Contoh Teks Khutbah Jumat, 24 Mei 2024: Makna Ibadah Haji dalam Kehidupan Sosial
Inilah contoh teks khutbah Jumat yang berjudul "Makna Ibadah Haji dalam Kehidupan Sosial".
Penulis: Lanny Latifah
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Berikut contoh teks khutbah Jumat yang berjudul "Makna Ibadah Haji dalam Kehidupan Sosial".
Dikutip dari laman kemenag.go.id, contoh teks khutbah Jumat ini ditulis oleh H. Nur Abadi.
Adapun contoh teks khutbah Jumat ini dapat dibacakan ketika khutbah salat Jumat pada 24 Mei 2024.
Dalam contoh teks khutbah Jumat ini memuat materi terkait ajaran Islam tentang bagaimana makna Ibadah Haji dalam kehidupan sosial.
Selengkapnya, simak contoh teks khutbah Jumat yang dikutip dari laman kemenag.go.id berikut ini:
Baca juga: Contoh Teks Khutbah Jumat dengan Tema Bulan Dzulqa’dah
Khutbah Jumat: Makna Ibadah Haji dalam Kehidupan Sosial
Khutbah I
Hadirin jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Swt., yang tidak putus-putusnya melimpahkan rahmat, kemurahan dan hidayah-Nya kepada semua makhluk-Nya. Kita bersyukur atas limpahan hidayah Iman, Islam dan Ihsan masih terpelihara dalam hati. Kita juga dapat melaksanakan shalat Jum’at sebagai kewajiban seorang Muslim. Sholawat dan salam kita sanjungkan di Baginda Rasulullah saw. seorang utusan yang telah berhasil memperjuangkan lahirnya pencerahan dunia dari alam kezhaliman dan ketidakpastian, menjadikan masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang berbudaya, dari masyarakat penuh penindasan menjadi masyarakat yang saling menghargai dan melindungi.
Mari kita selalu memperbaharui keimanan dan ketaqwaan kita setiap saat, sehinga kualitas keimanan dan ketakwaan semakin meningkat yang akan mampu melahirkan etos kerja yang berkualitas dan bekerja semakin baik serta profesional. Ketaqwaan akan melahirkan dampak positif, baik dalam lingkungan dan masyarakatnya. Artinya kehidupan mulai dari hal hal yang bersifat pribadi maupun sosial akan meningkat seluruh aspek kehidupannya. Muslim yang sempurna akan melaksanakan ibadah dan ketentuan syariat yang menyertahinya, sehingga Rosulullah saw menegaskan :
Dari Abdullah bin Umar r.a. berkata: “Rasulullah saw. bersabda: “Islam itu dibangun di atas lima dasar: persaksian (syahadat) bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah Swt. dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, haji (ke Baitullah) dan puasa di bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Hadirin jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Hadits Nabi menyatakan Ibadah haji adalah salah satu dari rukun Islam yang lima. Kewajiban melaksanakan ibadah haji sekali dalam seumur hidup bagi yang mampu menunaikannya baik mampu secara fisik dan materi. Kondisi ini untuk menyambung komunikasi antara seorang hamba dengan sang Khaliq sebagai bentuk ibadah murni, perjalanan ini diibaratkan rangkuman manusia ketika masih hidup di dunia yang nantinya sebagai renungan dan evaluasi dalam memposisikan dirinya sebagai hamba Allah Swt.
Ibadah untuk mengunjungi Baitullah yang berada tanah suci Mekah pertama kali disyari’atkan pada tahun keenam Hijrah. Saat bulan haji, seluruh muslim se-dunia mengadakan pertemuan secara besar-besaran, pesertanya seluruh penjuru dunia, yang terdiri dari berbagai ras, suku bangsa, bahasa serta budaya yang berbeda. Mereka diikat satu tujuan mengabdi kepada sang Khaliq di bawah lindungan Ka’bah yang menjadi lambang persatuan dan kesatuan umat Islam.
Menunaikan ibadah haji memberikan pelajaran agar umat Islam menjadi mampu dan sehat dalam berbagai aspek, baik fisik, harta benda dan spiritualnya. Ini adalah isyarat bahwa kewajiban haji adalah ibadah fisik, ibadah rohani dan ibadah harta sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 97:
"… Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah..”
Rumah yang pertama kali dibangun di bumi adalah Baitullah al-Haram, tujuanya untuk beribadah kepada Allah dan mengagungkan nama-Nya. di Baitullah al-Haram terdapat banyak keberkahan, berbagai macam kemaslahatan dan manfaat yang sangat besar untuk manusia dan alam semesta. Allah Swt. mewajibkan para hamba-Nya yang mampu baik fisik, harta dan spiritualnya untuk menunaikan perjalanan haji yaitu mereka sampai ke Baitullah al-Haram dengan mengendarai kendaraan apa pun yang sesuai dengannya dan perbekalan yang harus dispersiapkan.
Hadirin jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Berbagai hikmah dalam amalan ibadah haji akan memberi kesan sehingga pengalaman spiritual dari jamaah haji akan berbeda-beda dalam mengarungi perjalanan ibadah hajinya, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Hajj ayat 28:
“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rejeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.”
Hadirin jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Disyariatkannya Ibadah haji oleh Allah Swt. mempunyai berbagai manfaat baik untuk para jamaah haji maupun masyarakat lingkungannya. Di antaranya. Pertama, penyempurna dari Rukun Islam. Seseorang yang sudah melaksanakan ibadah haji maka sempurnalah rukun Islamnya. Konsekuensinya meraka harus selalu memberikan teladan kepada lingkungan, sebagaimana ketundukan seorang hamba kepada Allah Swt., lebih bisa mengendalikan dirinya dan diarahkan untuk bisa meneladani peristiwa -peristiwa dan perjuangan umat Islam pada generasi para sahabat nabi dalam menjalankan dan menegakkan ajaran Islam.
Kedua, menghapus diskriminasi. Mencairkan perbedaan ras, warna kulit, suku bangsa, bahasa dan lainnya, dengan penuh kesadaran bahwa kita adalah satu keluarga, satu keturunan yaitu dari Nabi Adam a.s. Nabi Adam as dari tanah, kita semua juga pada akhirnya juga akan kembali menjadi tanah. Hanya kualitas ketakwaan yang akan membedakan kita di hadapan Allah Swt., sebagaimana firman Allah adalah surat Al-Hujurat ayat 13:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Ketiga, lambang persatuan umat Islam. Kaum muslim yang menjalankan ibadah haji berasal dari tempat yang berbeda-beda dan berpencar dari berbagai belahan dunia bersatu untuk mengabdi kepada Allah swt. Mengumandangkan talbiyah:
“Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sungguh, segala puji, nikmat, dan segala kekuasaan adalah milik-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu.”
Keempat, Pengorbanan dan Peduli. Pengorbanan bagi yang melaksanakan haji karena ia menyiapkan harta benda, meninggalkan keluarga dan kampung halaman, perjalanan yang jauh melelahkan, menguras tenaga dan pikiran, serta melakukan berbagai amaliyah hanya semata-mata mencari ridha dari Allah Swt.
Hadirin jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Rafats (berkata-kata yang kasar), fusuq (berbuat dosa dan maksiat) dan jidal (pertengkaran dan perselisihan) sering terjadi di masyarakat. Orang yang telah berhaji, bukan saja diharuskan menghindari tiga hal tersebut di saat menjalankan ibadah haji di tanah suci, tapi ia juga mesti berikhtiar untuk mengurangi dan menghentikan tiga hal itu sekembalinya melaksanakan ibadah haji. Hal ini akan menjadi penanda diterimanya haji seseorang, sehingga disebut haji yang mabrur, yang tidak lain balasannya surga sebagaimana sabda Nabi saw.:
"Haji yang mabrur tiada balasan baginya kecuali surga”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah,
Semoga Allah Swt. selalu memberikan perlindungan dan hidayah-Nya agar kita menjadi manusia yang mempunyai pandangan hidup yang luas, bergerak leluasa, dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, saling menghargai sesama, dan saling menghormati.
Khutbah II
Selengkapnya klik di sini
(Tribunnews.com/Latifah)