Jokowi dan Menteri KKP Panen Ikan Nila Salin di Karawang, Biaya Budidaya Capai Rp 76 Miliar
Modeling budidaya ikan nila salin merupakan hasil revitalisasi dari lahan tambak udang yang tidak berfungsi sejak 1998 silam.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, KARAWANG - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Kawasan Karawang, Jawa Barat, Rabu (8/5/2024) pagi.
Jokowi tiba sekitar pukul 08.04 WIB. Turun dari mobil Jokowi langsung mendapatkan pemaparan dari pihak KKP mengenai modeling budidaya ikan Nila Salin yang ada di utara Karawang tersebut.
Baca juga: Sambangi Pusat Budidaya Ikan Air Tawar, Cak Imin Janjikan Kemandirian Pangan dan Pakan
Setelah menyampaikan sambutan, Jokowi lalu melakukan panen ikan nila Salin yang ada di lokasi.
Menggunakan serokan jaring penangkap ikan, Jokowi didampingi Menteri KKP Wahyu Sakti Trenggono panen Ikan Nila Salin di tambak yang ada di lokasi.
Turut hadir dalam acara tersebut Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dan Menpan RB Azwar Anas.
Modeling budidaya ikan nila salin tersebut dibangun sejak 2023 di atas lahan seluas 80 Hektar.
Modeling budidaya tersebut merupakan hasil revitalisasi dari lahan tambak udang yang tidak berfungsi sejak 1998 silam.
Sejak program tidak berjalan lahan tambak udang tersebut terkontaminasi, sehingga menjadi aset negara tanpa fungsi selama puluhan tahun.
"Kita mencoba untuk memperbaharui dan menggunakan tambak ini sebagai lokasi budidaya ikan nila salin,' kata Menteri Trenggono, Selasa (7/5/2024).
Baca juga: KKP Akan Adopsi Teknologi Budidaya Tuna dari Turki
Budidaya ikan nila salin yang terletak di Utara Karawang tersebut dibangun dengan biaya Rp 76 miliar.
Tempat budidaya dibangun dengan lengkap mulai dari infrastruktur jalan, perkantoran, penerangan hingga penataan kolam produksi.
Terdapat sejumlah fasilitas dalam budidaya tersebut. Mulai dari Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), inlet outlet, tandon, hingga laboratorium.
Proses produksinya juga sudah mengedepankan teknologi terkini salah satunya penggunaan mesin pakan otomatis.
Produktivitas modeling diharapkan bisa mencapai sekitar 7.020 ton per siklus atau senilai Rp 210,6 miliar dengan asumsi harga jual ikan nila salin Rp 30 ribu per kg.
Dari asumsi hitungan ekonomi dengan harga pokok produksi Rp 24.500 per kg, modeling akan menghasilkan keuntungan sekitar Rp 38,6 miliar.
"Pembangunan modeling ini merupakan upaya kami dengan masyarakat tani, dalam rangka meningkatkan produksi ikan nila nasional, ini juga menjadi salah satu komoditi strategis yang bisa menjadi andalan Indonesia di pasar internasional," ujarnya.
Pembangunan modeling budidaya nila salin dilakukan di lahan seluas 80 hektare yang terbagi dalam empat kawasan tambak, yakni Tambak blok A, B, C dan D.
Modelling klaster budidaya ikan nila salin tersebut diharapkan nantinya bisa menjadi percontohan budidaya ikan nila salin bagi pelaku usaha yang budidaya memanfatkan perairan umum seperti danau.