Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Faktor Misinformasi Dinilai Ikut Menghambat Upaya Menurunkan Prevalensi Merokok

Budiyanto menjelaskan, produk tembakau alternatif menerapkan konsep pengurangan bahaya tembakau (tobacco harm reduction) sehingga lebih rendah risiko

Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Faktor Misinformasi Dinilai Ikut Menghambat Upaya Menurunkan Prevalensi Merokok
Tribun Jatim/Danendra Kusuma
Petani tembakau di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, mengeringkan daun tembakau panenan sebelum dirajang. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Misinformasi mengenai produk tembakau alternatif, yang dianggap sama bahayanya dengan rokok, dapat menyebabkan perokok dewasa enggan beralih ke produk yang lebih rendah risiko sehingga menghambat upaya menurunkan prevalensi merokok.

Ketua Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) Budiyanto menjelaskan, produk tembakau alternatif menerapkan konsep pengurangan bahaya tembakau (tobacco harm reduction) sehingga lebih rendah risiko. Oleh karena itu, misinformasi yang menyamakan risiko antara produk tembakau alternatif dan rokok tidaklah tepat.

Baca juga: Dapatkah Inggris Jadi Panutan untuk Pelarangan Merokok?

"Produk yang diciptakan untuk untuk mengurangi risiko tidak mungkin sama berbahaya dengan produk sebelumnya. Banyak sekali informasi negatif yang beredar saat ini tidak berdasarkan kondisi sebenarnya, termasuk berita hoax dan penyalahgunaan produk," kata Budiyanto, Senin (20/5/2024).

Sebagai bagian dari asosiasi yang menaungi para pelaku usaha rokok elektronik, Budiyanto berharap agar pemerintah dan masyarakat, khususnya perokok dewasa, tidak tergiring informasi keliru mengenai produk tembakau alternatif. APVI juga mendorong seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, untuk berperan aktif memberikan edukasi mengenai profil risiko produk tersebut berdasarkan penelitian ilmiah, bukan opini negatif.

"APVI sangat berkomitmen mendukung pemerintah dalam setiap kebijakan yang baik. Di berbagai negara, rokok elektronik digunakan sebagai alat untuk mengurangi prevalensi merokok. Sejak awal, APVI selalu mengkampanyekan pembatasan usia kepada seluruh pelaku usaha. Kami memiliki skema pengawasan demi menjamin tidak ada penjualan kepada anak di bawah umur," jelas Budiyanto.

Baca juga: Khawatir Berimbas PHK, Buruh Rokok Jatim Harap Pemerintah Tak Naikkan Cukai SKT di 2025

Pada kesempatan terpisah, Peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Brown University, Dr. Jennifer Tidey menjelaskan, ada banyak kesalahan informasi mengenai produk tembakau alternatif yang membuat perokok dewasa enggan beralih ke produk lebih rendah risiko.

Perlu diketahui, sebagian produk tembakau alternatif melalui proses pemanasan, bukan proses pembakaran seperti rokok sehingga tidak menghasilkan TAR.

Berita Rekomendasi

"Apa yang banyak orang tidak pahami adalah bahwa bukan nikotinnya, melainkan bahan kimia dari pembakaran tembakau (TAR) yang dapat menyebabkan penyakit terkait merokok," ungkap Dr. Jennifer, seperti dikutip dari laman School of Public Health University Brown.

Meski lebih rendah risiko, produk tembakau alternatif bukan pintu masuk menuju kebiasaan merokok. Dr. Jennifer berpendapat bahwa perkiraan peningkatan jumlah perokok setelah munculnya rokok elektronik belum bisa dibuktikan secara substansial.

Oleh sebab itu, produk tembakau alternatif memiliki potensi mengurangi prevalensi merokok.

"Informasi akurat mengenai produk tembakau alternatif lebih rendah risiko perlu dimasifkan. Jika Anda bukan perokok, jangan mulai menggunakan vape. Namun, jika Anda sudah merokok dan kesulitan berhenti, beralihlah ke produk yang lebih rendah risiko untuk mengurangi dampak buruknya," tambahnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas