Makna Hari Raya Waisak, Peringati 3 Peristiwa Penting bagi Umat Buddha
Simak makna perayaan Hari Raya Waisak. Dilaksanakan untuk memperingati 3 peristiwa penting bagi umat Buddha.
Penulis: Enggar Kusuma Wardani
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Berikut makna perayaan Hari Raya Waisak.
Setiap tahunnya, umat Buddha selalu menggelar perayaan Hari Raya Waisak.
Pada kalender Masehi, Waisak biasanya jatuh pada akhir April, Mei, atau awal Juni.
Diketahui, Kata Waisak berasal dari dua bahasa yaitu Vaisakha (Sansekerta) dan Vesakha (Pali) yang berarti nama bulan dalam kalender Buddhis.
Perayaan Hari Raya Waisak dilaksanakan untuk memperingati tiga peristiwa penting bagi umat Buddha.
Adapun makna dari perayaan Hari Waisak yakni sebagai berikut:
Makna Perayaan Waisak
Dikutip dari laman Kementerian Agama, Waisak dirayakan untuk memperingati tiga peristiwa berikut ini:
1. Kelahiran Bodhisattva (calon Buddha) Siddharta Gautama di Taman Lumbini pada tahun 623 SM;
2. Petapa Gotama mencapai Penerangan Sempurna di Bodh pada tahun 588 SM;
3. Wafatnya Buddha Gotama (Maha Parinibbana) di Kusinara.
Baca juga: 60 Gambar Selamat Hari Raya Waisak 2024 atau Vesak Day 2568 BE
Menyambut perayaan Waisak, umat Buddha seringkali melakukan kegiatan bersih vihara, ziarah ke makan leluhur, bersih makam pahlawan.
Pada saat Hari Waisak, umat Buddha melaksanakan puja pada detik-detik bulan purnama.
Untuk memeriahkan Waisak, biasanya juga akan digelar kegiatan lomba atau pentas kesenian.
Tak hanya tiga peristiwa tersebut, umat Buddha juga memperingati peristiwa yang disebut 'Pencapaian Penerangan Sempurna'.
Pencapaian Buddha ini hendaknya menjadi inspirasi dan motivasi umatnya untuk senantiasa berbuat kebajikan.
Perayaan Waisak, tidak hanya sekedar melaksanakan tradisi puja, tetapi lebih dari itu.
Umat Buddha dapat meneladani tekad, semangat, pantang menyerah, dan sifat-sifat luhur Buddha serta senantiasa melaksanakan dhamma.
Tekad dan semangat Buddha Gautama ditunjukkan pada saat beliau terlahir sebagai Petapa Sumedha, pada masa kehidupan Buddha Dipankara.
Petapa Sumedha bertekad untuk menjadi Buddha pada masa selanjutnya.
Ketika waktunya telah tiba, Siddharta Gautama terlahir di bumi untuk terakhir kalinya demi menyempurnakan parami.
Setelah Penerangan Sempurna terealisasikan, Buddha mendedikasikan hidupnya untuk menyebarkan dhamma dan membentuk Sangha.
Saat menjelang wafat, Buddha berpesan, ”Oh para Bhikkhu, segala sesuatu tidak kekal adanya, berjuanglah dengan kewaspadaan (Maha Parinibbana Sutta)".
Dari kisah hidup Buddha Gautama tersebut mengajarkan umat manusia tentang perlunya perjuangan.
Umat Buddha yang menyambut Waisak dengan penuh kesadaran dan meneladani sifat-sifat luhur Buddha mampu memaknai arti Waisak yang sesungguhnya.
Penghormatan atau puja tertinggi pada Buddha adalah dengan melaksanakan Dhamma dalam berbagai segi kehidupan, baik kehidupan sehari-hari, beragama, berbangsa dan bernegara.
(Tribunnews.com/Enggar Kusuma)