World Water Forum ke-10 di Indonesia: Upaya Global dalam Menjaga Kelestarian Ekosistem Perairan
World Water Forum ke-10 di Indonesia: Upaya Global dalam Menjaga Kelestarian Ekosistem Perairan dengan berbagai upaya dan inovasi
Penulis: Muhammad Fitrah Habibullah
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Air adalah sumber kehidupan yang tak tergantikan bagi semua makhluk di bumi, termasuk manusia. Ketersediaan air yang cukup dan berkualitas adalah fondasi bagi kesejahteraan manusia dan kelangsungan ekosistem.
Namun sayangnya, ekosistem air di berbagai belahan dunia makin terancam akibat aktivitas manusia yang tidak terkontrol. Pencemaran dan kerusakan ekosistem air telah membawa dampak negatif yang signifikan, termasuk krisis air, bencana alam, dan kerugian ekonomi.
Menurut World Meteorological Organization (WMO), bencana yang disebabkan oleh perubahan iklim, cuaca ekstrem, dan krisis air telah menyebabkan kerugian ekonomi mencapai USD 1.476,2 miliar selama periode 2010-2019. Dampak ini bukan hanya bersifat materiil, tetapi juga meliputi gangguan kesehatan dan kerugian non-materiil lainnya.
Namun, manusia dapat mengurangi dampak negatif ini dengan berbagai upaya, seperti mengurangi polusi, memperbaiki ekosistem air yang rusak, mempertahankan hutan riparian yang merupakan area berhutan dari daratan yang berdekatan dengan badan air atau perairan, seperti sungai, jeram, telaga, danau, rawa, muara, kanal, atau waduk.
Kesimpulannya, perlindungan ekosistem air akan sangat tergantung pada upaya manusia untuk mengurangi dampak kerusakan dari ekosistem air dan lingkungannya.
Maka dari itu, pentingnya menjaga ekosistem air untuk masa depan yang berkelanjutan telah menjadi perhatian global. Hal ini mendorong berbagai pihak, mulai dari individu, pemerintah, hingga sektor swasta, untuk bertindak.
Di Indonesia, Kementerian PUPR di bawah kepemimpinan Menteri Basuki Hadimuljono telah mengambil langkah konkret dalam mengelola sumber daya air. Implementasi Smart Water Management dan program pemulihan ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) menjadi bagian dari upaya tersebut.
“Pertama, implementasi program pemulihan ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) seperti Citarum Harum di seluruh sungai yang ada di Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan pulau terpadat di Indonesia,” ujar Menteri Basuki pada Puncak Hari Air Dunia (HAD) ke-32 Tahun 2024, Senin (29/4/2024) lalu.
“Kedua, saya ingin mengajak kita semua meningkatkan kemampuan mengelola air di Indonesia. BMKG kita sudah bisa memprediksi dengan tepat, sehingga harus kita manfaatkan untuk mempersiapkan apa yang harus kita lakukan dalam pengelolaan sumber daya air di musim penghujan dan kemarau,” sambungnya.
Baca juga: World Water Forum ke-10 Dorong Penyaluran Akses Air Bersih untuk Masyarakat di Daerah Terpencil
Inovasi bersama untuk lestarikan ekosistem air
Namun, tantangan tidak berhenti di situ. Perubahan iklim membawa ancaman baru terhadap ekosistem air, memperburuk krisis air yang sudah ada. Oleh karena itu, diperlukan inovasi lebih lanjut dalam menjaga kelestarian ekosistem air.
Agenda World Water Forum ke-10 yang diselenggarakan 18-25 Mei mendatang di Bali akan menjadi wadah untuk mendiskusikan upaya-upaya inovatif global dalam menghadapi tantangan ini.
Melalui penerapan Smart Water Management dan berbagai program pemeliharaan ekosistem air lainnya, forum ini bertujuan untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan dan berdaya saing.
Forum ini juga menjadi wadah untuk memfasilitasi generasi muda dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen air dan kesadaran terkait isu lingkungan dan keberlanjutan. Forum air ini akan menggali potensi kolaborasi global dalam mengatasi tantangan dalam menjaga ekosistem air untuk masa depan yang berkelanjutan.