Terungkap Sosok Pulu Darmawan, Pilot Pesawat Latih Jatuh di BSD Tangsel, Ternyata Warga Semarang
Inilah sosok pilot pesawat latih Tecnam P2006T berkode PK-IFP yangn jatuh di BSD Serpong, Tangerang Selatan pada Minggu (19/5/2024).
Penulis: Rifqah
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Pesawat latih Tecnam P2006T berkode PK-IFP jatuh di BSD Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, pada Minggu (19/5/2024).
Dalam video yang beredar, tampak badan pesawat yang memiliki warna putih itu hancur, tapi kode PK-IFP yang tertera pada bagian ekor dalam kondisi utuh.
Adapun, dalam insiden kecelakaan ini, tiga orang yang berada di pesawat meninggal dunia.
Satu di antara ketiga korban bernama Pulung Darmawan yang merupakan pilot pesawat.
Sementara itu, dua korban meninggal lainnya adalah Mayor (Purn) Suwanda sebagai co-pilot dan Farid sebagai engineer.
Pulu Darmawan diketahui merupakan seorang warga Dusun Ngasem, Desa Jetis, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Berdasarkan informasi yang diterima dari pihak keluarga, Pulu merupakan instruktur pilot yang bekerja di sebuah sekolah penerbangan di Jakarta.
Saat ini, disebutkan bahwa Pulu berusia 39 tahun.
Paman Almarhum Pulu, Sukro Partono (60), memastikan Pulu benar merupakan keponakannya.
"Sampai detik ini dipastikan (korban) merupakan keponakan saya," kata Sukro, Minggu, dikutip dari TribunJateng.com.
Sukro lantas menjelaskan, Pulu sudah tidak pulang dalam waktu relatif lama.
Baca juga: Sosok Kopilot Suanda Tewas dalam Insiden Pesawat Jatuh di BSD, sang Anak Kenang Sifat Ayahnya
Bahkan, diakui Sukro, ia terakhir bertemu dengan ponakannya itu pada lebaran Idul Fitri tahun lalu.
Sebelumnya, Sukro mempunyai keinginan untuk menghubungi Pulu, tapi kabar duka sudah terlebih dulu menghampirinya dan keluarga soal kecelakaan Pulu tersebut.
“Terakhir bertemu Lebaran tahun lalu. Saya sebenarnya sebelumnya sempat kepikiran mengontak Pulu, namun ternyata sudah mendapat kabar duka,” ungkapnya.
Meski mengaku sangat kehilangan, kini keluarga sudah menerima musibah tersebut.
Penyebab Kematian 3 Korban
Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur mengungkap penyebab kematian tiga orang korban pesawat jatuh di BSD.
Kepala Rumah Sakit (Karumkit) Polri, Brigjen Hariyanto, mengatakan penyebabnya karena adanya luka bentur pada kepala bagian belakang dan depan, dada, tungkai kaki, serta tangan.
"Penyebab kematiannya akibat benturan ya, benturan hampir semuanya hampir sama yaitu kepala kemudian dada kemudian tungkai dan lengan," katanya kepada wartawan di RS Polri Kramat Jati, pada Senin (20/5/2024), dikutip dari TribunTangerang.com.
Hariyanto mengatakan, ketiga korban tidak diautopsi oleh dokter.
Sebab, pihak keluarga hanya mengizinkan pemeriksaan luar dan identifikasi sidik jari saja.
Kondisi tiga korban pun dipastikan masih utuh dan tidak ada luka bakar.
"Semua utuh, hanya benturan-benturan yang menyebabkan kematian korban," ucap dia.
Kronologi Kejadian
Kepala Basarnas Jakarta, Desiana Kartika Bahari, selaku SAR Mission Coordinator (SMC) dalam operasi SAR mengatakan, Basarnas Jakarta menerima informasi telah terjadi kecelakaan pesawat terbang sekitar pukul 13.43 WIB, Minggu, di Lapangan Sunburst BSD, Tangsel.
Setelah menerima informasi tersebut, personel Basarnas pun diterjunkan ke lapangan guna melakukan evakuasi.
"Personel rescue Basarnas Jakarta dan Basarnas Special Group (BSG) diterjunkan menuju lokasi kejadian untuk melakukan proses evakuasi terhadap korban bersama dengan unsur SAR gabungan," ujarnya, Senin.
Diketahui pesawat awalnya lepas landas atau take off dari Bandara Pondok Cabe pukul 11.36 WIB.
Pesawat terbang dari Pondok Cabe menuju Bandara Salakanagara, Tanjung Lesung, Banten.
Pesawat kemudian mendarat selamat di Bandara Salakanagara.
Kemudian, pesawat take off Kembali dari Bandara Salakanagara pukul 13.10 WIB untuk kembali ke Bandara Pondok Cabe Tangerang Selatan.
Lalu, sekitar pukul 14.30 WIB, pesawat tersebut jatuh di daerah BSD Tangsel dengan mengangkut tiga orang.
Di mana, satu korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia terpental dari luar badan pesawat.
Sementara itu, dua korban lainnya diketahui dalam keadaan terhimpit badan pesawat.
Sebelum jatuh, diketahui sang pilot berusaha melakukan kontak menggunakan radio di dalam pesawat.
"Dari informasi bahwa pesawat itu tujuan dari Pondok Cabe. Sebelum jatuh ada permintaan tolong dengan mengucapkan may day may day dan hilang kontak," ujar Kapolres Metro Tangerang Selatan, AKBP Ibnu Santoso.
Disebutkan juga, pesawat Tecnam P2006T tersebut sempat berputar-putar dan mengeluarkan asap sebelum jatuh di tepi lapangan Sunburst, Jalan BSD.
Vijay (27), tukang parkir yang tak jauh dari lokasi kejadian mengungkap, sebelum pesawat jatuh berada di atas Hotel Pop, berputar-putar dan mengeluarkan asap.
"Dia berputar-putar sembari mengeluarkan asap juga," ujar Vijay, Minggu.
Kemudian saat akan menyentuh tanah, pesawat seolah membanting arah.
Namun, Vijay tak melihat secara langsung momen saat pesawat berkode PK-IFP itu terhempas ke tanah karena terhalang pagar dan pohon.
Selain itu, saat kejadian, kondisi sedang diguyur hujan deras dan Vijay hanya mendengar suara benturan saat pesawat jatuh ke tanah.
"Setelah makin dekat dengan tanah, dia kayak banting setirlah kalau istilahnya mobil. Nah akhirnya, di sanalah jatuhnya, di Lapangan Sunburst," ucapnya.
"Suaranya pas di udara kayak suara mesin mati, gimana ya, ck ck ck, gitu. Nah, pas jatuh, suaranya kayak ban mobil tronton meledak," ujar dia.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Sosok Pulu Darmawan Korban Pesawat Jatuh di BSD Tangsel, Instruktur Pilot Asal Semarang
(Tribunnews.com/Rifqah/Abdi Ryanda/Hendra Gunawan) (TribunJateng.com/Reza Gustav Pradana) (TribunTangerang.com/Nurmahadi)