Kronologis Buronan Thailand 6 Bulan Sembunyi di Indonesia, Gonta-ganti Wanita Untuk Bertahan Hidup
Chaowalit Thongduang alias Pang Na-Node kerap gonta ganti pasangan selama bersembunyi di Indonesia dalam rangka bertahan hidup.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim Glabungan Polri yang terdiri dari Bareskrim, Divisi Hubinter, Polda Aceh, Polda Sumut, Polda Bali, beserta Royal Thai Police berhasil menangkap buronan nomor 1 Thailand Chaowalit Thongduang alias Pang Na-Node alias Sulaiman pada 30 Mei 2024 di sebuah apartemen di Kabupaten Badung, Bali.
Chaowalit diketahui menjadi buronan karena diduga menjadi bandar narkoba besar di Thailand, membunuh anggota Kepolisian di Thailand, menembak anggota Kehakiman di Thailand, dan kabur dari penjara Thailand saat tengah menjalani proses hukum.
Pelariannya menjadi perhatian masyarakat Thailand dan disebut-sebut menjadi atensi Perdana Menteri Thailand.
Selama besembunyi di Indonesia, Chaowalit melakukan pemalsuan identitas.
Baca juga: Chaowalit Thongduang Buronan Thailand Sempat Bunuh Polisi-Tembak Hakim Sebelum Kabur ke Indonesia
Berdasarkan berita acara pemeriksaan Chaowalit, diketahui dirinya sempat kabur dari Thailand ke India.
Namun, karena wajahnya berbeda dengan mayoritas masyarakat di India ia memilih Indonesia sebagai tempat pelariannya.
Kabareskrim Polri Komjen Wahyu Widada menjelaskan penangkapan Chaowalit didasarkan pada red notice control dari Royal Thai Police yang dikeluarkan pada 16 Februari 2024 atas nama Chaowalit Thongduang alias Pang Na-Node.
Baca juga: Jejak Kasus Chaowalit Thongduang, Buronan Nomor 1 Thailand Ditangkap di Bali, Terlibat 12 Kejahatan
Tim gabungan, kata dia,melakukan penyelidikan dan koordinasi melacak keberadaan buronan tersebut.
Awalnya, tim melakukan pencarian di Kota Medan Sumatera Utara karena informasi awal Chaowalit berada di Kota Medan.
Berdasarkan penyelidikan dan pendalaman Bersama Ditreskrimum Polda Sumatera Utara, tim mendapatkan petunjuk bahwa Chaowalit sudah tidak berada di Sumatera Utara.
Polisi mengendus Chaowalit sudah berangkat ke Bali.
Tim segera berangkat ke Bali dan berkoordinasi dengan Ditreskrimum Polda Bali.
Setelah itu, dibentuk tim khusus untuk melakukan penyelidikan.
Akhirnya lokasi persembunyian Chaowalit terlacak di sebuah apartemen di Kabupaten Badung,Bali.
"Sehingga pada saat itu juga, berhasil dilakukan penangkapan tim gabungan," kata Wahyu saat konferensi pers di Gedung Bareskrim Polri Jakarta pada Minggu (2/6/2024).
Pada saat penangkapan tim gabungan mengamankan beberapa barang bukti.
Barang bukti tersebut di antaranya berupa empat buah ponsel, identitas palsu berupa Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga, dan akta kelahiran atas nama Sulaiman sebagai penduduk dari Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh.
Selain itu, tim juga mengamankan rekening bank swasta atas nama Sulaiman dan satu buah kartu debit bank tersebut, serta 2 buah kartu debit bank swasta lainnya.
Tim juga memeriksa belasan saksi yang diduga memiliki keterkaitan dengan pelarian, pemalsuan indentitas, dan cara Chaowalit bertahan hidup selama berada di Indonesia.
Mereka yang diperiksa di antaranya ada yang berprofesi sebagai driver ojek online, sopir taksi, agen pengiriman uang, pemilik jasa sewa kapal, dan teman Chaowalit selama dalam pelarian di Indonesia.
Namun demikian, terdapat dua orang di antaranya yang tengah didalami terkait dengan dugaan pemalsuan identitas.
"Dari hasil interograsi yang dilakukam tim gabungan diketahui bahwa buronan tersebut masuk ke wilayah Indonesia pada 8 Desember 2023 melalui jalur perairan laut Thailand menuju ke muara Pantai Kermak Aceh Tamian menggunakan speed boat kapasitas mesin 200pk dengan waktu perjalanan kurang lebih sekira 17 jam," kata dia.
Sampai di Indonesia, seorang WNI inisial FS yang sebelumnya sudah dikenalkan dengan seseorang di Thailand membantunya membuat identitas palsu sebagai WNI dengan nama Sulaiman.
Untuk para pelaku pemalsuan tersebut, kata dia, saat ini masih dalam pencarian.
Selain itu, Chaowalit diketahui berpindah-pindah tempat di beberapa apartemen dan hotel di Kota Medan.
Selain itu, kata dia, ada beberapa orang yang berganti-ganti menemaninya.
"Kemudian buronan diketahui berada di Bali sejak 20 Mei untuk berlibur. Dan dalam berkomunikasi karena buronan tidak bisa bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia, dia menggunakan bantuan Google translate untuk berkomunikasi dengan orang lain," kata dia.
Operasi Dilakukan 5 Hari
Kadiv Hubinter Polri Irjen Krishna Murti mengatakan operasi penangkapan tersebut dilakukan selama 5 hari.
Ia mengatakan Chaowalit ditangkap setelah selama sekira 6 bulan berada di Indonesia.
Ia mengatakan telah menyampaikan agar proses penangkapan dilakukan dengan sangat hati-hati mengingat catatan kriminal dari Chaowalit.
"Hasil yang kami dapat, pelaku dapat ditangkap tanpa perlawanan meskipun semuanya sudah dikunci dalam segala titik," kata dia.
"Saat ini atas permintaan dari otoritas Thailand pelaku tidak bisa dihadirkan dengan berbagai pertimbangan dalam arti seperti biasanya," lanjut dia.
Gonta Ganti Pasangan Untuk Bertahan Hidup
Dirtipidnarkoba Bareskrim Polri Brigjen Mukti Juharsa mengatakan selama pelariannya di Indonesia, Chaowalit menggunakan sejumlah cara untuk bertahan hidup.
Satu di antaranya, kata dia, dengan bergonta-ganti pasangan untuk mengelabui keberadaannya.
Hal tersebut, kata Mukti, dilakukan Chaowalit karena tidak bisa berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris.
Selain itu, Chaowalit juga menggunakan Google Translate untuk mengatasi kendala komunikasi yang dimilikinya.
Namun, kata dia, Chaowalit belum terindikasi membuat jaringan atau berdagang narkoba di Indonesia.
"Nggak, belum. Mereka hanya ganti-ganti pasangan saja. Jadi untuk mengelabui, karena dia nggak bisa bahasa Indonesia jadi pakai perempuan untuk itu," kata dia.
Selain itu, ia diketahui juga mendapat pasokan uang dari Thailand.
Ketika ditangkap, di rekening bank yang dimilikinya atas nama Sulaiman terdapat uang senilai Rp30 juta.
"Cuma di tabungan dia hanya Rp30 juta saja," kata dia.