan pemogokan nasional yang dilakukan oleh pengemudi jeepney, kata departemen pendidikan pada 28 April. (Photo by Earvin Perias / AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Fachri Radjab menjelaskan bahwa gelombang panas banyak melanda sejumlah negara di Asia.

Ada tiga dugaan penyebab kondisi tersebut terjadi.

Dari Vietnam juga dilaporkan, suhu maksimum di beberapa bagian utara dan tengah mencapai angka 44°C.

Sementara itu di Filipina, menyebabkan pemerintah meliburkan sekolah-sekolah.

Baca juga: India Dilanda Gelombang Panas, Sekolah-sekolah di Kerala Ditutup hingga 6 Mei 2024

Pertama, gerakan semu matahari pada akhir April dan awal Mei ini berada di atas lintang 10 derajat Lintang Utara yang bertepatan dengan wilayah-wilayah Asia Tenggara daratan.

"Hal ini menyebabkan penyinaran matahari sangat terik dan memberikan background kondisi yang panas," kata dia di Jakarta, Senin (6/5/2024).

BERITA REKOMENDASI

Faktor kedua, lanjut dia, adalah anomali iklim El Nino 2023/2024.

Analisis data historis menunjukkan bahwa saat terjadi El Nino, wilayah Asia Tenggara daratan akan mengalami anomali suhu hingga mencapai 2 derajat di atas normal pada periode Maret-April-Mei.

Adapun faktor ketiga yaitu pengaruh pemanasan global, yang menyebabkan suhu terus meningkat dari tahun ke tahun.

Kombinasi ketiga faktor tersebut menyebabkan suhu udara pada April-Mei ini menjadi sangat ekstrem di wilayah Asia Tenggara.

Sementara di Indonesia ia menegaskan, kondisi aman.


Artinya, cuaca panas akhir-akhir ini bukan gelombang panas melainkan hal yang lumrah yakni peralihan musim hujan ke musim kemarau.

"Mudah-mudahan situasi tersebut tidak terjadi di Indonesia," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas